Setiap kali melihat tayangan  tentang desa-desa terpencil dan sekolah-sekolah di daerah 3T-Tertinggal, Terdepan dan  Terluar, saya selalu membayangkan, bagaimana kehidupan mereka sesungguhnya berlangsung.
Apakah kehidupan mereka berlangsung apa adanya tanpa merasa serba kekurangan karena ketiadaan listrik?. Apakah ketiadaan listrik sebagai kebutuhan energi bagi kita tak mereka anggap sebagai kebutuhan vital karena memang tak ernah mereka rasakan?.
Semua karena keterbatasan kondisi alam, isolasi wilayah yang membuat mereka "bertahan" dengan caranya sendiri.
PLTS AtapÂ
Bayangkan jika elektrifikasi hijaunesia yang digagas PLN Indonesia Power IPLN-IP) kelak akan semakin banyak "menyinari" desa-desa di wilayah 3 T. Agar mereka bisa merasakan kemudahan teknologi membantu kehidupan mereka.
PLN Indonesia Power, adalah perusahaan pembangkitan terbesar di Asia Tenggara akan mengembangkan energi hijau sebesar tujuh GW di 108 lokasi Indonesia. Subholding PT PLN (Persero) tersebut mengajak berbagai calon mitra strategis dari 15 negara untuk berkontribusi dalamn Proyek Hijaunesia 2023.
Kabarnya, PT PLN Indonesia Power (IP), menginisiasi pengembangan pembangkit listrik energi hijau dan bersih sebesar tujuh gigawatt (GW) untuk mencapai target 23% bauran energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025.
Bayangkan juga seandainya akan semakin banyak rumah-rumah tak lagi bergantung pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) sepenuhnya. Mereka memproduksi sendiri sumber energi untuk menghidupkan seluruh peralatan yang bergantung pada energi listrik.
PLTS seolah menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sendiri (mandiri) karena memanfaatkan energi surya. Ini akan menjadi solusi kita agar terbiasa untuk hidup bersahabat dengan alam secara lestari.
Selain dengan pencahayaan alami yang cukup, kita juga akan menghemat energi dan membuat rumah kita sehat dan nyaman untuk beraktivitas di dalamnya. Pola hidup hemat energi tentu saja kita akan bijak dalam hemat biaya.