Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Solusi Mencegah dan Mengatasi KDRT dari Sekolah dengan Home Visit Siswa

15 Desember 2023   23:31 Diperbarui: 24 Desember 2023   21:33 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
konsultasi siswa dan Bimpen | sumber gambar radar bekasi

Mejadi pendengar yang empatik dapat membantu korban merasa didukung dan mungkin membuka pintu bagi diskusi lebih lanjut. Jika situasi telah sampai pada tahap adanya keterbukaan dari si korban.

Termasuk memberikan saran bantuan memberikan nomor telepon dan alamat lembaga bantuan KDRT yang dapat dihubungi oleh korban. Pastikan informasi ini mudah diakses dan tersebar di lingkungan setempat. 

Intinya bahwa masalah KDRT bukan lagi masalah personal keluarga jika berkeinginan untuk menindaklanjuti apalagi jika dampak kekerasan ekstrim yang sudah dialaminya. Termasuk pendampingan hukum dan aduan kepada pihak kepolisian.

konsultasi siswa dan Bimpen | sumber gambar radar bekasi
konsultasi siswa dan Bimpen | sumber gambar radar bekasi

Peran Sekolah dalam Mengatasi KDRT

Sekolah memiliki peran yang signifikan dalam membentuk karakter dan menyediakan pendidikan yang lebih luas kepada siswa. Sekolah bisa menjadi solusi yang potensial.

Sekolah sebenarnya bisa memberikan pemahaman sejak dini dapat membantu membentuk sikap yang menghormati satu sama lain. Bahwa kekerasan yang terjadi di dalam rumah, bukan hanya masalah internal keluarga saja. Apalagi jika sampai terjadi kekerasan fisik.

Pendekatan berupa kunjungan wali murid ke rumah siswa (home visit) saat mendapat masalah terkait; uang sekolah, nilai raport, keaktifan siswa masuk sekolah, bahkan hingga kasus yang dialami siswa bisa menjadi solusi untuk mengetahui seberapa serius masalah yang dihadapi para siswanya.

Sebuah pengalaman saya temui saat seorang siswi tiba-tiba tak lagi bersekolah. Saat kunjungan ke rumah, ternyata orang tuanya telah menjodohkan siswi tersebut dengan seseorang yang telah membantu ekonomi keluarga tersebut. 

Kami kuatir orang tuanya memaksanya. Dengan berbagai pendekatan pada akhirnya keluarga mengalah dan membiarkan siswi bersekolah kembali. Dan selama proses tersebut saya terus memantaunya, termasuk melihat kondisi psikologisnya karena kuatir ia mendapat tekanan.

Siapa saja dapat bertindak awal untuk membantu, minimal menerima informasi, sebelum dikoordinasikan dengan pihak lainnya disekolah untuk mendapatkan solusinya.Dengan cara mengenali sinyal-sinyal tindakan KDRT. Kekerasan fisik atau psikologis.

Seperti pengalaman di kelas di awal, ketika saya menemukan cedera fisik. Termasuk tanda lain perubahan drastis dalam perilaku, seperti isolasi diri, penurunan prestasi akademis, atau agresi yang tidak lazim, dapat menjadi indikasi adanya masalah di rumah.

Guru juga harus waspada jika menemukan perubahan emosional yang tiba-tiba, seperti kecemasan berlebihan atau depresi, bisa mencerminkan dampak psikologis dari kekerasan. 

Bisa jadi berasal dari rumah karena terdapat masalah atau karena perubahan dalam pola interaksi dengan teman-teman atau guru, terutama yang melibatkan ketidakmampuan untuk menjalin hubungan sosial, bisa menjadi tanda masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun