Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Nyamuk Wolbachia Hadir, Program 3M Plus Berantas Jentik Nyamuk Tak Boleh Absen

23 November 2023   11:17 Diperbarui: 7 Desember 2023   21:56 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

program PJN 3M Plus  di lingkungan sumber gambar dinkes kota Padang
program PJN 3M Plus  di lingkungan sumber gambar dinkes kota Padang
Kehadiran nyamuk wolbochia ternyata juga membawa kekuatiran bagi sebagian orang. Mengapa harus takut?, tanya saya saat teman satu sekolah mengatakan jika nyamuk Wolbachia itu berbahaya. Ia mendapatkan kabar yang bisa jadi diragukan kebenarnnya, mungkin juga hoaks. 

Memang sejak wolbachia muncul menjadi pemberitaan media, banyak kabar simpang siur yang muncul.  Wolbachia sendiri sebenarnya adalah bakteri yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti. Inovasi teknologi ini melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Strategi Nasional (Stranas). 

Pemerintah kita melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memang mulai menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang hampir setiap tahun kasusnya selalu muncul secara sporadis.Sehingga butuh penanganan yang lebih serius. Dan kali ini dengan memanfaatkan teknologi yang telah terbukti efektif di sembilan negara lain, dan diharapkan dapat memberikan hasil yang sama di negara kita.

program pemberantasan nyamuk sumber gambar kemenkes
program pemberantasan nyamuk sumber gambar kemenkes

Teknologi Wolbachia ini merupakan teknologi yang bisa melumpuhkan virus dengue, zika dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus tersebut tidak menular ke manusia, karena nyamuk Aedes aegyptinya telah mendapatkan suntikan bakteri Wolbachia. Bakteri ini diklaim bisa menurunkan risiko penularan DBD jika tergigit. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebar nyamuk Wolbachia di sejumlah daerah di Indonesia. Nyamuk ini diklaim efektif dalam mencegah demam berdarah (DBD).

 gotong royong bersih lingkungan sumber gambar homecare
 gotong royong bersih lingkungan sumber gambar homecare

Mengapa wolbachia yang dipilih?, karena Wolbachia adalah bakteri alamiah pada serangga. Tentunya solusi ini juga ramah lingkungan karena tidak mengganggu ekosistem atau siklus hidup mikroorganisme lain. 

Sehingga kekuatiran jika wolbachia berbahaya bagi manusia seperti yang dikhawatirkan masyarakat umum, menurut Peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut bahwa nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia. Nyamuk ini malah membantu menekan penularan virus demam berdarah.

Pemerintah bahkan sangat serius, kebijakan menggunakan teknologi wolbachia ini telah dikuatkan dengan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue, penerapan teknologi ini dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.

Sebagai penyakit endemik, kasus DBD biasanya mengalami peningkatan saat masuk musim hujan, dimulai pada pertengahan tahun, hingga awal tahun. Pada periode itulah, nyamuk Aedes aegypti yang membawa vírus dengue bersarang dan bertelur di air yang menggenang.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada periode Januari – Mei 2023 saja, total 270 kematian akibat DBD di Indonesia, dan propinsi dengan korban tertinggi adalah Jawa Tengah, dengan 68 kematian.  Dan  pada periode yang sama, terdapat 35.694 kasus DBD di seluruh Indonesia.

pasien terkena DBD | sumber gambar radar bali jawapos
pasien terkena DBD | sumber gambar radar bali jawapos

Vaksin Bagi Nyamuk

Kita tentu masih ingat saat pandemi covid-19 masih merajalela, kita diharuskan untuk mendapat suntikan vaksin. Mengapa kita harus mengikuti vaksinasi di masa pandemi? tentu saja untuk mengurangi risiko penularan.Tubuh kita yang telah disuntikkan vaksin, akan merangsang antibodi untuk belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan tersebut. Dengan begitu, tubuh akan mengenali virus dan mengurang risiko terpapar, karena berusaha untuk bertahan melawannya.

Kurang lebih seperti itulah logika penggunaan teknologi wolbachia untuk melumpuhkan virus dengue, zika dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Sehingga nyamuk wolbachia telah dilengkapi dengan antibodi yang bisa membantu mengatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Sebelum jauh kita membahasnya, perlu juga kita tahu bahwa inovasi ini merupakan hasil penelitian kerja sama antara Monash University di Australia dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Penelitian ini sendiri telah dimulai sejak 2011, dan lokasi uji coba pertama di dunia dilakukan di Queensland, Australia.

Salah seorang penelitinya yang berasal dari Indonesia, Eggi Arguni, peneliti laboratorium bidang diagnostik Wolbachia di World Mosquito Program (MWP) Yogyakarta menjelaskan bagaimana inovasi ini dilakukan. Tentu saja ini penting kita ketahui agar tidak menjadi simpang siur, seperti pemberitaan di media--karena dapat dianggap hoaks.

Kurang lebih mekanismenya adalah  para peneliti menyuntikan wolbachia atau bakteri, ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti. Kemudian nyamuk Aedes aegypti jantan yang memiliki bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya, ketika kawin dengan Aedes aegypti betina, sanggup memblok virus dengue yang ada pada nyamuk betina.

Dan nantinya jika nyamuk betina mengandung bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut juga akan menurunkan bakteri itu ke telur-telurnya, sehingga seluruh anak-anaknya semua akan punya Wolbachia di dalam tubuhnya. Dan nyamuk inilah yang nantinya akan digunakan sebagai inovasi pencegah penyebaran penyakit DBD.

nyamul wobachia | sumber gambar krakatau merdeka
nyamul wobachia | sumber gambar krakatau merdeka

Kuatir Soal Efektifitasnya?

Meski telah dianggap sebagai kebijakan pilihan, untuk mengatasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah menjadi penyakit endemik di Indonesia selama beberapa dekade terakhir., namun, apakah efektif?.

Jawaban itu mungkin bisa dijelaskan berdasarkan pada tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang tergabung dalam  World Mosquito Program (MWP) Yogyakarta UGM dan Universitas Australia. 

Karena sejak tahun 2016 silam, telur nyamuk yang sudah mengandung Wolbachia telah dilepaskan di sejumlah lokasi di Yogyakarta. Dan tim telah melakukan pendataan dan monitoring pasien dengan gejala demam yang datang ke layanan kesehatan yang menjadi lokasi ujicoba selama empat tahun terakhir.

Hasil tersebut kemudian memberikan kita jawaban, bahwa nyamuk berwolbachia efektif bisa menurunkan sampai 77% infeksi dengue dan mencegah hospitalisasi hingga 83%. Artinya pasien yang terkena infeksi dengue, infeksinya ringan. Hal itu artinya bahwa sejauh ini setelah melalui rangkaian uji coba, Wolbachia dianggap bisa mengurangi transmisi infeksi virus dengue ke tubuh manusia.

Tentu saja inovasi ini harus disambut gembira karena dapat mengatasi penyakit endemik yang setiap tahun selalu saja mengambil korban. Temuan ini menjadi terobosan. Tentu saja semua oran rasanya pernah tahu jika tidak mengalami langsung, cara pemerintah kita mengatasi penanganan kasus DBD dengan menggunakan istilah 3M, dan fogging.

Fogging justru bisa menimbulkan dampak baru sesak nafas, sehingga wolbachia dianggap solusi baru yang baik, apalagi di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sebagaimana pernah diuji cobakan di daerah Kulonprogo, Gunungkidul, dan di Sleman, Bantul, dan Kota.

Wolbachia dan perubahan iklim

Penelitian tentang bakteri Wolbachia ternyata bisa bertahan selamanya dalam tubuh Aedes aegypti dan bisa diturunkan pada generasi nyamuk seterusnya. Sehingga tidak bersifat temporary atau sementara, tapi akan terus menerus ada di dalam tubuh nyamuk Aedest Aegepty yang telah diberi bakteri wolbachia. Ini terbukti pada hasil penelitian pertama yang dilakukan di Queensland, Australia.

Bahwa ternyata sejak pertama dirilis, 12 tahun lalu, Wolbachia masih 100% bertahan di wilayah tempat awal mula di jadikan wilayah sampel penelitian, pernyataan ini dikuatkan Eggi Arguni, peneliti laboratorium bidang diagnostik Wolbachia di MWP Yogyakarta.

Namun dengan adanya perubahan iklim, cuaca panas yang kadang tidak menentu dan begitu menyengat, ternyata bisa membuat frekuensi bakteri Wolbachia yang ada dalam tubuh nyamuk berkurang atau mati-namun tidak hilang. Ini terjadi di Vietnam, yang juga menjadi tempat uji coba Wolbachia.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMK) memprediksi puncak fenomena iklim El Nino yang memicu cuaca panas ekstrem di Indonesia pada Agustus-Oktober 2023, diperkirakan akan berlanjut hingga awal 2024.

Sehingga para peneliti harus merilis ulang bakteri Wolbachia, yang lebih memiliki daya tahan dari varian sebelumnya. Mengapa ini juga menjadi kekuatiran di Indonesia, karena fenomena El Nino--fenomena pemanasan suku muka laut yang menyebabkan kekeringan dan curah hujan rendah di beberapa wilayah yang sedang terjadi di Indonesia, diperkirakan juga akan membuat kasus DBD melonjak, dan suhu panas akan membuat nyamuk Aedes aegypti semakin ganas. 

Bahkan menurut penelitian yang telah dilakukan, jika suhu udara di atas 30 derajat Celsius, frekuensi nyamuk menggigit akan meningkat 3-5 kali lipat.

Paling tidak wolbachia kini bisa membantu kita mengurangi intensitas penyebaran penyakit dan mengantisipasi penyebarluasan DBD yang terus memakan korban dan masih menjadi penyakit endemik di negara kita.

Dukung dengan Adiwiyata Sekolah?

Program pemanfaatan nyamuk wolbochia untuk atasi DBD, pasti akan disosialisasikan lebih masif. Saat  ini nyamuk wolbachia memang masih menjadi isu yang baru,dan pilot proyek daerah yang jadi sasarannya juga masih difokuskan pada daerah yang rawan dengan kasus penyebaran nyamuk penyebab DBD. Terutama daerah pinggiran dan permukiman padat yang rawan.

Melalui kegiatan Unit Kesehatan Sekolah-UKS di sekolah  nantinya, informasi tentang nyamuk Wolbachia juga dapat disampaikan lebih efektif, karena pemahaman yang dimiliki para sisiwa dapat mereka sampaikan kepada orang tua dan adik-adiknya.

Pengetahuan tentang nyamuk wolbachia yang benar, dapat mengurangi kekuatiran kita tentang dampak kehadiran nyamuk wolbachia yang sebagian beritanya simpang siur.

Melalui UKS, pertemuan rutin antara orang tua dan wali murid untuk konsolidasi sekolah dapat menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan informasi yang baru tanpa merasa kuatir dan merasa bersalah.

Sekolah di tingkat dasar pun dapat melakukan sosialisasi ni, termasuk dengan menggunakan tim dokcil-dokter cilik dan tim Intel Sampah, seperti yang sudah diterapkan di MIN 11 Rukoh Darussalam.

Sekolah juga bisa membantu mendukung pemberantasan DBD dengan memanfaatkan Program Adiwiyata-Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang menitikberatkan pada lingkungan dan memiliki program nyata untuk mengintegrasikan pelestarian lingkungan dalam kegiatan belajar-mengajarnya.

Melakukan penanaman tanaman obat-sekaligus pengusir nyamuk seperti lavender dan sereh. Tanaman ini dapat membantu mengusir nyamuk. Dengan cara sederhana tersebut, ada dua keuntungan--mendapat manfaat dari tanaman obat (yang dapat dimanfaatkan juga untuk bahan dapur) dan dapat menciptakan lingkungan sekolah yang tidak menjadi sarang nyamuk DBD.

Karena meskipun pemerintah telah memberikan altenatif berupa nyamuk Wolbochia, namun kita tetap harus siaga menjaga lingkungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. Antara lain menguras penampungan air, menutup penampungan air, mendaur ulang barang bekas. Plus-nya yakni memelihara ikan jentik nyamuk, pakai obat anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamur (lavender atau sereh), tidak menumpuk baju kotor di bak terbuka.

Kerjasama dari semua pihak akan makin mempercepat upaya kita mengatasi penyebaran DBD dengan bantuan nyamuk wolbochia. Setipa orang bisa berkontribusi. Yuk mulai dari rumah dan dari sekolah kita.

referensi; 1,2,3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun