Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kota Layak Anak, Tapi Anak Tak Punya Suara, Lantas Apa Gunanya?

25 Juli 2023   22:41 Diperbarui: 25 Agustus 2023   21:20 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak ikut mengevaluasi kebijakan kota, apa tidak aneh dan berlebihan?

Ya, anak-anak bisa berperan aktif saat merancang dan mengevaluasi kota layak anak. Partisipasi anak dalam proses perencanaan dan evaluasi kota merupakan salah satu elemen penting dari pendekatan "kota layak anak" atau "kota ramah anak". Hal ini berarti anak-anak memiliki kesempatan untuk memberikan masukan, ide, dan aspirasi mereka terkait desain dan pengembangan lingkungan kota di mana mereka tinggal.

Mereka bisa ikut bersuara karena anak-anak juga punya pandangan unik tentang dunia di sekitar mereka. Melibatkan mereka dalam perencanaan kota memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan, harapan, dan keinginan mereka. Terutama ahrapan untuk memiliki ruang yang aman dan ramah untuk mereka. Jadi partisipasi mereka mestinya membantu memastikan bahwa desain kota mempertimbangkan aspek keamanan dan kenyamanan anak-anak. Ini termasuk fasilitas rekreasi, taman, lintasan pejalan kaki, dan infrastruktur lain yang aman bagi anak-anak.

Mengapa mereka dilibatkan juga bisa menjadi cara mereka belajar dan terlibatan aktif, dengan berpartisipasi dalam perencanaan kotanya.  Anak-anak bisa belajar tentang proses pengambilan keputusan, tanggung jawab sosial, dan pentingnya keterlibatan aktif dalam masyarakat.

Suara mereka akan berguna karena bisa membantu mereka meningkatkan kepuasan hidup, karena ketika terlibat mereka merasa dihargai dan didengar dalam pembentukan lingkungan mereka. Terutama untuk menciptakan kota inklusif yang  membantu memastikan bahwa desain kota tidak hanya memenuhi kebutuhan anak-anak dari latar belakang sosial dan budaya tertentu, tetapi juga mempertimbangkan keberagaman dan inklusi.

kota layak anak gambar pingpoint
kota layak anak gambar pingpoint

Tentang Anak-Anak

Mendefinisikan "Anak" dalam kaitannya dengan gagasan Kota Layak Anak (KLA) ternyata tidak sederhana. Bahwa mereka memiliki begitu banyak jenis sekaligus mewakili masalah mereka.

Anak Prasekolah, kelompok anak berusia di bawah 6 tahun dan belum bersekolah formal. Kebutuhan mereka tentu saja program yang bisa mendukung kebutuhan pendidikan dini mereka, yang bisa merangsang atau men-stimulasi perkembangan, serta berbagai upaya perlindungan bagi anak-anak prasekolah. Mereka membutuhkan ruang bermain dan belajar yang memadai untuk anak seusianya.

Anak Sekolah, kelompok ini mencakup jumah yang besar karena merupakan kelompok anak-anak yang berusia antara 6 hingga 18 tahun yang bersekolah atau menerima pendidikan formal. Kebutuhan mereka adalah tersedianya akses dan kualitas pendidikan bagi anak-anak bersekolah serta melindungi mereka dari berbagai bentuk kekerasan di lingkungan sekolah.

Anak dengan Kebutuhan Khusus, kelompok anak berkebutuhan khusus baik fisik, intelektual, maupun emosional. Sehingga kita harus memastikan tersedianya aksesibilitas dan dukungan yang memadai bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk mengoptimalkan partisipasi mereka dalam lingkungan yang ramah.

Anak Jalanan, kelompok ini menjadi salah satu bagian dari masalah sosial yang rumit, terutama diperkotaan. Kelompok anak yang tinggal atau beraktivitas di jalanan, sehingga kebutuhan krusial mereka adalah berbagai program yang bisa mengatasi isu anak jalanan dan memberikan tempat yang aman serta layanan yang mendukung bagi mereka.

Anak yang Terlantar, Kelompok yang tak kalah rumit dari anak jalanan, karena mereka tidak memiliki asuhan keluarga atau terlantar dari rumah, sehingga ketersediaan sarana perlindungan, pemenuhan hak-hak dasar, dan perawatan bagi anak-anak yang terlantar menjadi sangat krusial.

Anak Perempuan, ini bukan hanya persoalan terkiat gender atau jenis kelamin saja, akreana kelompok anak perempuan memiliki tantangan khusus dalam mengasuhnya dan seringkali berada dalam risiko tinggi dari serangan kekerasan dan eksploitasi.

Anak Migran,  kelompok anak yang berpindah tempat tinggal atau negara demi mencari pekerjaan atau karena alasan lainnya. Akses layanan dan perlindungan bagi anak-anak migran menjadi kebutuhan penting mereka.

Dengan memahami sasaran yang menjadi substansi dari kerja-kerja membangun KLA, program dan kebijakan yang ditetapkan bisa lebih tepat sasaran untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki hak-hak yang dihormati dan terlindungi dengan sebaik-baiknya.

Ada Aa Dengan KLA,?

fasilitas bermain di kota layak anak gambar detiknews detikcom
fasilitas bermain di kota layak anak gambar detiknews detikcom
Tentu saja banyak pertanyaan kita yang muncul, apa kelemahan dan akar masalah mengapa meski program Indonesia Layak Anak pada tahun 2030 menargetkan tercapainya 514 Kota Layak Anak (KLA) dan terlindunginya 87 juta anak, namun pada tahun 2022 belum ada satupun KLA yang mencapai standar KLA mutlak. 

Pencapaian tertinggi di tahun 2022 baru diraih oleh 8 kota atau kabupaten yang tergolong dalam kategori Utama. Seolah menjadi sebuah jawaban mengapa KLA belum merata dilaksanakan. Apakah pemahamannya yang masih kurang atau keterlibatan para pihak yang masih belum menyentuh masalah yang menjadi kebutuhan mendasar.

Apakah KLA bisa diwakili hanya sekedar tersedianya tempat bermain layak anak?.

Tak semua Pemerintah Daerah bisa memenuhi prasyarat sebuah KLA, jika masalah yang menjadi dasar kebutuhan menciptakan KLA tidak bisa dipenuhi dengan benar.

Masalah keterbatasan sumber daya, baik keuangan, manusia, infrastruktur, maupun teknologi, menjadi salah satu kendala. Apalagi saat pandemi dua tahun lalu ketika dana pembangunan diprioritaskan untuk mengatasi masalah pandemi.  Mewujudkan KLA yang ideal juga memerlukan investasi yang besar dalam banyak sisi, mulai dari pendidikan, kesehatan, lingkungan, termasuk seperti tersedianya fasilitas pendukung KLA, seperti ruang bermain.

Birokrasi juga bisa menjadi kendala yang kompleks, karena  prosedurnya tidak mudah dan bisa menghambat pelaksanaan program KLA. Ada yang bercanda, bahwa untuk mengambil satu kebijakan saja, akan butuh banyak seminarnya. Karena kendala birokrasi bisa menyebabkan proses pengambilan keputusan dan implementasi program menjadi lamban.

Kesadaran dan komitmen masih menjadi barang langka dalam mewujudkan KLA. Tidak semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, mungkin punya kesadaran dan komitmen yang sama terhadap pentingnya menciptakan KLA. Jika ini terjadi makabisa menghambat kolaborasi dan kerjasama dalam mewujudkan tujuan tersebut. Ini juga berkaitan dengan bagaimana pengawasan dan evaluasi yang ketat terhadap program KLA bisa menyebabkan kurangnya akuntabilitas dan kesadaran terhadap kelemahan yang harus diatasi.

suasana hutan kota di banda aceh sumber gambar tribunews
suasana hutan kota di banda aceh sumber gambar tribunews

Belum lagi soal tantangan geografis dan demografis karena beberapa daerah mungkin menghadapi tantangan khusus, seperti akses terbatas ke wilayah terpencil atau tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Ini sebenarnya juga menjadi jawaban langsung mengapa KLA masih berjalan efektif hanya di kabupaten atau kota kategori utama, sedangkan wilayah dibawahnya masih lamban berjalan atau tidak terlaksana sama sekali.

Ditambah lagi soal ekonomi dan kemiskinan, yang sulit di beberapa daerah bisa menjadi penghambat dan mempengaruhi akses anak-anak terhadap layanan dan fasilitas yang mendukung kehidupan mereka.

Begitu juga masih kurangnya keterlibatan anak-anak, meskipun tujuan KLA adalah melindungi anak-anak, terkadang partisipasi aktif anak-anak dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program belum optimal. Keterlibatan anak-anak dalam proses perencanaan dan implementasi sangat penting untuk memastikan program berfokus pada kebutuhan mereka.

Bagaimana Anak IKut Terlibat dalam KLA?

Melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program KLA adalah langkah penting untuk memastikan bahwa program benar-benar berfokus pada kebutuhan dan hak-hak mereka. Partisipasi aktif anak-anak bukan hanya sebagai simbol inklusivitas, tetapi juga memberikan kontribusi berarti dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perlindungan mereka. 

Bahwa kita semua bisa melakukan komunikasi dengan meluangkan waktu dan ruang bagi anak-anak untuk berbicara dan mengungkapkan pandangan mereka tentang isu-isu yang berpengaruh pada hidup mereka dengancara yang persuasif.

Seperti saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), bisa menjadi ruang untuk berkomunikasi, memahami tentang KLA. Karena MPLS juga bisa direkayasa secara tematik untuk banyak tujuan yang positif. Apakah untuk menggali kesadaran lingkungan-spesifik tentang tata kelola sampah, kreatifitas, atau kesadaran tentang lalulintas.

Dorong Partisipasi dalam Pertemuan dan Diskusi: Ajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan diskusi terkait KLA. Pastikan bahwa mereka merasa didengar dan bahwa pendapat mereka dihargai dalam proses pengambilan keputusan. Banyak forum yang bisa menghadirkan mereka untuk terlibat lebih banyak.

Pengalaman dari sekolah, siswa juga dilibatkan dalam Duta Sadar Hukum, Pelajar Pelopor Keselamtan Berlalu Lintas, Duta Lingkungan, Duta Seni, dan banyak even lainnya. Ruang itu bisa menjadi perantara tersampaikannya pesan dan harapan anak-anak terhadap substansi apa yang dibutuhkan ketika membangun sebuah KLA. 

Komunikasi yang tidak rumit, ini penting dan harus menjadi perhatian semua pihak, karena saat berinteraksi dengan anak-anak, penggunaan bahasa komunikasi yang mudah dipahami dan sesuai dengan usia mereka, bisa membantu mereka untuk lebih aktif berbicara dan menyampaikan ide-ide mereka.

Menggunakan Kelompok Konsultasi Anak, bisa dilakukan di berbagai tingkatan, sebagai wadah bagi anak-anak untuk berpartisipasi dalam perencanaan program KLA secara formal. 

Bukan tidak mungkin juga melibatkan komunitas atau lembaga swadaya masyarakat untuk berusaha mendorong isu-isu KLA manjadi lebih menarik dan intens dilakukan dalam kelompok-kelompok tersebut.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan program KLA, keterlibatan anak-anak dalam kegiatan seperti lokakarya, diskusi kelompok, permainan peran, dan lainnya, bisa menjadi cara mereka berkontribusi dengan aktif. Tentu saja dengan mendengarkan suara mereka dengan empati. 

Agar mereka bisa terlibat dalam proses perencanaan, karena saat merumuskan tujuan dan strategi program KLA juga didasarkan pada pemahaman mereka tentang kebutuhan dan harapan. Ini adalah bentuk pelibatan mereka dalam wujud pendidikan partisipatif. 

Melibatkan anak-anak dalam pendidikan tentang hak-hak mereka dan pentingnya partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan ini membantu mereka memahami bahwa suara mereka penting dan harus didengar.

Meskipun hal ini tidak mudah, namun menjadi jalan yang harus kita tempuh, jika ingin KLA bisa mencapai targetnya. Paling tidak mendekati dari harapan.

Semakin intens program ini digerakkan, maka akan semakin banyak pihak yang terlibat bisa memahami apa substansi sebenarnya kebutuhan sebuah KLA.

Dengan melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program KLA, kita bisa menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. 

Partisipasi anak-anak memberikan manfaat berlipat ganda, karena mereka memiliki persepsi unik tentang dunia di sekitar mereka dan memiliki potensi untuk memberikan ide-ide inovatif yang bisa meningkatkan efektivitas program KLA secara keseluruhan. Semoga akan semakin banyak KLA terwujud di waktu-waktu mendatang. 

Semuanya harus dimulai dari adanya niat baik, dan didukung kerja luar biasa!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun