Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Belajar Melawan Egoisme Diri, dan Kejujuran Mahal dari "Faith and The City" Hanum Rais

26 Juli 2023   01:44 Diperbarui: 29 Juli 2023   02:33 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi shooting film di new york | sumber gambar uzone.id

Memang dilematis rasanya, jika harus "mengakui" ketertarikan pada sebuah film dengan tema-pengkhiatan keluarga. Karena sejatinya, ketika kita keluar dari komitmen meskipun hanya sesaat tetaplah bentuk pengingkaran pada komitmen. Tapi kita butuh pembelajaran itu, daripada mengalaminya sendiri bukan?.

Dunia film memang seperti sebuah cermin. Sebuah film dihadirkan di alam sadar kita sejatinya terinspirasi dari banyak pengalaman nyata kehidupan kita sendiri. Memang sebagiannya fantasi yang kuat, sampai membuat kita sulit membedakan mana yang realitas dan mana yang semu.

Apalagi anak-anak yang masih sulit membedakan keduanya, sehingga kita harus bijak menjadi pendampingnya.

Kembali mencoba memahami film ini, apa konsekuensinya jika dalam kehidupan nyata seperti halnya tokoh utama, kita alami sendiri?.  Bukan tidak mungkin akan berakhir lebih buruk jika pasangan tidak memahami secara tulus kesalahan yang telah dilakukan. Dan film ini sebisanya memberikan jawaban visual lengkap dengan getar-getir sebab akibatnya, agar kita belajar lebih banyak tentunya. Dan tak coba-coba.

Film yang dibesut tahun 2018, punya daya tarik lain, karena memang kisah nyata, sebuah film biopik atau film biografi tokoh.

Film biografi, atau biopic, adalah sebuah film yang mendramatisasikan kehidupan orang atau tokoh dalam kehidupan nyata secara historis. Film-film semacam itu menampilkan kehidupan dari seorang tokoh sejarah dan menggunakan nama asli dari karakter utama. Beberapa film biopik berhasil menjadi sangat berkesan bagi penonton karena mampu menghadirkan cerita yang menginspirasi, menyentuh, atau menarik perhatian orang banyak. 

Bagaimana menikmatinya, mungkin tergantung seberapa besar harapan atau ekspektasi kita menjadikan film ini sekedar tontonan biasa tanpa kesan mendalam (nothing to lose), atau sebaliknya menjadikannya rujukan pembelajaran yang kritis.

Apalagi ketika tantangan kekinian zaman, godaan yang lebih "maut" menyebabkan perselingkuhan, pengkhianatan keluarga menjadi makin familiar. Film ini menjadi "nasehat" yang positif.

Latar belakang religiusitas ternyata tak sepenuhnya menolong dalam kekinian zaman plus "bucin" CLBK.  Religiusitas menjadi sesuatu yang sebenarnya sangat kita butuhkan tetapi makin hilang dalam hidup kita saat ini.  

Jadi memang lebih baik belajar dari orang lain agar kita mawas diri, daripada menerima sendiri risiko-risiko yang tak hanya menyakiti diri sendiri, tapi juga orang-orang yang paling kita cintai.

Hanum, Acha | gambar sri al hidayat blog
Hanum, Acha | gambar sri al hidayat blog

Film ini sempat menjadi perbincangan hangat di tahun 2018, film ini sendiri rilis pada tanggal 8 November 2018. Dan sempat dikaitkan secara politik dengan film lain yang bersamaan dirilis. Tentu saja semuanya wajar bisa terjadi terjadi, karena tokoh utama dalam film ini sekaligus penulis novelnya juga seorang politikus.

Hikmah Dari Kesalahan

Saya menyukai film ini karena jika film cinta pada umumnya menceritakan perjuangan cinta, film ini lebih bercerita tentang perjalanan mempertahankan cinta. Dilema yang sangat berat tergambarkan dalam film ini, antara mengejar impian atau menjaga keutuhan keluarga.

Film biopik cinta hanum(Acha Septriasa) dan rangga  (Darius Sinathrya) (2018) | gambar brilio.net
Film biopik cinta hanum(Acha Septriasa) dan rangga  (Darius Sinathrya) (2018) | gambar brilio.net

Sebenarnya bagi pembaca novel mungkin ada yang lebih dulu menikmati versi bacaannya, karena film Hanum dan Rangga merupakan film yang diangkat dari sebuah novel yang berjudul Faith & The City yang menceritakan kisah nyata Hanum Rais dan suami Rangga.

Seperti sebuah babak kehidupan, film ini berjalan dalam rentang kisah perjalanan kisah dua anak manusia tersebut secara runut, beraturan, meskipun tidak dengan problem yang mereka hadapi. Masalah datang bergantian, selayaknya nuansa dan romantisme orang hidup yang penuh dinamika.

Film "Hanum dan Rangga" merupakan film drama Indonesia yang disutradarai oleh Benni Setiawan. Film ini merupakan sekuel dari film "Ada Apa Dengan Cinta? 2" yang populer pada tahun 2016. "Hanum dan Rangga" bercerita tentang kisah cinta dua karakter utama, yaitu Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Darius Sinathrya).

Cerita Hanum dan Rangga, bermula ketika mereka menjadi sepasang kekasih saat masih muda, dan kemudian berlanjut menjadi romantika berbahaya di usia lain mereka ketika menjadi dewasa, ketika mereka juga harus berjuang mengokohkan mahligai rumah tangganya. 

Semua paham jika awalnya semua diawali dari CLBK-Cinta Lama Bersemi Kembali---manis, romantis. Apakah film ini sebenarnya juga ingin menyampaikan "pesan" bahwa berpacaran menjadi sesuatu yang butuk dalam pandangan agama, karena akan berdampak seperti yang terjadi dalam film ini?.

Hanum dan Rangga digambarkan bertemu kembali di Amsterdam, Belanda, ketika mereka menghadiri acara pernikahan teman-teman mereka. Pertemuan ini membuka kembali kenangan indah di masa lalu dan memicu perasaan cinta di antara dan tak terduga. Semestinya mereka menyadari masing-masing posisinya, tapi begitulah "bumbu" kehidupan.

Mereka ternyata memiliki kisah cinta yang bisa dibilang rumit. Hanum dan Rangga saling merasa bahwa cinta mereka masih ada, tetapi kini keduanya telah memiliki komitmen dan tanggung jawab yang berbeda dalam hidup mereka. Hanum telah menikah dan memiliki keluarga, sementara Rangga memiliki hubungan yang rumit dengan seorang wanita. 

Film ini menguatkan konflik batin pada hubungan Hanum dan Rangga, akankah memberikan kesempatan kedua bagi cinta mereka yang pernah terpisah selama bertahun-tahun, ataukah mereka akan memilih meneruskan hidup dengan pilihan yang sudah mereka buat. 

Tapi jika Hanum dan Rangga adalah kita, bagaimana kita memutuskan?, mengalah pada egoisme kasmaran, atau pada hati dan cinta pasangan masing-masing yang telah menambat dan tertambat?.

Perkawinan, dalam pandangan banyak orang, adalah ikatan yang dianggap paling suci dan saling percaya. Mungkin kini telah banyak mengalami pergeseran makna, kadang menjadi ikatan palsu tanpa komitmen. 

Perselingkuhan, mungkin jenis pengkhianatan yang paling sering terjadi, bisa menjadi pemicu terbesar perpecahan. Ketika salah satu pasangan memutuskan untuk berselingkuh, itu bukan hanya tentang keterlibatan fisik tetapi juga pengkhianatan terhadap kepercayaan, komitmen pernikahan. 

Hasrat dan kebutuhan pribadi seringkali menjadi dalih bagi perilaku yang merusak ini, mengorbankan stabilitas perkawinan yang telah dibangun dengan susah payah.

Film ini memberi pelajaran penting, karena pada akhirnya mereka memutuskan untuk tak egois pada kepentingan sendiri. Meskipun kita sepenuhnya tak setuju pada wujud pertemuan romantis itu-karena itu sebuah bentuk "ketidaksetiaan", apalagi dari kacamata agama,  namun keputusan untuk kembali pada pasangan adalah pembelajaran yang paling penting, diakhir semuanya.

Pengkhianatan emosional adalah bentuk ketidaksetiaan yang kurang terlihat secara fisik tetapi mampu menyakiti hati dengan sangat dalam. Ketika salah satu pasangan memberikan perhatian dan dukungan emosional kepada orang lain di luar perkawinan, mungkin bahkan melebihi dukungan yang diberikan pada pasangan, itu adalah bentuk pengkhianatan emosional. 

Pengkhianatan dalam sebuah perkawinan adalah persoalan yang rumit dan seringkali tidak mudah untuk memperbaikinya. Namun, bagi beberapa pasangan, itu bisa menjadi titik balik yang memaksa mereka untuk memperkuat hubungan mereka, mencari pemahaman, dan mencari solusi bersama. Proses menyembuhkan luka dan membangun kepercayaan kembali memerlukan komitmen, keterbukaan, dan upaya nyata dari kedua belah pihak.

Pengkhianatan dalam perkawinan mengingatkan kita akan kerapuhan manusia dan pentingnya menghargai komitmen serta kepercayaan yang diberikan oleh pasangan kita. Meskipun tidak ada perkawinan yang sempurna, kejujuran dan keterbukaan tetap menjadi pondasi yang penting untuk membangun hubungan yang kokoh dan penuh kasih sayang. 

Sebuah perkawinan yang kuat membutuhkan usaha, kesabaran, dan komunikasi yang baik, sehingga pengkhianatan tidak lagi memiliki ruang untuk tumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun