"Waalaikumsalam," jawab engki dan nini bersamaan.
Ayah dan ibu Laras menurunkan oleh-oleh dari kota. Biasanya mereka membawa oleh-oleh minyak goreng-gula-madu kojima dan lain-lain barang yang mereka lihat dan beli di super market di kota. Tak lupa membelikan ragi tempe untuk Mak Karwo.
Sebetulnya nini bisa membuat minyak goreng sendiri dari buah kelapa yang ada di kebun. Tetapi ayah dan ibu Laras selalu ingin membelikan.Â
Laras melihat angsa yang sedang mengerami telurnya. Engki melarang Laras mendekat, khawatir angsa merasa terganggu dan telurnya tidak jadi menetas.Â
Ada mitos, telur angsa yang tidak jadi atau gagal menetas, berfungsi sebagai anti maling. Banyak orang yang sedang membangun rumah baru, menanam telur angsa yang gagal menetas di sudut tanah yang sedang mereka bangun. Katanya ... katanya agar tidak ada maling menyatroni rumah mereka.
"Apakah itu betul engki?" tanya Laras.
"Engki dan Nini juga tidak tahu, neng," kata engki, "Itu kata orang-orang."
"Dan mereka akan membeli dengan harga mahal," kata nini, "Tapi Nini lebih senang kalau telur angsa tidak gagal menetas."
"Jadi nini tidak akan menjual telur yang gagal menetas?" tanya Laras.
"Kalau memang ada telur yang gagal dan ada yang membeli, nini akan menjualnya," jawab nini.
"Tetapi engki akan lebih berusaha menjaga agar telur angsa jangan sampai gagal menetas."