Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Pewaris Keris

15 Juni 2021   21:05 Diperbarui: 16 Juni 2021   15:58 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para raja sakti sekarang telah tiada,  tanah luas yang makmur telah berubah dari beberapa kerajaan menjadi sebuah negara. Kesaktian demi kesaktian terbang ditiup angin yang sumilir  dengan goyangan pepohonan kokoh nan indah. 

Kini daripada mengurus kesaktian yang abstrak, lebih baik mengurus pergerakan dedaunan pada pephohonan yang menyampah di permukaan bumi. Yang membuat banyak orang menutup sampah-sampah plastik yang tak pernah mau hancur, berakibat menyumbat selokan dan kali bertumpuk-tumpuk mendangkalkan lautan sebagai penampungan kali-kali.

Lelaki pewaris keris dari ibu. Ibu pewaris keris dari seorang pimpinan negara. Pimpinan negara pewaris keris dari raja sakti. Lelaki yang kini telah tua, sudah lama diam dalam sunyi, tiba-tiba menceritakan beratnya memikul beban keris yang diwariskan kepadanya. 

"Le, apakah kamu bakal kuat menyimpan keris ini?" tanya ibunda yang sedang tergolek seakan mempunyai rasa harus segera mencari pewaris keris. 

Anak lelaki saru-satunya yang biasa dipanggil tole menyetujui permintaan ibunya. Seperti 7 saudara perempuan yang lain, tole satu-satunya lelaki juga menitih pendidikan tinggi. Itu yang menjadikan tiada rasa ketakutan, nantinya seperti para pendahulu. Yang akan merasa berat sebagai lelaki pewaris keris. 

Lelaki pewaris keris dengan pendidikan tinggi, berpendapat godaan-godaan dari hembusan keris adalah takhayul. 

Malahan 7 saudara perempuannya takut, melihat ibunya sebagai pewaris keris ditinggal meninggalkan dunia oleh ayahanda dalam usia muda. Saat semua anak-anaknya masih kecil dan belum satu pun yang tampak mempunyai karir cemerlang.

Lelaki tua tak mengindahkan, saat saudara-saudara perempuannya mengingatkan untuk jangan mengikuti hawa yang dihembuskan keris. Turun temurun lelaki pewaris keris dalam keluarga selalu mempunyai 4 istri. Dan tak sebuah keluarga pun yang bisa langgeng dengan memiliki 4 istri.

Lelaki yang telah mempunyai anak-anak secara kembar dari permpuan yang dijadikan istri untuk pertama kali, tetap saja meladeni perempuan teman kerja. Yang berakhir dengan semakin nyata hembusan keris, lelaki pewaris akan mempunyai istri lebih dari seorang. Pergilah istri pertama membesarkan anak-anak kembar itu sendiri, tanpa lelaki pewaris keris yang merupakan ayah anak-anak kembarnya.

Bersama permpuan ke-2 yang tadinya merupakan teman kerja, lelaki pewaris keris tetap tidak bisa menerima nasihat saudara-saudara perempuan untuk menghindar dari hawa yang dikeluarkan keris yang diwariskan oleh ibu mereka. Setelah mempunyai 2 anak-anak, lagi-lagi adiknya yang merupakan pewaris keris tergoda kehadiran perempuan lain.

Pada saat jabatan sudah lebih baik, dan sering mendapat tugas ke luar kota dan luar negeri. Begitu mudahnya lelaki pewaris keris tertarik perempuan lain. Atau begitu susahnya menghindari godaan terhadap perempuan lain. 

Sampai-sampai saudara-saudara perempuan memberanikan diri, memberikan nasihat kepada perempuan ke-3 untuk tidak melanjutkan hubungan dengan adiknya. Diceritakannya bukan hanya adiknya sebagai  lelaki  pewaris keris, tetapi juga semua yang dialami oleh semua lelaki pewaris keris dalam keluarga terdahulu. Semua berakhir dengan mengalami perkawinan 4x, dan tak ada yang langgeng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun