Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Permainan "City Building Blocks", Melatih Anak-anak Tidak Hanya Pintar Berteori, tetapi Juga Melaksanakan

21 Juli 2021   22:24 Diperbarui: 22 Juli 2021   08:40 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engki (kakek) sering menuduh cucunya Laras pintar membuat teori, tetapi pelaksanaanya tidak sesuai dengan teorinya.

Sebaliknya nini seakan membela, dengan alasan Laras masih kecil. Dan sangat yakin bila Laras jika telah dewasa pastilah berubah.

Teori apa yang menurut engki dibuat oleh Laras?

Seperti saat video call dengan adiknya Zaina, adik sepupu maksudnya yang tinggal di Jepang. Tampak Zaina seperti mau menangis karena menginjak sebuah komponen dari permainan lego yang tergeletak di lantai.

Laras langsung mengatakan, "Kalau habis main harus segera dibereskan Zaina, jangan dibiarkan berantakan di lantai."

"Tuh, pintar sekali berteori," kata engki.

Nah itu teori membereskan permainan yang dimaksudkan oleh engki, padahal kenyataannya Laras juga hampir tidak pernah membereskan berbagai permainan yang digunakan. 

Apakah sebenarnya teori itu?

Teori merupakan hasil dari suatu penelitian tentang berbagai perilaku dan peristiwa alam atau sosial. 

Secara teori sederhana, sehabis bermain ya dibereskan. Walaupun tampak sederhana, merupakan teori yang sulit disangkal kebenarannya. 

Bayangkan kalau teori ini tidak ada, wah betapa berantakannya tatanan ruang permainan anak-anak. 

David Whetten, seorang sosiolog Amerika, mengemukakan ada 4 buliding blocks dalam teori, yaitu konstruksi--proposisi--logika--batasan kondisi. 

Tadi sudah dikatakan teori adalah hasil penelitian, dan biasanya setelah mengamati dan meneliti yang akan diperoleh adalah berbagai data. 

Semua data harus diolah agar mempunyai makna, menjadi sebuah teori. Dan bisa digunakan untuk menghadapi peristiwa yang serupa dengan cara melaksanakan teori tersebut. 

Jangan seperti yang dikatakan engki tentang Laras, "Pintar membuat teori, tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan teorinya."

Laras setiap pagi selalu datang ke rumah nini dan engki, karena ayah dan ibu yang keduanya dokter harus bekerja di rumah sakit (RS). 

Sejak pandemi covid-19 merebak di Indonesia awal 2020, ibu yang saat itu ikut ayah Laras di Kuningan--Cirebon tidak bekerja. 

Saat ini, setelah ayah dipindahkan ke Bandung, ibu Laras berkeinginan bekerja lagi. 

Nini dan engki yang memang sudah pensiun, dengan senang hati menjaga Laras. Setiap Senin-Jumat pagi hingga sore hari, saat ibu bekerja. 

Apalagi nini, aduh...senangnya bermain dengan Laras. Nini mengeluarkan semua koleksi permainan untuk dipilih-pilih yang cocok dengan usia Laras. 

Nini juga mengeluarkan kepiawaian dalam mengajarkan berbagai permainan kepada Laras.

Baca juga:Jenga, Permainan Edukasi tentang Keseimbangan, Adakah Manfaatnya pada Masa Pandemi Covid-19?

Suatu hari nini melihat Laras membawa sebuah permainan miliknya yang tentunya bagaikan permainan baru bagi nini, yaitu "City Building Blocks". 

Setelah diperhatikan dengan seksama, bukan merupakan permainan yang baru sekali. Dulu dikenal dengan permainan balok susun.

Hillary "Harry" Fisher Page adalah seorang pria yang dilahirkan pada tahun 1904 di Sanderstead, Inggris. 

Pada masa kanak-kanak, Harry membuat permaianan balok susun dari kayu yang didukung oleh ayahnya yang bekerja di perusahaan kayu. 

Pada tahun 1932 bersama kawannya membuka toko mainan Kiddicraft yang menjual aneka permainan kayu dari Rusia, yang kemudian tertarik untuk membuat sendiri permainan balok susun dari kayu.

Pada tahun 1940 merasa permainan dari kayu kurang higienis, Page menggantikan bahan kayu dengan plastik. Dan lebih mengembangkan menjadi Interlocking Building Cube yang menjadi cikal bakal permainan lego. 

Meskipun begitu anak-anak masih banyak yang masih menyenangi permainan balok susun dari kayu, dan malahan sekarang makin berkembang bervariasi. Ada yang berwarna, bermagnet, berhiaskan aneka gambar dan tulisan. 

Permainan "City Buiding Block" yang dibawa Laras juga merupakan permainan balok susun dari kayu.

Nini bukan hanya teringat tuduhan engki terhadap Laras yang hanya pintar berteori, tapi pelaksanaannya tidah sesuai teori. 

Nini juga teringat, bahwa David Whetten, pada tahun 1989 dalam bukunya "What Constitutes a Theoretical Contribution?" mengemukakan ada 4 bulding blocks untuk melahirkan sebuah teori dalam sebuah penelitian.

Building Blocks Konstruksi
Harus dimulai dengan mempertanyakan apa. Penelitian apa yang akan dilakukan, sehingga dapat menentukan data-data apa yang harus dicari diamati. 

Seandainya bongkahan balok yang terdapat pada permainan "City Building Blocks" milik Laras adalah data-data hasil sebuah penelitian. Apa yang yang harus dilakukan agar data-data tersebut memliki makna? Harus membentuk konstruksi apa ya? 

Sebaiknya diamati terlebih dahulu, apa saja komponen-komponennya. Berbagai bangun ruang baku yang dipelajari dalam ilmu matematika. Ada kubus--balok--prisma--silinder. 

Malahan permainan "City Building Blocks" yang baru sering dikengkapi dengan bentuk mobil, pohon atau lain-lain benda yang sering dilihat sehari-hari. Pada kemasannya tertuliskan bahan dari kayu yang berjumlah 115, dan ada alas kepingan puzzle.

Aneka komponen permainan Building Blocks | Sumber gambar: Pixabay.
Aneka komponen permainan Building Blocks | Sumber gambar: Pixabay.

Pada saat membereskan, Laras kecil belum bisa menghitung sampai 115, tetapi bisa mengetahui bila ada bagian belum lengkap. Padahal kalau nini yang selalu menghitung sampai 115. Berarti Laras lebih mengenali makna masing-masing komponen permainannya daripada nini.

Data-data tentu saja tidak akan mengatakan apa-apa dengan disusun begitu saja. Bagaikan batu--bata--pasir--semen, tak akan menjadi rumah dengan hanya ditumpuk begitu saja. 

Building Blocks Proposisi
Harus dimulai dengan mempertanyakan bagaimana. Bagaimana cara membuat agar data-data sebuah penelitian mempunyai makna. 

Begitu pila dengan "City Building Blocks" milik Laras ini, bagaimana agar semua isi kotak permainan "City Building Blocks" bermakna buat Laras. 

Oh ada buku yang isinya contoh-contoh kreasi apa saja yang bisa dibuat. 

"Tapi ini dulu nini," kata Laras sambli menunjukkan kepingan-kepingan puzzle untuk alasnya.

"Wow, bagus sekali," kata nini selain mengagumi puzzle yang menjadi alasnya, juga melihat Laras yang sudah tahu bagaimana memanfaatkan apa yang ada di dalam kotak permainan itu sesuai maknanya.

Seperti dalam membangun rumah, ada caranya bagaimana memanfaatkan komponen-komponen yang telah tersedia. 

Alas City Building Blocks| Koleksi Pribadi.
Alas City Building Blocks| Koleksi Pribadi.

Kalau menurut Laras, "Insinyur yang bisa membangun rumah."

"Tetapi yang membangun rumah nini hanya tukang," kata nini.

"Hehehe, mang Surip," kata Laras sambil tertawa.

Laras mengetahui, bagaimana membuat komponen permainan "City Building Blocks" bermakna. Begitu nini juga mengetahui bagaimana rumahnya terbangun.

Building Blocks Logika
Harus dimulai dengan mempertanyakan mengapa. Mengapa Laras dan nini harus bermain "City Building Blocks"? 

Tentunya awalnya supaya Laras senang, dan supaya nini bahagia dalam menemani Laras. 

Barulah berdua nini dan Laras sibuk memlilih contoh dari buku, agar menghasilkan kreasi yang bagus dalam bermain "City Building Blocks". Juga supaya Laras terbiasa mengikuti pola yang dicontohkan di buku pentunjuknya terlebih dahulu, barulah nantinya bisa berkreasi sendiri dengan memanfaatkan komponen-kompnen yang ada.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Baca juga : Permainan Teka-Teki Tangram, Apakah Manfaatnya untuk Anak-anak dan Orangtua?

Misalnya prisma segitiga, yaitu prisma yang alasnya berbentuk segitiga, biasanya untuk atap bangunan. 

Balok biasanya untuk membuat bangunan. Kubus bertumpuk-tumpuk ntuk bangunan bertingkat. 

Ada lagi bangun prisma yang alasnya merupakan persegi panjang dikurangi lingkaran, jadi berbentuk seperti dingklik. Biasanya untuk membangun terowongan. 

Jadi tujuan permainan supaya anak-anak terbiasa mengikuti pola, untuk selanjutnya menggali kreatifitas.

Building Blocks Batasan Kondisi
Harus dimulai dengan siapa, kapan dan di mana. Inilah yang merupakan pembatasan sebuah teori, dibuat oleh siapa-- kapan--di mana. 

Begitu juga permainan "City Building Blocks" dimainkan oleh siapa--kapan--di mana pasti akan memberikan hasil yang berbeda.

Pada teori hasil yang berbeda bisa baik atau buruk. Hasil baik bermanfat, hasil buruk tidak bermanfaat. Tetapi pada permainan "City Building Blocks", sepertinya pasti bermanfaat. 

Sumber gambar: Pixabay
Sumber gambar: Pixabay

Dalam waktu singkat yang tampak hanyalah menyenangkan atau tidak. Tergantung dengan siapa bermain, dengan seorang pemarah pasti tidak menyenangkan. Kapan bermain, bila sedang mengantuk pasti menjadi tidak menyenangkan. Dan di ruang yang sangat berantakan, pastilah tidak menyenangkan. 

Permainan "City Building Blocks" pada masa kanak-kanak, selaras dengan yang dikatakan oleh Whetten tentang "Building Blocks" dalam teori.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Ajaklah anak-anak dan cucu-cucu bermain "City Building Blocks", dengan penuh kegembiraan tidak mengantuk dan senantiasa rajin membereskan ruangan agar tidak berantakan. 

Yakinlah anak-anak tidak hanya pandai membuat teori, tetapi juga akan melaksanakannya dengan gembira. 

Referensi : 1, 2
Bumi Matkita,
Bandung, 21/07/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun