Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apakah Pemberantasan Stunting Masih Tumpang Tindih dan Tidak Tepat Sasaran?

3 Desember 2023   00:15 Diperbarui: 4 Desember 2023   18:44 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas pemberian makanan tambahan untuk balita. Sumber gambar: KOMPAS.id

Pemandangan anak-anak yang kurus kering di beberapa bagian wilayah negara kita yang terekam kamera televisi dan media membuat kita prihatin, mengingat negeri kita adalah negeri gemah ripah loh jinawi--tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tanaman, begitulah menurut lagu grup Band Koes Plus yang populer di tahun 80-an. 

Maknanya bahwa tanah negeri kita sangat subur, tongkat kayu (ubi kayu), dan batu (ubi jalar) tumbuh subur sebagai penghasil protein dan karbohidrat yang bisa tumbuh dimana saja (selama ditanam).

Menanggapi kasus stunting yang seolah tidak habis-habisnya di Indonesia, membuat kita harus memikirkan, apa masukan kritis yang bisa kita lakukan terhadap langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemerintah untuk menekannya.

Apakah ada kebijakan yang salah, tumpang tindih atau justru tidak tepat sasaran. Bisa jadi informasi yang sampai ke pusat dan kemudian dijadikan model atau proyek memang masih salah sasaran atau tidak tepat pada akar masalahnya, sehingga kasus stunting masih saja terjadi.

Tidak seperti halnya jenis penyakit yang endemik, kasus stunting mungkin lebih pada penggunaan kebijakan yang tidak sepenuhnya tepat.

Statistik PBB 2020 mencatat, lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan anak usia dini atau balita stunting adalah balita Indonesia. Menurut UNICEF, stunting disebabkan anak kekurangan gizi dalam dua tahun usianya, ibu kekurangan nutrisi saat kehamilan, dan sanitasi yang buruk.

Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024. Untuk itu, diperlukan upaya bersama untuk mencapai target yang telah ditetapkan, salah satunya dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.

Isu stunting di Indonesia telah menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang luar biasa terhadap generasi kita. Sehingga kita harus mengevaluasi sejauh mana program ini mencapai sasaran dan seberapa tepat standar menu yang digunakan dalam upaya pencegahan stunting.

Menggali Akar Masalah-Inklusifitas Program

seseorang melintas di samping mural kampanye program stunting sumber gambar kompas id
seseorang melintas di samping mural kampanye program stunting sumber gambar kompas id

Stunting ternyata bukan sekadar masalah fisik, tetapi juga termasuk aspek-aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Penting untuk tahu akar masalah ini sebelum merinci langkah-langkah pencegahan. Kondisi ini bukan hanya dipengaruhi masalah gizi, tetapi juga masalah lingkungan, pendidikan, dan aksesibilitas layanan kesehatan.

Artinya kondisi ekonomi yang rendah, sebagaimana adanya kasus kemiskinan ekstrim yang menimpa sekitar 5 jutaan penduduk Indonesia yang sedang berusaha ditanggulanginya oleh Pemerintah dengan program percepaan penuntasan hingga tahun  2024 mendatang.

Kondisi kemiskinan itu relate dan memiliki keterkaitan kuat dengan adanya kasus stunting. Ketidakmampuan rumah tangga menyediakan kebutuhan pokok, dan kesehatan menyebabkan jumlah asupan gizi yang diperoleh oleh ibu-ibu terutama para ibu hamil dan anak-anak paska dilahirkan menjadi sangat kurang karena tidak dapat menjangkau pemenuhan gizi yang standar dan baik. Karena pemberian Air Susu Ibu (ASI) jika si ibu sendiri juga mengalami kekurangan gizi juga akan berdampak pada komposisi ASI-nya.

Pemberian makanan bayi yang tradisional, meskipun dianggap sebagai tradisi turun temurun juga tidak sepenuhnya tepat. Seperti pemberian makanan padat, padahal usia bayi masih kecil, menyebabkan sistem pencernaannya secara tidak langsung terganggu.

Memang dalam jangka pendek dampaknya tidak terlihat, namun dalam jangka panjang menyangkut masa pertumbuhan seluruh bagian tubuh-otot, tulang sangat terpengaruh oleh asupan gizi yang diterimanya. Dan kondisi ekonomi yang rendah dapat menghalangi terpenuhinya kebutuhan tersebut.

Disamping faktor pengetahuan masyarakat karena tradisi dan latar belakang pendidikannya yang rendah. 

Kondisi geografis bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang terisolir juga merupakan masalah yang tidak dapat dianggap remeh meskipun kebutuhan makan terpenuhi, namun  komposisinya mungkin bisa jadi tidak seimbang. Apalagi jika masyarakat terhadap sarana kesehatan sangat terbatas.

Jadi meskipun pemerintah sudah menjalankan program pemerataan obat-obatan dan pemberian makanan tambahan, apakah selama ini telah menjangkau sasaran dengan tepat. Ini berkaitan inklusifitas program yang bisa menjangkau siapa saja yang membutuhkan penanganan dan bantuan dengan berbagai keterbatasan yang ada, kondisi latar belakang geografis, ekonomi, pendidikan dan  lainnya yang dapat memicu stunting.

Langkah-langkah Pemerintah dan Daerah, apakah sejauh ini telah efektif? Pemerintah telah meluncurkan Program Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) sebagai upaya bersama untuk mengatasi masalah stunting. Namun, penting untuk mengevaluasi sejauh mana program ini mencapai tujuan yang diinginkan dan seberapa tepat sasarannya.

Salah satu langkah penting yang diambil oleh pemerintah adalah pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada anak-anak yang berisiko stunting. Namun, perlu dicermati sejauh mana program ini merata dan apakah telah mencapai keluarga-keluarga yang membutuhkannya dengan tepat.

Mekanisme Pelaksanaan Programnya

petugas pos pelayanan terpadu dan balita sumber gambar kaltim today
petugas pos pelayanan terpadu dan balita sumber gambar kaltim today

Penting diperhatikan tentang mekanisme pelaksanaan program yang bisa sangat menentukan program akan berhasil atau justru gagal sekalipun program tersbut sangat bagus. 

Dalam hal penanganan kasus stunting, perlu dipahami bagaimana kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Keterlibatan masyarakat juga menjadi kunci, dan perlu dievaluasi sejauh mana partisipasi mereka dalam program-program ini.

Apakah diperlukan keterlibatan pihak lain seperti pemerintahan di kampung atau desa dan jika mungkin, tanpa harus membebani kita mungkin bisa memanfaatkan Unit Kesehatan Sekolah sebagai tempat untuk mendapatkan informasi tentang stunting. Agar lebih tepat sasaran yang akan dijangkau dan diatasi.

Atau sekolah dan desa menyediakan semacam kotak untuk menerima masukan dari masyarakat, seperti layanan pengaduan untuk mendapatkan informasi temuan dari masyarakat yang kemudian bisa ditindaklanjuti. Bisa jadi informasi tentang stunting tidak terdeteksi di desa, namun dapat dilihat dan diamati oleh penduduk yang tinggal di sekitar keluarga-keluarga yang memiliki anggota keluarganya yang mengalami stunting.

Cara ini secara tidak langsung bisa lebih efektif. Karena selama ini persoalan informasi ini selalu menjadi masalah. Tidak sepenuhnya terdeteksi, kecuali jika ada dukungan atau bantuan laporan dari masyarakat yang melihat atau mengalaminya secara langsung.

Keterlibatan masyarakat adalah elemen utama dalam mengatasi stunting. Program-program edukasi dan kesadaran harus dirancang untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan perawatan anak. 

Pembentukan komunitas yang peduli terhadap isu stunting dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan perubahan perilaku yang positif dalam keluarga dan masyarakat secara lebih luas.

Semakin tersebar informasi tentang apa saja yang dapat kita lakukan untuk membantu keluarga yang mengalami kasus stunting, akan semakin banyak temuan kasus yang bisa diselesaikan. Termasuk informasi yang diperoleh dari para guru, siswa melalui kotak pengaduan atau laporan informasi langsung.

Standar Menu dan Evaluasi untuk Mencegah Stunting

stunting dapat dicegah sumber gambarRRI
stunting dapat dicegah sumber gambarRRI

Hal lain yang juga penting menjadi perhatian adalah bahwa masalah stunting bukan hanya sekedar masalah kurang terpenuhinya makanan pagi penderita stunting. Penting untuk membahas standar menu yang digunakan dalam program pencegahan stunting.

Menu tersebut tidak hanya harus memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga mempertimbangkan keberagaman budaya di seluruh Indonesia. Mengintegrasikan makanan lokal yang kaya akan gizi dan diterima oleh masyarakat setempat dapat meningkatkan efektivitas program. 

Artinya tidak harus selalu dengan nasi, tapi bisa pangan pengganti lainnya yang memiliki kandungan yang sama. Begitu juga terkait dengan protein, ikan-ikan dari danau, sungai yang ada disekitar tempat tinggal masyarakat dapat menjadi pengganti daging.

Penting untuk mengintegrasikan masalag gizi, seperti penjelasan di awal tentang kebiasaan memberikan jenis pisang tertentu sebagai makanan bayi, agar bayi tumbuh lebih cepat, namun mungkin harus ada pemahaman dan pengetahuan tambahan, apa saja kandungannya dan apa kebutuhan gizi lain yang harus dikonsumsi agar semuanya menjadi seimbang.

Bukan sekedar soal banyak atau sedikit makanan yang dimakan. Ini juga yang menjadi salah satu masalah yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat, apalgi bagi mereka yang secara ekonomi berada di garis kemiskinan. Sehingga tak memperdulikan soal pemenuhan gizi seimbang, yang penting perut terisi dan kenyang.

Program dukungan pemerintah  seperti menu makanan tambahan harus benar-benar tepat sasaran, kepada keluarga-keluarga yang memang sangat membutuhkan, bukan sekedar formalitas program agar selesai, tapi tak sepenuhnya menjangkau sasaran para keluarga dengan kasus stunting.

Akibatnya kasus terus terjadi dan muncul, di banyak daerah.

Tantangan dan harapan kita tentu saja apa yang diupayakan oleh pemerintah dan daerah, progresnya harus jelas karena masih begitu banyak tantangan yang perlu diatasi. Evaluasi berkelanjutan, partisipasi masyarakat, dan penyesuaian program berbasis konteks lokal merupakan kunci untuk mengatasi isu stunting dan menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan tangguh.

Tentang konteks lokal saja bisa menjadi masalah tersendiri jika tidak dipahami dengan baik oleh pelaksana program dan pembuat kebijakan di Pusat yang jauh dari titik masalah. Stunting bukanlah masalah yang seragam yang dapat diatasi dengan pendekatan satu ukuran untuk semua.

Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik uniknya sendiri. Oleh karena itu, penyesuaian program pencegahan stunting berdasarkan konteks lokal sangat penting. Hal ini mencakup memahami pola makan lokal, budaya, dan tantangan khusus yang dihadapi oleh setiap komunitas.

Evaluasi berkala menjadi pilar utama yang penting,  elemen kunci dalam menilai efektivitas program-program pencegahan stunting. Keterlibatan lembaga independen dan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan program menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa sasaran program tercapai dengan baik. 

Dengan demikian, data dan informasi yang akurat dapat menjadi dasar untuk membuat perubahan yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan program.

referensi; 1,2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun