Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Status Kompasianerku Membiru, Semangat Menulisku Membara

16 Februari 2024   21:49 Diperbarui: 6 Maret 2024   09:10 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keren juga bun, boleh dong kami diajarin", kali ini Teuku ketua kelas yang ikutan bicara. "Tentu boleh nak", jawab saya singkat karena dering bel tiba-tiba berbunyi tanda kami harus berkumpul memulai diskusi pembahasan P5 .

Ilustrasi perempuan menulis sumber gambar IDN times
Ilustrasi perempuan menulis sumber gambar IDN times

Kompasiana Sebagai Ruang Healing dan Inspirasi

Menulis memang seru, saya melihat banyak kompasianer yang juga berprofesi sebagai guru, seperti Akbar Pitopang yang kemarin saya sempat ikut kolaborasi menulis tentang pentingya kolaborasi orang tua dan guru mengatasi problem di sekolah. Beberapa yang lainnya kompasianer guru senior seperti Pak Widjaya Kusuma, memberikan banyak inspirasi tentang menulis.

Menulis tentang apa saja yang kita alami selama di kelas, interaksi bersama siswa, saya bahkan punya sebuah draft buku (judulnya rahasia) tentang semua hal berkaitan dengan interaksi saya dengan siswa selama proses belajar mengajar. 

Salah satu tulisannya sudah saya terbitkan di kompasiana di awal saya masuk dua tahun lalu; "Rayana, Ibu selalu Menunggumu". Begitu banyak kisah yang memberikan banyak pembelajaran saya sebagai guru dari pengalaman para siswa, dari kondisi mereka, dari masalah yang mereka hadapi.

Kita sebagai guru berusaha untuk menjadi sahabat bagi mereka, orang tua, teman ngobrol, bercanda (dalam batas wajar), dan juga menjadi seorang "murid" yang menerima pembelajaran pengalaman hidup mereka sebagai ilmu baru bagi kita. Belajar tentang kesabaran, perhatian, kepedulian.

Kisah-kisah mereka atau selama bersama mereka adalah pembelajaran "luar kelas" yang ilmunya sangat bermanfaat dan luar biasa. Hal-hal inspiratif seperti itu saya juga rasakan saya dapat selama saya menulis di kompasiana.

Bahwa para kompasianer-guru, mereka menuliskan tentang banyak hal, tak melulu selalu serius (kecuali jika mendapat tantangan menulis-topik pilihan), itupun beberapa berhasil menuliskannya berdasarkan pengalaman keseharian. Banyak bahan untuk kita menulis, meskipun hambatan soal waktu bisa jadi penghalangnya.

Selama sebulan ini saya berusaha "menabung" tulisan sebisanya setiap hari, saat senggang setelah ujian selesai, diantara kesibukan mempersiapkan rapor, mengurus laboratorium, Program P5, laporan wali kelas, laporan kegiatan hari guru dan laporan akhir tahun, dan kini PMM ;),

Bahkan saya mencoba tantangan topik pilihan (kecuali politik-yang hanya sesekali saya coba terima tantangannya-dan sejauh ini masih gagal masuk ke dalam Artikel Utama, karena kapasitas mungkin areanya bukan disitu). 

By the way, tantangan menulis dengan tema apa saja (dari topil) bisa menjadi sesuatu yang menarik, seperti inspirasi tulisan sahabat kompasianer lain.

Mencapai Centang Biru

Meskipun bukan sepenuhnya sebuah ambisi, pencapaian menjadi kompasianer ber-centang biru ternyata juga bisa membuat saya terharu biru. 

Saya teringat bahwa pencapaian itu menurut seorang kompasianer senior, perlu "dibagikan" sebagai cara "menyemangati" (memotivasi-mungkin pilihan kata yang terlalu tinggi, karena saya masih sangat membutuhkannya dari semua sahabat kompasianer). Saya berusaha "menyemangati" diri sendiri dan mudah-mudahan bisa menular kepada sahabat kompasianer lain. (tanpa bermaksud merasa tinggi hati).

Kehadiran centang biru di samping nama saya, bukan sekedar sebuah "kebanggaan", tapi juga "kepercayaan" dari admin yang menganggap bahwa tulisan atau artikel saya sudah "layak" untuk disematkan sebagai  "Artikel Utama". Semakin banyak AU, semakin membiru statusnya, maka semakin membara keinginan menulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun