Sebagian orang baru mngkin tidak tahu bahwa ternyata cedera akibat airbag bisa disebabkan karena meletakkan posisi tangan yang salah di kemudi. Posisi tangan bisa menghalangi airbag mengembang, sehingga logam bisa mengenai tubuh kita. Dan Seatbelt juga menjadi penentu keselamatan agar airbag bermanfaat optimal.
Sebagai bagian dari perawatan rutin, apalagi menjelang bepergian jauh, penting memperhatikan kesiapan kendaraan yang akan digunakan. Mengecek mesin, oli, rem, dan perlengkapan pendukung lain seperti radiator, termasuk mengecek airbag. Piranti pendukung keselamatan berkendara yang ada di kendaraan.
Pengalaman pernah memiliki mobil klasik, membuat saya sedikit banyak tahu soal mesin. Terutama yang berhubungan dengan pengalaman kerusakan yang pernah kami alami langsung. Â Meskipun tak memeriksa langsung, paling tidak mengingatkan apa yang harus dicek sebelum bepergian jauh.
Saat kami berganti kendaraan baru, dan mengalami tabrakan parah pada tahun 2019, airbag kendaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kami sadari kemudian karena tabrakan itu tak terjadi frontal dari arah depan mobil, tapi menyamping.
Ternyata tak semua bentuk tabrakan dapat memicu berfungsinya airbag. Melansir berbagai sumber, ternyata ada empat alasan airbag tidak mengembang saat terjadi kecelakaan.
Pertama; Menabrak Benda Bergeser, kantong udara tidak akan mengembang jika menabrak benda yang bergerak, karena energi yang diterima tidak cukup kuat untuk menghidupkan sensor yang akan menghidupkan airbag.
Kedua; Menabrak Tiang, kantong udara tidak akan mengembang jika mobil menabrak tiang, pohon, pilar atau benda sejenis tepat di bagian tengah kendaraan. Hal itu terjadi karena letak sensor bukanlah di tengah, melainkan di depan kanan dan kiri.
Ketiga;Â Tabrakan depan miring, tabrakan dari depan dengan arah miring ke kiri atau ke kanan dengan sudut di atas 30 derajat tidak akan membuat sensor mengembangkan kantung udara. Pada kecelakaan dengan kemiringan di atas 30 derajat, mobil akan tetap berjalan sampai jarak tertentu, contohnya kasus-kasus mobil menabrak pembatas jalan di sisi kiri atau kanan.
Inilah yang kami alami saat tabrakan di tahun 2019 silam, dan airbag sama sekali tak mengembang dan satu keberuntungan adalah keberadaan seatbealt yang kami kenakan yang meminimalisir benturan dengan dasboard dan kaca depan.
Keempat;Â Tabrak Belakang, Â benturan dari belakang, samping dan terguling tidak akan membuat sensor airbag menyala karena yang diperlukan pada kecelakaan itu bukanlah kantung udara melainkan sabuk keselamtan dan sandaran kepala yang mampu menjaga tubuh dan leher tidak terlempar lebih jauh.
Beberapa Hal yang Harus Kita Ketahui tentang Potensi Cedera dari Airbag
Airbag, atau kantung udara, telah menjadi fitur keselamatan penting dalam kendaraan. Fungsinya adalah melindungi pengemudi dan penumpang, mengurangi risiko luka parah atau kematian saat kecelakaan terjadi.Â
Fakta dan statistik menunjukkan bahwa airbag depan telah menjadi persyaratan wajib dalam semua kendaraan penumpang baru sejak tahun 1999
Meskipun tujuannya adalah melindungi kepala, leher, dan dada, terkadang airbag tidak mengembang dengan baik saat kecelakaan terjadi.Â
Ini disebabkan oleh desain airbag yang sengaja sulit untuk mengembang secara instan, mengingat respons yang terlalu cepat dapat membahayakan pengemudi dan penumpang.
Meskipun airbag dirancang untuk menyelamatkan nyawa, namun ada potensi cedera yang bisa terjadi karena berkaitan dengan komponen-komponennya yang bisa rusak jika lama tidak digunakan.Â
Sehingga penting untuk melakukan cek ulang, meskipun air bag tersedia di dalam mobil. Artinya airbag juga punya masa kadaluarsa.Â
Apakah kita menyadari bahwa cedera akibat airbag bisa disebabkan oleh pemahaman yang kurang tentang cara menggunakan kemudi dengan benar, termasuk posisi tangan yang salah?. Posisi tangan dapat menghalangi bukaan airbag, sehingga logam bisa mengenai tubuh kita.
Namun keberadaan airbag juga menjadi keuntungan tersendiri. Selama periode antara 1987 dan 2016, airbag depan berhasil menyelamatkan lebih dari 50.000 nyawa, sebuah prestasi yang cukup mengesankan.Â
Namun, di balik kesuksesan ini, muncul pertanyaan: bagaimana airbag bisa menjadi penyebab cedera?. Airbag, yang seharusnya menjadi perangkat untuk keselamatan dan perlindungan, dapat menimbulkan cedera serius seperti whiplash, cedera otak traumatis, dan cedera leher dan tulang belakang.Â
Kecepatan mengembangnya airbag, mencapai sekitar 100 mph, dapat menyebabkan dampak serius pada tubuh.Â
Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses pengembangan airbag juga dapat menyebabkan cedera, dan risiko ini dapat diperparah jika sensor atau mekanisme pengembangannya mengalami kerusakan.
Salah satu dampak cedera yang paling umum adalah pada bagian wajah. Meskipun airbag dirancang untuk mencegah kepala dan wajah bersentuhan dengan dashboard atau kaca depan, kekuatan yang dikeluarkan oleh airbag dapat menyebabkan cedera pada wajah, seperti patah tulang, luka serius, bahkan kebutaan sementara atau permanen dalam beberapa kasus.
Dada juga menjadi area yang rentan terhadap cedera, karena kecepatan keluarnya airbag yang harus segera mencegah tubuh terlempar keluar dari jok. Patah tulang dan kerusakan jaringan lunak adalah cedera umum yang dapat terjadi pada bagian ini.Â
Selain itu, risiko terbakar dan luka bakar juga mungkin terjadi akibat kecepatan pengembangan kantung udara.
Namun, apakah ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah cedera saat airbag terdeploy?.
Menggunakan sabuk pengaman, duduk pada jarak tertentu dari kemudi, dan memastikan anak-anak ditempatkan di kursi belakang dengan benar adalah beberapa tindakan yang dapat diambil.Â
Pengembangan Airbag untuk Mengatasi Potensi Cedera
Seiring berkembangnya teknologi, tingkat angka cedera terus diturunkan dengan menyelaraskan temuan kasus dengan inovasi baru untuk mendapatkan teknologi airbag terbaru. Berbagai solusi yang sedang dan akan terus dikembangkan meliputi banyak hal.
Inovasi Desain Airbag
Pengembang dan produsen kendaraan terus berfokus pada inovasi desain airbag yang lebih aman dan efektif. Desain yang meminimalkan potensi cedera pada bagian wajah, dada, dan area tubuh lainnya harus menjadi prioritas.
Sensor dan Mekanisme Pemicu yang Andal
Keandalan sensor tabrakan dan mekanisme pemicu airbag harus ditingkatkan. Sensor yang lebih canggih dan responsif dapat membantu memastikan airbag terdeploy dengan cepat dan efisien saat diperlukan, serta menghindari kesalahan dalam penggunaan.
Bahan Kimia Ramah Lingkungan
Pemilihan bahan kimia untuk pengembangan airbag juga perlu diperhatikan. Bahan yang tidak hanya efektif dalam melindungi, tetapi juga tidak menyebabkan cedera atau reaksi alergi pada pengemudi dan penumpang harus diutamakan.
Sistem Peringatan Pada Kendaraan
Implementasi sistem peringatan yang lebih canggih di dalam kendaraan, seperti peringatan jarak aman dari airbag atau sensor posisi duduk yang tidak aman, dapat membantu pengemudi dan penumpang untuk mengambil tindakan pencegahan sebelum terjadinya kecelakaan.
Termasuk sistem peringatan yang dapat mendeteksi adanya kerusakan pada airbag atau airbag telah memasuki masa tidak layak pakai. Sehingga tidak berfungsi saat diperlukan, jika terjadi kecelakaan.
sehingga perbaikan dan perawatan airbag pada kendaraan bisa dilakukan secara berkala. Perbaikan tepat waktu dan pemeliharaan yang teratur dapat mengurangi risiko kegagalan fungsi airbag saat dibutuhkan.
Kemajuan Teknologi Keselamatan
Terus mengembangkan teknologi keselamatan baru yang dapat bekerja secara sinergis dengan airbag untuk meminimalkan risiko cedera. Hal ini dapat mencakup sistem deteksi benturan lebih akurat atau teknologi penyelamat tambahan yang dapat mengurangi dampak cedera.
Melalui implementasi solusi-solusi ini, diharapkan potensi cedera akibat airbag dapat diminimalkan, dan airbag tetap berfungsi sebagai alat vital untuk melindungi nyawa pengemudi dan penumpang saat kecelakaan terjadi.Â
Keselamatan berkendara harus terus menjadi prioritas utama dalam pengembangan teknologi otomotif.
referensi: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H