Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Mood Merubah Motivasi Menjadi Emosi, Apa Obatnya?

10 Juli 2023   14:05 Diperbarui: 16 Juli 2023   21:53 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak murung dan menyendiri di kelas-sumber gambar-alodokter

Hubungan Sosial yang Kuat: Memiliki dukungan sosial yang baik dan hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan guru bisa memberikan dukungan emosional untuk membantu mengatasi masalah.

Problem Solving, harus didukung kemampuan bisa mengidentifikasi masalah, memikirkan cara menyelesaikan masalah dan mengambil tindakan yang tepat.

Dan dukungan seorang guru, membantu siswa membangun resiliensi emosional berarti membantu mereka mengembangkan keterampilan dan cara mengatasi tekanan akademik, konflik sosial, kegagalan, atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Sehingga siswa lebih siap dan mampu mengatasi tantangandan tetap fokus pada pencapaian prestasi di sekolah.

Tantangan Tugas Guru

berdiskusi di kelas bersama siswa di SMAN 5 Banda aceh-sumber gambar-dokumen pribadi
berdiskusi di kelas bersama siswa di SMAN 5 Banda aceh-sumber gambar-dokumen pribadi

Di era kekinian guru-guru dituntut dengan berbagai standar tinggi dengan penilaian yang diukur. Dan seperti dikemukakan Giroux (1988) dalam Teachers as Intellectuals: Toward a Critical Pedagogy of Learning sudah mengingatkan bahwa para guru di sekolah juga "terancam" oleh pendekatan pendidikan yang lebih fokus pada hal bersifat teknis daripada mentalitas.

Padahal guru harus bertanggung jawab dengan apa yang mereka ajarkan, bagaimana harus mengajar, dan apa tujuan besar yang mereka harapkan untuk keberhasilan siswanya.

Dalam Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Kemdikbud, 2018), Pemerintah juga berharap siswa bisa meraih ragam kompetensi, seperti berpikir kritis (criticial thinking), kreatif, dan inovatif, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, dan kepercayaan diri. Semua itu merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Dan guru menjadi perantara menuju target itu.

Bahkan jika kita merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024, agar siswa bisa berhasil di lingkungan kerja masa depan, ada enam profil Pelajar Pancasila yang harus ditumbuhkembangkan, yakni berkebinekaan global, bergotong royong, kreatif, bernalar kritis, mandiri, serta beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Sehingga seperti disampaikan Saifer (2018) dalam buku HOT Skills: Developing Higher-Order Thinking in Young Learners, para guru setidaknya punya dua kapasitas yang harus diajarkan kepada para siswanya.

Pertama, critical thinking, bagaimana cara berpikir jernih dan akurat, belajar untuk memahami, menentukan kebenaran informasi dan melihat tak sekedar yang tampak di permukaan, tapi juga memahami arti disebaliknya. Seperti memahami materi pembukuan dasar dalam akuntansi untuk kehidupan bisnis di dunia nyata.

Kedua, creative thinking yang tentu saja berkaitan dengan kemampuan berkreasi, memahami teori, dan bagaimana mengaplikasikannya dalam pembelajaran, serta bagaimana menggunakan atau mungkin menciptakan metode, atau pola belajar yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun