Ada orang yang cenderung yang memilih jadi "bawang putih", ketika di teror para "bawang merah" di kantor, karena meski diteror akhinya bisa menikah dengan raja. Tapi dalam kehidupan nyata?. Habis diteror justru merana, hanya di sinetron banyak "bawang putih" jadi permaisuri. Mungkin sebagian kita masih ingat kan, dongeng tradisional kita jaman dulu, tentang kisah Bawang Putih dan Bawang Merah?.Â
Dimana orang sering memperlihatkan perilaku workplace bullying?, di sinetron!. Karena sinetron juga menggambarkan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata, yang divisualisasikan kembali dan didramatisir.
Meski hidup bukan sepenuhnya drama, tapi banyak "drama" didalam kehidupan kita. Bahkan jika kita kepingin membuat drama dari kisah nyata diri sendiri saja, bukan cuma satu bahkan bisa dibuat serial dengan  sekuelnya sekalian.
Tapi benarkah workplace bullying memang benar-benar terjadi?. Apa sebenarnya workplace bullying, apakah setiap orang yang bekerja pernah mengalaminya.
Rasanya orang yang pernah bekerja, pernah mengalami workplace bullying meski kadarnya saja yang berbeda.Paling minimal dicibir sama rekan kerja. Jika mereka bukan kalah prestasi, bisa jadi kalah daya tarik.
Seperti di sinetron, ketika asisten rumah tangga dikerjai majikan dengan overload pekerjaan, padahal ia tak punya kesanggupan bekerja sampai lembur, tapi justru dipaksa lembur dengan timbunan pekerjaan yang harus selesai secepatnya.
Lain halnya jika kita dikasih banyak pekerjaan, tapi juga dikasih waktu yang cukup, dengan sumber daya cukup, tapi karena sering menunda pekerjaan akhirnya menumpuk dan terpaksa harus kerja ekstra.
Kenali Dulu Apa Itu Workplace Bullying
Workplace bullying sebenarnya bentuk tindakan agresif di tempat kerja yang dilakukan oleh rekan kerja atau atasan secara sengaja dan berulang kali dengan tujuan melukai atau membuat seseorang tidak nyaman .
Tingkat "kejahatan" perilaku workplace bullying yang terjadi pada korbannya juga punya tingkat keparahan (severity) yang berbeda. Persis di sinetron-sinetron Indonesia, menyalahgunakan kekuasaan, dengan memberi tugas yang berlebihan di luar kapasitas bawahan atau rekan kerja dan terjadi di sepanjang episodenya.
Sebagai misal karena faktor kebencian atau bentuk ketakutan adanya persaingan kuasa karena rekan tersebut dianggap memiliki kapasitas yang "berbahaya" bagi karier.
Dampaknya bisa sekedar terkena punishment dari kantor atau dari majikan yang berdampak psikis, atau lebih parah lagi mendapat luka fisik.
Mengambil atau mengakui ide rekan atau bawahan sebagai ide pribadi demi penghargaan diri sendiri, demi kenaikan jabatan atau promosi. Padahal gagasan tersebut diperoleh dari rekannya sendiri.