Minggu ini saya butuh tenaga ekstra. Kali ini tentang upcycling bukan recycling. Tapi ada keseruan di dalamnya, karena minggu ini bersamaan dengan jadwal kami memulai lomba antar kelas dalam rangka hari guru, sekalian untuk menjaring talenta para siswa.
Memangnya apa bedanya? Recycle adalah menghancurkan barang asli untuk kemudian dibentuk lagi menjadi barang baru, sementara upcycle adalah proses daur ulang yang mengubah barang asli menjadi barang yang memiliki kemanfaatan baru tanpa menghilangkan bentuk asli suatu barang.
Dalam kondisi sekolah sedang direnovasi, dengan material berserakan disana-sini, ditambah kelas harus di bagi dalam dua sesi pagi dan sore, otomatis guru seperti bekerja seharian tanpa henti-dari pagi ke sore.
Belakangan ini kesibukan di sekolah malah bertambah satu lagi, menjadi guru pendamping project kurmer siswa membuat produk. Meski sibuk, kegiatan ini sangat menarik. Karena kegiatan project ini langsung membuat produk membuat suasana belajar menjadi seru dan tidak membosankan.
Siswa begitu antusias mengikuti semua urutan prosesnya sejak pemilihan ide atau gagasan, membuat produk hingga membuat produk imitasi dan produk asli, serta presentasi.
Minggu kemarin kami baru menyelesaikan produk membuat hiasan sirih hantaran untuk pengantin-berupa tradisi ranub lam puan atau ranub dalam bejana. Kreasi itu dilombakan dengan kelas lain dan dengan pembimbing lain, sehingga menambah rasa kompetisi untuk menciptakan produk yang terbaik.
Tema minggu lalu, memang tak berhubungan dengan pemanfaatan barang bekas-atau upcycling, tapi lebih pada pengenalan produk tradisional agar menumbuhkan kecintaan siswa pada tradisi mereka dan memberikan tidak hanya pemahaman tapi juga praktik langsung.Â
Di luar dugaan, kreasi mereka tidak hanya indah, tapi juga sangat luar biasa. Meski menyita waktu, pikiran dan tenaga tapi menjadi motivasi baru dalam pembelajaran kreatif bersama siswa.
Konsep Kurikulum Merdeka ternyata menjadi fondasi yang bisa memancing kemandirian dan kreativitas siswa. Dalam kesempatan project kedua, salah satu fokus kegiatan proyek siswa yang paling menonjol adalah upcycling, yaitu proses mentransformasi bahan limbah menjadi karya seni atau produk berguna.Â
Pilihan kami kali ini juga berkaitan dengan penguatan program  Sekolah Hijau atau green school-sekolah yang memiliki komitmen dan secara sistematis mengembangkan program-program untuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah. Kamia berusaha sebisanya mempraktekkannya di sekolah, termasuk yang paling sederhana dalam pengelolaan sampah terpilih dan terpilah.
Sekolah menyediakan beberapa buah tong sampah seperti biasanya--terdiri dari tong sampah untuk  Compost, Waste dan Recycle, untuk membiasakan budaya membuang sampah sesuai jenis manfaatnya.
Dan masih dalam usaha mempraktekkan pola green school, pilihan pada ide upcycling ini juga memanfaatkan limbah dan ditujukan lebih jauh tidak hanya menciptakan tempat bagi siswa untuk berekspresi secara kreatif, tetapi juga membentuk pola pikir berkelanjutan di kalangan generasi muda. Ini adalah semangat positif yang bisa langsung terlihat dari aktifitas yang kami jalankan.
Kurikulum Merdeka telah membuka peluang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka secara lebih bebas. Di tengah keberagaman kegiatan proyek siswa, upcycling menjadi pilihan menarik yang tidak hanya melibatkan siswa dalam proses kreatif, tetapi juga mengajarkan mereka tentang keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Upcycling, pada dasarnya, adalah seni tanpa batas. Kami berusaha mengubah bahan limbah menjadi karya seni atau produk yang berguna menggunakana kemampuan dan imajinasi siswa secara kolektif.Â
Melalui proyek ini, siswa tidak hanya belajar tentang estetika dan desain, tetapi juga mengasah keterampilan pemecahan masalah mereka. Mereka harus berpikir di luar kotak (out of the box) untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih dari sekadar barang limbah.
Dan pilihan kami pada upcycling berusaha kami koneksikan dengan Kurmer dengan memberi kebebasan untuk memilih bahan limbah apa yang ingin mereka gunakan dan bagaimana mereka akan mengubahnya.Â
Inisiatif dan kemandirian berkembang karena mereka tidak hanya mengikuti instruksi guru, tetapi juga menjadi pengambil keputusan dalam setiap langkah proyek.
Dan salah satu nilai sentral dari konsep upcycling yang ingin kami tekankan kepada para siswa adalah isu soal keberlanjutan (sustainability), yang sekarng menjadi isu global dan tengah diperbincangkan dan digunakan di semua sisi kehidupan kita.Â
Siswa tidak hanya belajar tentang cara kreatif menggunakan limbah, tetapi juga memahami dampak positif terhadap lingkungan. Mereka menyadari pentingnya meminimalkan limbah dan memberikan nilai baru pada barang yang mungkin dianggap tidak berguna.
Capaian yang ingin kami dapatkan dari project ini selain mendorong kreatifitas, juga berkaitan dengan;
Mengajarkan Tanggung Jawab; bagaimana kaitannya?. Upcycling tidak hanya tentang membuat sesuatu yang indah dari limbah, tetapi juga tentang sebuah  bentuk tanggung jawab. Dengan siswa memahami bahwa mereka bisa berperan dalam menjaga bumi dengan mengurangi sampah dan memberikan hidup baru pada barang yang sudah tidak terpakai.Â
Inilah pembelajaran penting dan kongkrit yang bisa diperoleh siswa dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Menggabungkan Keterampilan Multidisipliner:Â Kreatifitas, menjadi penghubungnya. Proyek upcycling tidak hanya membatasi diri pada seni atau desain. Siswa harus menggabungkan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.Â
Misalnya, mereka dapat mengintegrasikan keterampilan matematika dalam mengukur dan memotong bahan, atau keterampilan ilmu pengetahuan dalam memahami dampak lingkungan dari proyek mereka.Â
Kurmer menjadikan metode ini menjadisalah satu fokusnya, seorang siswa tidak hanya berpikir satu hal ketika menyelesaiakan masalah, tetapi juga menyangkut ilmu lain yang daapt digunakan untuk mempermudah pekerjaan dalam menyelesaikan projectnya.
Membangun Masa Depan Berkelanjutan:ini sebenarnya gagasan inti saat kita mengintegrasikan upcycling ke dalam Kurikulum Merdeka, kita tidak hanya membentuk siswa yang kreatif dan mandiri, tetapi juga membentuk karakter pemimpin masa depan yang peduli terhadap lingkungan.Â
Upcycling bukan hanya proyek sekolah yang sederhana dan bersifat formal, tetapi juga investasi dalam membentuk generasi yang memiliki pemahaman mendalam tentang keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Artinya bahwa melalui project yang difokuskan pada upcycling, siswa tidak hanya menciptakan produk fisik, tetapi juga menggali potensi diri mereka dan memahami peran mereka dalam menjaga lingkungan.Â
Dengan menyatukan konsep ini dalam Program Kurikulum Merdeka, kita sedang membentuk siswa menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli dan kreatif dalam menjawab tantangan zaman.Â
Upcycling bukan hanya tentang membuat barang baru, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Sesi Kurasi Produk dan Pameran
Salah satu sesi menarik dari keseluruhan project yang ditunggu para siswa adalah momen saat mereka akan memamerkan hasil karya, mereka juga akan mempresentasikannya didepan siswa lainnya.
Dan dari keseluruhan ide kreatifitas, nantinya akan dinilai oleh tim khusus untuk menentukan mana tim yang akan menjadi pemenang. Kurasi produk pada saat penjurian dapat menjadi tempat bagi para siswa untuk mengetahui detail dari kelebihan dan kekurangan produknya dan menjadi masukan yang berharga.
Sayangnya minggu lalu tim kami kalah, namun kami cukup puas bisa masuk dalam nominasi. Jadi kami berharap minggu ini project kami bisa masuk sebagai pilihan terbaik juri. Tapi intinya bahwa kami sudah berusah keras.
Meskipun sedikit menguras waktu dan pikiran, pada saat diskusi bersama siswa saya juga memperoleh banyak masukan. Apalagi ketika masing-masing siswa mempertahankan idenya dengan susah payah dan terlihat jika mereka sungguh-sungguh.Â
Namun melalui diskusi itu juga mereka mendapatkan banyak masukan, termasuk kelemahan saat mengeksekusi produk, maupun bahan baku yang sulit diperoleh atau membutuhkan proses yang panjang.
Sebagian siswa menjadikan gagasan itu sebagai sebuah ide bisnis yang katanya bisa mereka uji cobakan, Saya mendukung gagasannya, sehingga dalam diskusi yang terpisah dari rencana project, kami juga merencanakan untuk menggunakan gagasan produk untuk dikembangkan dan akan kami gunakan media sosial sebagai tempat pemasarannya.
Saya kira inilah salah satu bukti, bahwa ketika model pembelajaran sisitem project dapat memberikan manfaat multiguna yang dapat membangun inisiatif kreatif menjadi ide bisnis.
Rasanya tidak sabar menunggu minggu depan, karena  empat tim akan melakukan presentasi dan kami berharap bisa mendapatkan tidak sekedar nominasi--jika bisa menjadi juara kali ini. semoga. Sukses untuk anak-anakku semua!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H