Memory Matching Game, sebuah permainan mengumpulkan kartu yang berpasangan. Mencari pasangannya dengan menggunakan daya ingat jenis dan letaknya.
Pada masa pandemi covid-19, akhir-akhir ini malahan menunjukkan penyebaran yang meningkat. Walaupun sekolah di daerah dengan zona hijau akan menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM).
Tetapi, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim menyerahkan kebijakan PTM sepenuhnya kepada pimpinan daerah. Juga selain itu, kepada para orang tua siswa.
Aku sudah tidak memiliki anak-anak dalam usia sekolah, semua anak-anakku sudah menikah. Tetapi anakku yang kebetulan tinggal di daerah yang sama, memilih belum mengirim anaknya ke sekolah untuk mengikuti PTM.Â
Sebagai orang tua yang keduanya, ayah dan ibu, adalah dokter, mereka sehari-harinya menitipkan anaknya di rumah aku.
Sebenarnya aku kurang setuju, cucuku Laras memanggil kakek dan neneknya sebagai guru. Pak guru engki dan bu guru nini, engki adalah panggilan untuk kakek dan nini adalah panggilan untuk nenek.Â
Kami tidak mempunyai keterampilan menjadi guru, kami hanya mempunyai kasih-sayang sebagai kakek dan nenek yang mempunyai pengalaman mendidik anak-anak.Â
Nini mempunyai sedikit pengalaman memberikan les privat di rumah, bagi anak-anak tetangga dan teman lain yang mendapat kesulitan belajar di sekolahnya. Tapi itupun dulu, yang pasti sebelum ada pandemi covid-19.Â
Aku mencoba memberikan acara secara bervariasi hari demi hari, agar Laras tidak bosan. Ada beberapa hal khusus yang aku anggap penting untuk diperhatikan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan, sepanjang ayah ibu bekerja dari pagi sampai sore.Â
Masukan makanan yang bagus.
Memberikan pelayanan terhadap cucu, walaupun berusaha tidak memanjakan.
Memperhatikan jam tidur cukup,Â
Melatih keperluan ke belakang demi menjaga kesehatan dan kebersihan.
Untuk menimbulkan suasana gembira, kegiatan-kegiatan yang sering kami lakukan adalah bermain--bercerita--belajar--membaca--menghitung. Tentunya semua dipilih yang sederhana, yang sesuai untuk Laras yang berusia 4 tahun.Â
Diantara berbagai kegiatan yang semuanya penting dan menarik, aku terkesan pada acara bermain "Memory Matching Game".Â
Pada dasarnya merupakan permainan kartu yang berpasangan, dengan tujuan mencari dan mengumpulkan kartu yang berpasangan.Â
Kartunya bisa apa saja, bisa juga kartu remi, yang nantinya memasangkan merah yang sama atau hitam yang sama. Maksudnya sama dalam arti As, angka 2--3--4--5--6--7--8--9--10, gambar raja--ratu--pengawal. Bisa juga menggunakan pasangan joker.
Tetapi bagi Laras lebih senang menggunakan kartu-kartu yang bergambar. Kebetulan Laras diikutkan dalam salah satu program Shimajiro club. Yang aku ketahui setiap bulan Laras memdapat paket perangkat pendidikan, berupa buku--permainan dan lain-lain.
Pada edisi bulan Juni yang merupakan edisi terakhir membagikan permainan memory game, yang gambar kartunya merupakan teman-teman sekelas Shimajiro.Â
Cara bermain memory matching game pada umumnya adalah menata kartu yang telah dikocok acak secara terbalik, gambarnya tidak tampak. Lalu disusun sebagai baris dan kolom.Â
Untuk kartu remi yang berjumlah 4 x 13 = 52 kartu, dan joker 1 x 2 = 2 kartu. Jadi total 54 kartu. Bisa disusun di meja, yang terdiri dari 6 baris dan 9 kolom, atau sebaliknya.Â
Khusus kartu Memory game Laras yang diperoleh dari paket Shimajiro club, terdiri dari 12 pasang kartu yang merupakan teman sekelas Shimajiro. Jadi total ada 24 kartu. Juga disediakan alas untuk menyusun yang terdiri dari 3 baris dan 8 kolom. Alasnya berbentuk rumah yang terdiri dari ruang untuk semua teman-teman Shimajiro.
Bahkan alasnya terbagi atas 3 level yang maksudnya untuk level mudah--sedang--sulit. Level mudah pada alas merupakan rumah dengan atap merah, terdiri dari 3 baris dan 4 kolom.Â
Level sedang pada alas merupakan rumah dengan atap merah--kuning, terdiri dari 3 baris dan 6 kolom. Level sulit pada alas terdiiri dari rumah dengan atap merah--kuning--biru, terdiri dari 3 baris dan 8 kolom.Â
Level yang sekarang sering kami mainkan adalah level sulit. Tapi tentu saja, level sulit yang memang untuk anak-anak.Â
Bagaimana sebenarnya cara bermain memory matching game?
Kocok kartu secara acak dan tata dengan telungkup secara rapi dengan formasi baris × kolom.
Mulai permainan dengan hompimpa untuk lebih dari 2 pemain, atau suwit untuk 2 pemain. Bisa juga main sendiri, biasanya permainan sendiri dengan cara online. Tetapi sekali lagi tujuan bermain dengan Laras, untuk menambah kemampuan bertinteraksi dalam masa pandemi covid-19. Dimana hubungan interaksi dengan orang sangat dibatasi, hampir semua kegiatan disarankan dilakukan online.Â
Pemain paling awal membuka 2 kartu. Bila kedua kartu sama, menjadi miliknya. Dan terus membuka 2 kartu lagi. Bila sama lagi, sepasang kartu menjadi miliknya lagi. Terus begitu, hingga mendapat 2 kartu yang berbeda. Kartu yang berbeda itu, dibalik telungkup dan diletakkan pada tempat yang sama. Selanjutnya giliran pemain lain berikutnya.
Begitu seterusnya bergiliran, hingga pasangan kartu habis. Yang mendapat pasangan kartu terbanyak adalah pemenangnya.
Bagian terpenting dari permainan ini adalah harus tahu jenis kartu, misalnya siapakah nama teman Shimajiro. Dan hafal letak kartu yang sudah pernah dibuka.
Sebagai trik untuk yang sedang manjadi pemain, jangan membuka kartu yang sudah tahu dan hafal. Justru ambil kartu yang belum tahu, sehingga bisa memilih pasangan yang sudah tahu kalau ada dan ingat.Â
Apakah manfaat dari bermain memory matching game bersama cucu?
Bersenang-senang dengan cucu, sambil mengenali teman-teman Simajiro yang ada di kartu. Sebab nantinya dalam kehidupan sehari-hari, kita juga harus mengenali teman-teman anak-cucu. Mengetahui nama dan tempat tinggal secara santai, bukan untuk suatu kecurigaan.Â
Melatih Laras sedini mungkin dalam kegiatan yang interaktif, menurut aku yang terbaik adalah secara permainan. Apalagi pada masa pandemi, saat kontak orang lain sangat dibatasi. Dan terkadang begitu ada kontak, timbul saling curiga.
Menumbuhkan daya ingat cucu. Serta menjaga daya ingat Nini dan engki. Sepertinya daya ingat Nini dan engki tidak kurang dari 50 persen. Dan sepertinya daya ingat Laras semakin bertambah dan bertambah. Makin hari Laras semakin banyak dalam perolehan kartu yang berpasangan.Â
Melatih Laras untuk bisa menerima jika permainannya kalah. Malahan Laras sekarang mempunyai motto dalam bermain, yang sering diucapkan dengan lucu membuat nini dan engki makin sayang. "Kalah tidak apa-apa, tetap bermain jangan menyerah".Â
Mengajarkan budaya antri, setiap pemain harus menunggu giliran. Pengaturan giliran bisa dengan hompimpa, lalu perputarannya sesuai jarum jam. Atau dimulai dari yang paling kecil, yang tua mengalah
Ada berbagai memory matching game yang berbeda-beda. Dari pengalaman bermain, menurut aku yang menyenangkan dan termudah terdiri sebanyak 24 kartu. Kurang dari 24 kartu, kurang memberikan tantangan. Lebih dari 24 kartu terasa sulit untuk anak-anak.
Permainan memory matcihng game yang termudah direkomendasikan untuk anak-anak berusia 3 tahun. Tetapi tentu saja harus tetap melihat, apakah anak-anak menjadi senang atau tidak.Â
Di berbagai negara, memiliki nama yang berbeda-beda. Di Jepang di gambar pada kerang, dinamai Awase atau Kai-Awase. Di Amerika dan Inggris, dimainkan dengan kartu remi. Dan dinamai Pairs, Pelmanism atau Concentration.Â
Dari berbagai memory matching game yang ada, harus berhati-hati dalam memilih yang cocok untuk anak-anak. Selain level yang ditunjukkan oleh banyaknya kartu, tema gambar juga harus disesuaikan dengan usia anak-anak.Â
Memory matching game pertama diterbitkan oleh Ravensburger di Jerman pada tahun 1959. Dan hingga sekarang masih sebagai pemegang hak cipta.Â
Mari sayangi anak-cucu, terutama masih dalam usia balita. Dengan bermain bersama berbagai jenis Memory matching game.Â
Bumi Matkita,
Bandung, 18/06/2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H