Sahabat saya memiliki seorang putri. Selama masa kecilnya ia lebih banyak tinggal di kampung yang ramai dengan anggota keluarga, dan teman-teman di sekitar rumahnya. Ketika mereka kemudian pindah ke kota, komplek klaster rumahnya ternyata tak ada yang memiliki anak-anak, sehingga putri sahabat saya itu merasa kesepian.
Dan setiap kali diajak ke tempat keramaian, ia menjadi sangat aktif. Menyapa orang-orang tak dikenal, bermain dengan anak-anak lain sebayanya yang tak dikenal.Â
Suatu kali dalam sebuah kunjungan ke pasar malam, putrinya itu lepas dari pengawasan, dalam kepanikan ternyata panitia menemukan putrinya itu sudah berada di atas panggung.
Kita menyadari bahwa kejadian itu bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya penculikan anak. Anak-anak yang proaktif di lingkungan yang ramai karena biasanya bermain sendirian, bisa membuat para orangtua lepas kontrol.Â
Beruntung jika lingkungannya meresponsnya dengan tindakan positif melaporkan anak hilang, bagaimana jika jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab yaitu para penculik anak.
Berbagai motif melatarbelakangi para pelaku penculikan anak, mulai dari motif kekerasan seksual, kesulitan ekonomi dan meminta tebusan, menjadikan korban sebagai pengemis membantunya mencari uang, penjualan manusia (trafficking), hingga penjualan organ manusia yang mengerikan.
Liburan dan Kewaspadaan
Saat liburan tiba, banyak keluarga yang merencanakan perjalanan atau kegiatan bersama. Namun, kesenangan tersebut tidak boleh mengesampingkan keamanan anak-anak.Â
Setidaknya para keluarga harus memastikan liburan tetap menyenangkan dan aman. Terutama bagi anak-anak kita. Mengapa, selain faktor kemungkinan bisa terkena kecelakaan, juga berkaitan dengan keamanan.
Memangnya apa yang harus disiapkan selama menjalani masa liburan keluarga bersama anak-anak?
Sebuah pengalaman kecil pernah kami alami, ketika anak sulung kami hilang dalam keramaian. Apa yang membuat kami merasa beruntung, karena lingkungannya yang masih kondusif untuk keamanan anak.Â
Dan, ternyata kebiasaan kami menjelaskan di mana kendaraan diparkir kepada anak-anak, ternyata ada manfaatnya.
Saat anak sulung kami "tercecer" karena asyik di bagian mainan dan kemudian tertinggal, akhirnya kami temukan ia berada di tempat parkir, duduk bersembunyi di kendaraan kami di ruang parkir. Meskipun hal itu berbahaya, ternyata bisa membantu sebagai solusinya.
Sehingga saat sebelum berlibur, kita perlu melakukan perencanaan matang berkaitan dengan destinasi dan kegiatan yang akan dilakukan.Â
Pilih tempat-tempat yang ramah keluarga dan memiliki sistem keamanan yang baik. Memahami bagian-bagian tertentu dari lokasi liburan untuk memudahkan pengawasan dan kontrol anak-anak saat bermain.
Bahkan informasi tentang kamar mandi, area larangan bermain atau daerah berbahaya seperti di pantai menjadi perhatian kita yang penting.Â
Demi keselamatan kita dan tentu saja anak-anak. Termasuk dengan mengetahui apapakah pantai juga memiliki sistem keamanan, petugas keamanan dan area terlarangnya.
Dan tentu saja harus didukung dengan manfaatkan teknologi untuk memastikan keamanan anak-anak. Aplikasi pelacakan, ponsel cerdas, dan perangkat GPS dapat membantu orangtua memantau keberadaan anak selama liburan.
Jika anak dilengkapi dengan handphone. Atau seorang sahabat saya pernah menggunakan cara sederhana dengan memberinya peluit dan menyimpan data nomor handphone di kantong anak sebagai antisipasi jika terjadi musibah atau kebutuhan yang mendesak.
Model yang dilakukan oleh sahabat saya termasuk bagian dari pendidikan kesadaran kepada anak tentang pentingnya kesadaran akan keamanan pribadi.Â
Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya dan instruksi yang jelas tentang apa yang harus dilakukan jika mereka merasa dalam situasi yang tidak aman.
Termasuk jika merasa terancam, untuk berusaha meminta bantuan orang terdekat di tempatnya berada. Atau jika memungkinkan pada petugas sekuriti.Â
Namun cara ini bisa dilakukan jika kita juga mengajarkan, bahwa anak-anak harus bisa berkomunikasi dengan pihak-pihak yang dianggap penting sebagai cara untuk menyelamatkan diri jika terancam.
Dalam perjalanan bersama, tanamkan komitmen bersama antaranggota keluarga untuk saling menjaga. Tentukan titik pertemuan jika terjadi kehilangan dan ajarkan anak-anak untuk selalu memberi tahu orangtua atau penanggung jawabnya tentang keberadaan mereka.
Jelaskan juga kepada anak-anak bahwa mereka tidak boleh menerima barang dari orang asing atau pergi dengan seseorang yang tidak dikenal tanpa izin orangtua. Komunikasi terbuka dengan anak sangat penting untuk menciptakan rasa keamanan.
Nah, yang sering kita abaikan adalah pengawasan ekstra di tempat wisata, atau pusat keramaian, bahkan di mal. Di tempat-tempat wisata yang ramai, perhatikan anak-anak secara ekstra. Pastikan mereka tidak terpisah dari kelompok dan tetap dalam pandangan mata.
Dan hal itu hanya dimungkinkan jika partisipasi aktif seluruh anggota keluarga saat beraktivitas bersama.
Liburan adalah waktu untuk bersenang-senang bersama keluarga. Partisipasi aktif dalam aktivitas bersama bisa memperkuat ikatan keluarga dan memastikan bahwa anak-anak merasa aman dan didukung.
Upaya Melindungi Anak dari Penculikan
Kasus hilangnya anak atau penculikan anak menjadi ketakutan terbesar para orangtua. Sehingga penting bagi para orangtua untuk membekali diri dengan cara-cara melindungi anak dari situasi yang tidak diharapkan ini.
Orangtua sering memberikan otonomi kepada anak agar bebas dan mandiri dengan membiarkan anak beraktivitas sendiri atau bermain bersama teman sebayanya untuk melatih anak bersikap mandiri. Tapi orangtua juga tetap perlu memberinya bekal menjaga diri agar terhindar dari penculikan.
Ada orangtua yang mengizinkan anak-anak ikut dalam pelatihan bela diri. Para orangtua tidak perlu bersikap sampai paranoid atau overprotektif, tapi berikan pembelajaran mengenai cara melindungi dan menjaga dirinya, terutama saat sedang tidak bersama kita.
Caranya, tak ada salahnya membicarakan tentang penculikan bersama anak-anak, agar memahami kemungkinan adanya orang asing yang berniat buruk. Ini akan membuka diskusi tentang bagaimana melindungi diri dari kejahatan. Anak punjadi lebih paham tentang pentingnya bersikap waspada.
Kebiasaan baik memberi tahu kepada orangtua saat keluar rumah. Meskipun sepele, mengajarkan anak untuk membiasakan diri meminta izin kepada orangtua sebelum pergi ke mana pun menjadi sesuatu yang penting.Â
Jika perlu detil tujuannya. Agar kita tahu ke mana akan menghubungi jika diperlukan, mengetahui ke mana perginya, bersama siapa saja, dan kapan akan pulang.
Membiasakan anak-anak untuk tidak mudah menerima ajakn orang asing. Beri tahu juga agar anak menolak pemberian permen atau hadiah dari orang lain yang tidak dikenalnya secara baik-baik. Ajari juga bahwa menolak ajakan pergi dengan orang asing juga diharuskan meskipun mereka mengajak ia melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Nah, jika mendapatkan perlakukan jahat dari orang asing, beri pemahaman kepada anak bahwa ia perlu memberi tahu Bunda dan Ayah jika ada orang lain yang menyuruh atau melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.Â
Misalnya, orang asing meminta bantuan untuk mencari anjing atau kucingnya yang hilang. Ajarkan anak-anak untuk tidak mudah tergoda untuk membantunya, karena seharusnya mereka tidak meminta bantuan kepada anak kecil.
Jika anak tersesat, atau hilang dari pengawasan, orangtua perlu untuk memberi tahunya ke mana harus pergi jika tersesat, misalnya pos satpam, pusat informasi, kantor polisi, atau rumah sakit terdekat.
Atau bisa juga mencari orang-orang berseragam, seperti petugas keamanan atau pegawai toko. Jika tidak, ia bisa meminta bantuan pada ibu yang sedang bersama anak atau wanita dewasa.
Selanjutnya penting juga orangtua berhati-hati menjaga kemungkinan yang bisa dijadikan para pelaku penculikan menjadi motif. seperti pentingnya juga memperhatikan keamanan anak di dunia maya, jangan gegabah mengunggah foto anak di medsos. BIsa jadi sasaran predator.
Apalagi jika anak-anak sudah kenal medsos, berikan pengertian saat mengakses media sosial agar tidak obral memberikan informasi pribadi di sana, juga untuk tidak menggunakan fitur lokasi saat mengunggah status atau foto.
Dan bagi orangtua juga berhati-hati sebaiknya menghindari untuk membagikan informasi yang terlalu detail, seperti lokasi sekolah anak, saat menggunakan media sosial.
Termasuk saat memilih pengasuh dan pengantar jemput anak. Tidak jarang penculik anak bekerja sama dengan pengasuh atau pengemudi antar jemput sekolah anak.Â
Bahkan penting juga berhati-hati menghindari pakaian dengan nama anak, karena bisa menjadi modus pelaku seolah mengenal korban dari namanya. Karena anak-anak sulit membedakan pelaku kejahatan jika bersikap baik.
Dukungan Partisipasi Masyarakat dalam Keamanan Anak
Menurut KemenPPPA, kasus penculikan anak pada musim liburan awal tahun 2023 mengalami peningkatan yang mencemaskan.Â
Data menyebutkan bahwa sebagian besar kasus terjadi di tempat-tempat wisata dan pusat perbelanjaan yang ramai. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan anak-anak di tempat umum membutuhkan perhatian lebih dari pihak berwenang dan orangtua.
Sementara itu, teknologi juga turut berkontribusi dalam tren penculikan. Adanya pelaporan mengenai upaya penculikan yang melibatkan penggunaan media sosial dan teknologi menunjukkan bahwa perlu adanya regulasi lebih ketat terkait keamanan di dunia maya.
Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah apakah tugas mengawasi anak semata-mata menjadi tanggung jawab orangtua? Menjawabnya tentu tidak sesederhana itu.Â
Memang, orangtua memiliki tanggung jawab utama dalam melindungi anak-anak mereka. Namun, kewaspadaan dan kepedulian masyarakat secara luas juga memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan yang aman.
Program pendidikan kesadaran bagi anak-anak dan orangtua perlu diperkuat. Sekolah dan lembaga pendidikan bisa saja berkolaborasi dengan pihak berwenang untuk menyelenggarakan program yang memberikan informasi mengenai risiko dan langkah-langkah pencegahan.
Perlunya juga adanya regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan media sosial dan teknologi dalam kaitannya dengan anak-anak. Penggunaan platform keamanan bisa membantu mencegah penyalahgunaan platform digital yang harus dipahami oleh anak-anak.
Paling tidak bentuk dukungan dari masyarakat adalah partisipasi aktif dalam penguatan jaringan komunitas. Misalnya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sosial dan lingkungan setempat bisa menciptakan jejaring yang responsif terhadap ancaman penculikan.
Apalagi jika sampai melibatkan kerja sama antarlembaga, seperti penegak hukum, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah sebagai kunci dalam menangani penculikan anak secara efektif. Koordinasi yang baik akan mempercepat respons dan penyelidikan.
Bahwa intinya penculikan anak merupakan ancaman serius yang memerlukan perhatian bersama. Data terbaru menunjukkan bahwa isu ini masih menjadi perhatian utama, terutama pada periode liburan.Â
Melibatkan diri secara aktif dalam pencegahan dan penanganan penculikan anak adalah tanggung jawab bersama.Â
Orangtua, masyarakat, lembaga pendidikan, dan pihak berwenang perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak, karena mereka adalah investasi terpenting bagi masa depan masyarakat.
Sebagai individu, mari kita tingkatkan kesadaran, kewaspadaan, dan partisipasi dalam upaya menjaga keamanan anak-anak di sekitar kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI