Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petak Umpet, Permainan yang Dulu Menyenangkan Kini Menghebohkan

11 Maret 2022   00:24 Diperbarui: 11 Maret 2022   06:14 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan abad ke-19 Petak Umpet oleh Friedrich Eduard Meyerheim. Sumber: Wikipedia

Petak umpet adalah suatu permainan anak-anak dalam usia 3+. Biasanya dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak adalah berlari--sembunyi--mencari--diam untuk beberapa saat.

Melihat dari foto utama tulisan ini, Petak Umpet sudah dikenal di Jerman setidaknya pada masa hidup  Friedrich Eduard Meyerheim (1808-1879). 

Pada masa kanak-kanak, aku mengenal petak umpet sebagai permainan yang dimainkan oleh anak-anak berbanyakan. Seorang anak yang kalah dalam hompimpa atau suit dianggap sebagai  yang "jadi", dan yang lain, harus mengumpet. Mungkin yang "jadi", maksudnya kucing. Sedangkan yang mengumpet, maksudnya tikus. Nantinya kucing harus mencari tikus-tikus yang mengumpet.  

Agak kontradiksi! Kucing kok malahan kalah, dan tikus kok malahan menang. Tetapi itulah permainan petak umpet yang menyenangkan. 

Walaupun banyak variasi dalam permainan petak umpet yang paling sering aku mainkan bersama teman-teman pada masa kecil menpunyai aturan sebagai berikut ...

  • Permainan petak umpet bisa dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Tentu saja makin banyak pemain, akan lebih menyenangkan.
  • Sebaiknya menentukan terlebih dahulu area permainan, bisa di luar rumah atau di dalam rumah. Penentuan area permainan dipilih yang tidak berbahaya, terutama bagi anak-anak. Permainan yang memang sudah bisa dilakukan oleh anak yang berusia 3+. Tetapi tentu saja  untuk yang masih terlalu kecil, harus dengan pengawasan orang tua. Atau sebaiknya bermain dengan orang tua, nenek-kakek atau kakak-kakaknya.
  • Ada pangkalan yang merupakan tempat bagi seorang anak yang "jadi", untuk menutup mata sementara waktu. Pada saat inilah anak-anak yang lain harus mengumpet.  Penentuan waktu, biasanya dilakukan dengan hitungan yang sudah disepakati oleh semua pemain. Misalnya hitungan 1 sampai dengan 15. Anak yang "jadi" harus bersedia menutup mata, menghadapkan wajah ke tiang pangkalan. Anak-anak yang mengumpet harus menggunakan waktu dalam hitungan untuk mendapat tempat mengumpet yang aman. 
  • Setelah hitungan selesai, seorang anak yang "jadi" boleh membuka mata. Sebaiknya dengan memberi kode terlebih dahulu, "Sudah ya, aku siap mencari". Nah ... saat ini anak yang mengumpet harus bisa menahan diri untuk diam. Kalau bersuara, pasti mudah ketahuan. Biasanya anak-anak juga mengumpet sendiri-sendiri, kalau bersamaan memerlukan tempat yang luas juga akan mudah ketahuan.
  • Cara menemukan anak yang mengumpet, dengan menunjuk tempat pengumpetan dan menyebutkan nama pengumpet. Lalu berlari menuju pangkalan, kalau anak yang "jadi" lebih dahulu tiba di pangkalan, anak yang "jadi" menang terhadap anak yang mengumpet yang ditemukan. Tetapi kalau anak yang mengumpet lebih dahulu tiba di pangkalan, anak yang "jadi" tetap kalah. 
  • Saat anak yang "jadi" mencari-cari, biasanya anak yang mengumpet suka mengintip. Di mana posisi anak yang "jadi". Kalau anak yang mengumpet bisa meloloskan diri menuju pangjalan tanpa ditemukan oleh anak yang "jadi", dia dianggap menang. 
  • Pengumpet yang ditemukan pertama kali dan kalah, nantinya pada permainan yang putaran berikutnya menjadi anak yang "jadi". 

Teruslah permainan ini bisa dilakukan beberapa kali putaran, hngga semua pemain merasa lelah. Atau hari mulai senja. Atau orang tua memanggil, untuk berdoa--membuat PR--makan--istirahat dan sebagainya.

Kembali lagi pada pengenalan permainan yang sudah sejak lama di negara Jerman, tentulah permainan ini juga dikenal di berbagai negara lain. Misalnya di India dengan cara hampir sama, tetapi anak yang mengumpet yang lolos akan menepuk bahu anak yang "jadi" sambil mengatakan Dhappa. 

Atau di Perancis, di  pangkalan ada bola. Nanti anak yang mengumpet yang lolos, akan menendang bola. Dan anak yang "jadi" harus mengambil bola untuk dikembalikan ke pangkalan. Lalu mencari anak yang mengumpet lagi. Permainan seperti yang di Perancis, dulu juga pernah dimainkan oleh beberapa anak di Indonesia. 

Variasi lain, konon katanya ada di Inggris. Dinamai Sardines, maksudnya seperti ikan sarden. Dalam permainan petak umpet versi Sardines, anak yang mengumpet malahan yang kalah. Anak-anak lain  "jadi", yang mencari seorang anak yang mengumpet . Nantinya anak yang "jadi" menemukan pertama, ikut mengumpet.  Terus kedua, ketiga ... berdesak-desak seperti ikan sarden katanya. Lucu!  Sampai tinggal seorang anak yang "jadi", yang nantinya menggantikan sebagai anak yang mengumpet .   

Saat kecil aku belum pernah mengenal petak umpet versi sardines. Entahlah pernah ada atau tidak permainan petak umpet versi sardines yang lucu ini di Indonesia. 

Saat sudah menjalani hari tua ini, aku melihat permainan bagaikan petak umpet versi sardines di Indonesia yang tidak lucu! Bukan merupakan pernainan anak-anak, tetapi orang-orang dewasa. 

Sulit untuk menjawab siapa yang mengumpet.  Kalau pertanyaannya apa yang mengumpet, jawabannya minyak goreng. Jadilah permainan petak umpet versi minyak goreng. Siapa yang yang "jadi", ada 2 kelompok.

  • "Jadi" yang mencari minyak goreng, adalah masyarakat konsumen.
  • "Jadi yang membuat miyak goreng mengumpet, tentunya bukan masyarakat konsumen.

Anak-anak biasanya berhenti bermain petak umpet karena lelah, atau dipanggil orang tua harus berdoa--membuat PR--makan--istirahat dan sebagainya . Walaupun sebenarnya masih ingin bermain petak umpet, biasanya mereka akan berhenti  dengan tetap merasakan kebahagiaan setelah bermain petak umpet.

Permainan petak umpet minyak goreng tidak menyenangkan, tetapi menghebohkan. Masyarakat konsumen sudah lelah, tetap harus mencari. Mereka butuh untuk konsumsi lauk yang berbentuk gorengan, sebagai pelengkap makan sehari-hari. Kalaupun untuk dijual lagi, yang merasa lelah tentunya masyarakat yang berdagang benar-benar untuk kebutuhan hidup secukupnya sehari-hari. 

Kalau yang mau berhenti, karena panggilan untuk berdoa--membuat PR--makan--istirahat dan sebagainya, pastilah sudah mengurangi penggunaan minyak goreng. 

Agar tetap bahagia, bisa melakukan pembelian melalui retail modern dengan harga wajar, dan pembelian dibatasi. 

Seperti yang aku alami sekitar 2 hari lalu. Salah satu kebiasaan aku belanja bulanan melalui retail modern dengan suatu aplikasi online. Tertulis harga minyak goreng yang biasa aku gunakan Rp 28000# per 2 liter. Hanya boleh membeli 1 kemasan per 2 liter. 

Sudah minyak goreng banyak mengumpet, eh aku lupa mengeklik. Suami jadi heboh yang tidak terlalu sih. Tapi aku coba mencari di merketplace secara online. 

Harga minyak goreng yang biasa aku beli dibandrol Rp 70000# - Rp 80000# per 2 liter. Tadinya aku mau beli saja. Ah cuma sekali ini saja. Tapi sayang juga. 

Aku bertanya kepada anak, apakah mempunyai stok minyak goreng menganggur. Kebetulan dia punya. Aku bisa mendapat minyak goreng dengan harga sangat istimewa. Gratis!

 Mengapa mencari musabab gonjang-ganjing minyak goreng, kemendag tidak menelusuri melalui marketplace? Suatu perdagangan yang sungguh sangat terbuka benderang. 

Bumi Matkita,

Bandung, 11/03/2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun