Gempita dan semarak program Merdeka Belajar di sekolah kota, ternyata juga bisa dinikmati anak-anak, meski belum dijalankan optimal. Dengan segala keterbatasan Fauziah berusaha membagi ide, gagasan yang tak cuma diceritakan tapi diwujudkan dalam proses belajar yang makin interaktif dalam diskusi di alam berpayung langit, beralas bumi.
Modul yang ia simpan dalam gadget, menjadi kejutan yang menggembirakan siswanya. Dan banyak pengetahuan baru lain yang setiap hari ingin ia bagikan pada siswanya dengan tak sabar hati.
Susah sebenarnya membicarakan komitmen dengan dedikasi yang nyaris hidup dan mati berjibaku dengan deras arus sungai. Tapi komitmen kuat demi pendidikan itulah yang membuat ia tak ingin mengecewakan siswa-siswanya yang mau belajar dan tak mau kehilangan kesempatan untuk belajar.
Keberanian adalah satu-satunya modal nekatnya atas rasa tanggung jawab pendidikan anak-anak di desa yang berbatas gunung itu. Apalagi kala sungai meluap dan cuaca buruk saat hujan deras, ia tidak menyerah dan tetap melanjutkan perjuangannya untuk mengajar.
Kisah ini tak hanya membuat saya malu, karena ternyata dedikasi saya selama ini masih jauh dari apa yang diberikan Ibu Fauziah, padahal saya sudah berusaha keras, apalagi kala Program Merdeka Belajar mulai dijalankan. Sayang sekali, jika ibu Fauziah harus terus berjuang, mungkin hingga tenaga tak lagi kuat menembus deras sungai.
Saya terbayang ketika adik baru menyelesaikan pendidikan dokter, lalu memilih mengabdi di Woyla, dusun yang jauh dipedalaman.
Rumah dinas tempatnya tinggal bersisian dengan puskemas sederhana harus ditempuh satu jam perjalanan darat sebelum disambung rakit selama hampir setengah jam hingga di tengah perkampungan yang jauh dari hiruk pikuk kota. Terbayang bagaimana kerasnya usaha menyeberang sungai berarus deras, apalagi ketika menjemput pasien sakit darurat dengan rakit.
Namun, di sebalik kisah Ibu Fauziah, ada ribuan catatan lain para silent hero, dengan dedikasi menantang maut dan marabahaya demi sekolah, demi murid dan masa depan anak-anak didiknya. Bisa jadi satu buku tersendiri menceritakannya.Â
Jalan Terjal  Merdeka Belajar Daerah 3T
Meskipun Program Merdeka Belajar punya tujuan baik bagi pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, tapi tetap saja masih ada titik lemah dibalik banyak kisah sukses.
Beberapa daerah harus melawan tantangan minimnya sumber daya, infrastruktur, dan kesempatan pendidikan. Usaha keras harus memastikan program benar-benar inklusif, tak meninggalkan mereka yang terpinggirkan.
Meskipun kita bisa memahami begitu banyak masalah Infrastruktur dan aksesibilitas, Pemerintah masih harus kerja keras membangun infrastruktur, memperbaiki jalan dan jembatan, memperluas jangkauan jaringan telekomunikasi dan internet, menyediakan akses listrik yang stabil. Semuanya demi proses belajar lebih baik.
Sisi lainnya, Pemerintah  juga harus mengembangkan kurikulum yang cocok dengan konteks lokal di daerah khusus itu. Pelatihan dan peningkatan kapasitas guru, dengan memberikan pelatihan dan program peningkatan kapasitas kepada guru di daerah 3T.