sumber gambar: komputerisasi, creative media
Memang problem menjadi canggih selalu tidak jauh dari urusan "gagap teknologi" alias gatek. Bahkan ada seorang guru yang menjelang masa pensiun tapi berminat ikut pelatihan komputer, sampai takut menekan tuts. Siapa tahu kalau salah pencet, komputer akan meledak!.
Sewaktu saya datang ke mejanya dan membantunya mengetik dengan cepat, ia pindah tempat duduk karena takut akan ada "ledakan".
Jadi darimana kita memulai langkah menuju transformasi teknologi digital itu?. Tiga tahapan dalam penggunaan teknologi memang harus berjalan pararel.
Pertama; Kompetensi digital-harus dimulai dari pengenalan dan pembelajaran dasar. Dengan mengenal komputer lebih baik, tak akan ada ketakutan komputer akan "meledak" karena salah pencet tuts-nya. Memahami jika komputer makin memudahkan jenis pekerjaan para guru, sehingga tak harus begadang , atau bekerja seperti para pegawai admin. Jika begitu, kapan mau belajar untuk persiapan mengajarnya.
Kedua;Â Penggunaan Digital; semua jenis pekerjaan terkait persiapan bahan mengajar, sudah mulai menggunakan komputer, sehingga fokus belajar dan mengajar bisa lebih banyak perhatian untuk mendorong siswa belajar dan memahami materi.Â
Apalagi jika menggunakan kesempatan memanfaatkan sebagian waktu belajar menggunakan teknologi. Jadi ada pembagian kelas pada jam tertentu atau waktu tertentu mencari bahan dengan bantuan teknologi di laboratorium komputer.Â
Mencakup semua jenis mata pelajaran, bukankah tak ada salahnya, pelajaran kesenian juga sesekali "berselancar" mencari ide dan pembelajaran baru di internet?.
Ketiga; Transformasi Digital, ketika porsi pekerjaan  para guru seperti saya, semakin banyak dibantu oleh komputer, agar semakin cepat, mudah dan lebih nyaman (bagi yang paham komputer). Terasa sekali bedanya, ketika kami dahulu membuat Rencana Pembelajaran secara manual, dengan jumlah halaman yang banyak dan laporan hasil belajar juga harus dibuat setelahnya.
Sekarang, kita bisa menyimpannya dalam folder arsip dan dapat mengedit, menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan, dan yang pasti tak lagi "menyita waktu" hanya berkutat dengan urusan persiapan bahan mengajar saja. Apalagi dengan kurikulum yang masih berubah-ubah terus.
Belum lagi ada guru yang juga punya tanggungjawab lain. Mengurus "siswa bermasalah", mendorong dan memotivasi siswa belajar, dan ragam pekerjaan lain para pendidik, karena pekerjaan seorang guru memang tak cuma mengajar, tapi "memanusiakan manusia"-ya dengan cara mendidik itulah.
Setidaknya Transformasi Digital, bisa meringankan kerja para guru, dan meng-optimalkan peran mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Terasa sekali ada perbedaan bagi kami para guru, bahkan ketika libur, apalagi seperti saat daring dua tahun sebelumnya, kami merasa rindu bersekolah, bertemu di ruang kelas, berdiskusi.Â
Itu sebenarnya wujud hakiki dari hubungan guru dan siswa, yang kelak membantu membentuk karakternya, dan membantu mereka "menemukan" passion untuk masa depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H