"Cucu nini," sambungnya lagi.
"Cucu engki juga," kata nini.
"Cucu akung dan Utik juga," kata Laras yang makin dan makin pintar.Â
"Dan tambah lagi yang harus disayang," kata Laras lagi, "akung dan utik."
Laras memang sangat dan sangat ceriwis. Sungguh menyenangkan melihat perkembangan cucu yang makin pintar dan makin mengenali keluarga.
Dari diagram pohon dan meja nenek moyang, suatu diagram silsilah keluarga bisa semakin diperluas. Tadinya Laras juga tidak bisa menjawab, berapa dan siapa saja anak-anak akung dan utik. Tetapi setelah mempelajari dan membayangkan diagram silsilah keluarga, dimulai dari yang sederhana menjadi bisa.Â
"Anak akung dan utik adalah ayah dan oom Ali," katanya.Â
Diagram yang sederhana bisa semakin diperluas, misalnya nanti siapa anak oom Ali yang menikah dengan tante Ma. Atau dilanjutkan ke atas nini anak siapa, engki anak siapa, akung anak siapa dan utik anak siapa.Â
Lalu untuk apa sebetulnya perlu dibuat diagram silsilah keluarga ini?
"Nini, apa hubungan Laras dan adik Zaina?" tanya Laras tiba-tiba.
Diagram silsilah keluarga akan memberikan rangsangan kepada anak-anak untuk mengetahui hubungan antar keluarga.