Kedua dalam lagu"Kugadaikan Cintaku", yang merupakan kritik terhadap diri sendiri.
Wajarlah saat mendengar lagu kesayangan pacarnya melalui radio, terbit rasa rindu terhadap pacarnya. Sehingga pada malam Minggu dengan berbekalkan rasa rindu segera apel ke rumah pacar.
Membayangkan akan duduk berdua dan bercumbu, eh malahan melihat pacarnya bersama lelaki lain. Gombloh tidak marah-marah, tetapi mengritik diri sendiriÂ
Tetapi mimpi apa semalam. Kulihat engkau duduk berdua. Bercanda mesra dengan seorang pria. Kaucubit kau peluk dan kau cium. (Syair lagu Kugadaikan Cintaku)
Dan sarelanjutnya selalu menutup telinga bila mendengar lagu kesayangan pacar.Â
Ketiga lagu "Apa itu tidak edan", yang merupakan kritik kepada kaum tua dan muda.Â
Katanya yang tua semakin genit, yang muda bertingkah. Sebenarnya sebaiknya yang tua pensiun dengan berani, dan yang muda rajin sekolah.Â
Dan esok malam siap-siap berdandan. Konvoi di jalan, apa itu tidak edan. Yang mana muda, yang mana disebut tua. Semua sama saja apa itu tidak edan. (Syair lagu Apa Itu Tidak Edan).Â
Semua kritik dinyanyikan dengan indah, dan aman.
Walaupun Gombloh tercatat sebagai penyanyi yang memperhatikan kelompok marjinal, tetapi tidak melempar kritik untuk pemerintah yang sedang memimpin negeri.
Mengapa Gombloh memilih seni untuk kritik yang tidak anti pemerintah yang sedang memimpin negeri?
Semangat Gombloh tercermin dalam lagu "Kebyar-kebyar". Darahnya yang merah dan tulangnya yang putih merupakan lambang dari semangat Indonesia. Semua yang dilakukan atas dasar rasa cintanya kepada Indonesia, tanpa keraguan.Â
Biarpun Bumi Bergoncang. Kau Tetap Indonesiaku. Andaikan Matahari Terbit Dari Barat. Kaupun Tetap Indonesiaku. (Syair lagu Kebyar-Kebyar).
Selaras dengan cita-cita Presidan Jokowi, yang merupakan pucuk pimpinan pemerintahan Indonesia saat ini. Ingin menunjukkan kepada dunia, Â negara Indonesia memiliki kemampuan yang harus diperhitungkan oleh seluruh dunia.Â