Kafe ber-wifi kini juga banyak, meskipun sebenarnya nikmatnya ngopi ya menikmati kopi bukannya wifi, itu cuma sekedarnya, karena kita bisa bebas mengobrol dan menikmati makanan teman kopi yang di Aceh kebanyakan justru kue basah. Meliputi pulut panggang, ketan beulukat atau ketan dengan taburan kelapa yang telah dimasak dengan gula merah, dan roti selai asli Samahani--kota di Selatan ban Aceh arah ke Indrapuri di Aceh Besar. Atau makanan sedikit berat seperti mie Aceh atau martabak Aceh yang mirip martabak India.
Kopi Beurawe
Tempat yang sedang aku singgahi itu kedai kopi beurawe, terus terang memang jadul, tapi kopinya luar biasa. Rasanya kuat dan saya sebenarnya tak begitu terbiasa, karena saya jenis penggemar kopi sachetan sebagai "rekanan" kerja, pengurang kantuk, selain musik. Bisa susah tidur kata orang jika minum kopi jenis asli tanpa gula.Â
Segelas pancong kopi artisanal yang konon bijinya dirawat tanpa pestisida, tapi dengan pupuk dari cairan yang diperoleh dari limbah kayu sebagai pengusir hamanya. Aku tak ingat apa nama pestisida alami itu.
Hal lain yang bisa saya ceritakan karena ini cuma kunjungan sejenak, para penjualnya ternyata semuanya orang tua. Sebagiannya dulu malah bekerja sejak muda dan sampai sekarang sudah jadi legenda.
Jadi kalau diperhatikan di warung kopi yang katanya warung kopi pertama di Banda Aceh, para pelanggan tinggal menyapa si pembuat kopi yang telah bersiap dengan "saring kopinya" dan cukup bilang "pancong" untuk porsi kopi kecil. Atau cukup bilang" seperti biasa". Atau malah jika sudah akrab, si pembuat kopi yang bilang "seperti biasa" bukan si pemesannya.
Itu saja sudah menunjukkan betapa warung kopi di Aceh memang sebuah tradisi dan menjadi bagian dari budaya.
Memang harus diakui ada kenikmatan tersendiri, menikmati kopi Beurawe, ada rasa persaudaraan dan keakraban--bukan hanya akrab dengan hape dan wifi. Ini yang dirasakan kuat, sekental kopinya.Â
Tapi, ternyata lidah saya masih tetap kalah, maklum penggemar kopi sachet melawan kopi artisinal asli, pahit pula. Saya Menyerah kalah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H