Trend isu diaspora kembali menjadi perhatian setelah menjadi pembahasan dalam tema debat ketiga para capres. Ketika salah seorang kandidat presiden mengaitkan antara kebutuhan tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) dengan kebutuhan untuk pertahanan dan kemanan negara melalui para diaspora. Debat itu menjadi sangat menarik.
Isu diaspora menjadi penting dalam debat presiden ketiga kemarin karena terkait dengan kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menguasai teknologi pertahanan dan keamanan negara, termasuk menghadapi ancaman dari dunia cyber dan hacker.Â
Dalam konteks ini, diaspora atau warga negara yang berada di luar negeri menjadi fokus perbincangan karena mereka memiliki potensi untuk memberikan kontribusi penting dalam membangun keunggulan teknologi dan keamanan bagi Indonesia.Â
Para diaspora adalah orang-orang hebat yang tenaga dan pemikirannya sangat dibutuhkan untuk kemajuan negara. Mereka adalah putra-putri terbaik bangsa yang diperlukan untuk membangun Indonesia.
Trend Diaspora Terkini
Kabar menarik muncul dari rilis laporan perusahaan perekrutan Robert Walters yang mengabarkan soal diaspora RI. Bahwa saat ini para diaspora, orang Indonesia di perantauan ternyata telah mempersiapkan diri untuk pulang ke Tanah Air.
Temuan menariknya adalah bahwa tiga dari lima diaspora Indonesia menyatakan berencana untuk kembali dalam lima tahun ke depan. Hasil ini menunjukkan bahwa sekitar 60% dari keseluruhan diaspora yang disurvei menyebutkan kecenderungan tersebut.
Apa artinya?. Ini adalah sebuah trend yang positif yang patut disambut baik. Apalagi yang menjadi dasar atau alasan para diaspora kembali (56%) karena situasi ekonomi di dalam negeri yang membaik.
"Banyaknya diaspora Indonesia yang membangun karir di luar negeri menunjukkan adanya pengakuan akan keunggulan kompetitif talenta lokal di pasar kerja internasional. "Pemilik perusahaan bisa mempersiapkan diri dalam menyambut kembali talenta-talenta ini, saat siap kembali ke Tanah Air," ungkap Country Head Robert Walters Indonesia.
Faktor lainnya yang mempengaruhi para diaspora lebih bersifat personal, seperti untuk mengurus orang tua dan tinggal lebih dekat dengan kerabat dan pasangan di Indonesia (68%). Begitu juga dengan adanya hubungan emosi, sosial, dan kultural yang mendalam dengan Indonesia (36%) serta peluang pekerjaan yang menarik (29%). Lalu keinginan memberikan sumbangsih pada negara (25%) dan keinginan untuk menghabiskan masa pensiun di Indonesia (20%).
Seeprti di sampaikan dalam debat bahwa pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang membaik dan dukungan visi misi para capres untuk bisa memperkuat kondisi tersebut, juga menjadi bagian dari keyakinan yang mendukung para diaspora kembali ketanah air (65%).
Lalu meningkatnya permintaan akan kompetensi spesifik (skillset) di Tanah Air (45%). Termasuk peluang untuk berbisnis atau berwirausaha (37%) dan munculnya industri baru yang cocok dengan keahlian (29%). Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi digital yang semakin memperluas diversifikasi pekerjaan yang bisa ditawarkan.
Problem yang harus diperhatikan oleh Pemerintah untuk tidak mengendorkan minat para diaspora adalah dengan melihat beberapa catatatn hasil temuan survei Robert Walters yang ternyata menemukan beberapa titik yang bisa menganjalan.