Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengapa Masih Terkenang Era Kolonial?

20 Agustus 2022   20:31 Diperbarui: 25 Agustus 2022   12:23 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika memang tanahnya diperlukan untuk infrastruktur proyek pemerintah Indonesia, petani harus membelikan lagi sebidang tanah di tempat lain, yang masih merupakan lahan pertanian. Harus terus berjuang dan berjuang memelihara passion bertani yang merupakan warisan nenek moyang.

Persatuan dengan pihak pemerintah,  agar tidak terlalu mudah mendatangkan investor. Hal ini akan membuat rakyat tetap sebagai pekerja seperti pada era kolonial. Hasilnya juga nantinya seperti pada era kolonial, pemerintah Indonesia dan investor  yang beruntung dan rakyat tetap miskin seperti petani pada era kolonial.

Indonesia memperoleh kemerdekaan juga dari gerakan para terdidik.  Mereka adalah Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno; Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta  dr. Wahidin Soedirohusodo; Ki Hadjar Dewantara; dr. Sutomo dan masih banyak lagi. Hanya melalui pendidikan rakyat akan merdeka dari kolonial pada era sekarang.

Ghina melamun sendiri, mengenang ayah dan ibunya yang telah lama tiada.

Ghina bersyukur sempat dibesarkan oleh ayah dan ibunya di lingkungan PG. 

Ghina merasakan perjuangan setiap hari. Kehidupan di PG yang letaknya di desa, jauh dari kota membuat dalam mencari setitik kebahagiaan harus melalui perjuangan.Setiap hari ke sekolah dengan bus sekolah, sepulangnya harus di rumah tidak bisa seenaknya berjalan-jalan ke kota. Dalam seminggu hanya ada 2x bus rekreasi ke kota, itupun Dianti harus pergi bersama ayah dan ibunya. 

Ghina merasakan persatuan dengan keluarga, dan teman-teman di PG. Selepas dari sekolah dengan mereka, Dianti bercengkerama dan bertukar pikiran. Memang sudah sangat enak bisa masuk dalam lingkaran PG, ada lapangan tenis, kolam renang, ruang ping-pong. Kalau berbakat main musik juga ada grup band.

Ghina juga menikmati pendidikan. Lingkungannya membuat dia merasakan harus mengejar pendidikan setinggi-tingginya. 

Hanya saja, sekarang Ghina sedang bersedih.

Apakah negerinya harus mengalami seperti pada era kolonial, yang ada Sistem Tanam Paksa? Mengapa pemerintah Indonesia yang telah merdeka membiarkan petani menangis? Ghina membaca berita, untuk membuat harga gula terjangkau, pemerintah melakukan impor gula. Sedangkan dengan melakukan impor gula petani tebu semakin menangis menjerit. Sudah selama 6 tahun tak ada perbaikan hidup bagi petani tebu.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun