Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sound of Borobudur, Bisakah Sebagai Titik Balik bagi Wonderful Indonesia?

11 Mei 2021   21:29 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:43 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, didirikan pada sekitar tahun 800 M pada pemerintahan  wangsa Syailendra. Salah satu dari 7 keajaiban dunia ini, bersama 3 serangkai candi Borobudur--Mendut--Pawon merupakan tempat ibadah umat Budha. Pada 10 Agustus 1973, Persiden Suharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur dengan dukungan UNESCO. Dan pada tahun 1981, UNESCO meresmikan sebagai situs warisan dunia. -Wikipedia-

Hari ini pada acara Samber THR Kompasiana hari ke 28, Sound of Borobudur diusung sebagai tema dari mistery topic ke-6. Dan ... hadiahnya jalan-jalan ke Borobudur. Asyik.

Sound of Borobudur adalah Gerakan Kebangsaan melalui budaya untuk mengembalikan jati diri bangsa, dengan bercermin kepada relief Borobudur. 

Sebagai ide dari Tri Utami-Purwa Tjaraka-Gita Bujana,  maka gerakan utama yang diusung atas dasar adanya 226 relief alat musik jenis Aerophone (tiup)--Cordophone (petik)--Idiophone (pukul)--Membranophone(membran) dan 45 relief ensambel. 

Semua alat musik itu ternyata ada di 34 provinsi di Indonesia, dan ada beberapa yang masih digunakan hingga saat ini. Tetapi ada yang hampir punah dan ada juga yang sudah punah, karena tidak ada perhatian dari berbagai pihak.

Sound of Borobudur membuat replika untuk alat musik yang sudah tiada, untuk dimainkan lagi dan diperdengarkan ke seluruh penjuru dunia. Sebagai tanda bahwa bangsa Indonesia, sejak tahun 800 M telah memiliki peradaban tinggi dan budaya luhur.

Aku jadi tertarik melihat relief Borobudur yang lain melalui Google, dan tampak banyak peradaban lain yang sudah dimiliki bangsa  Indonesia sejak tahun 800 M. 

Pertanian.

Relief Borobudur menggambarkan kehidupan petani. Sumber gambar: Kemendikbud.
Relief Borobudur menggambarkan kehidupan petani. Sumber gambar: Kemendikbud.

Tanah air Indonesia sangat luas, terdiri dari daratan-lautan-sungai. Tentunya membuat pertanian merupakan sumber daya alam yang bisa dikelola secara baik, apabila ada sumber daya manusia yang baik. 

Sayangnya sumber daya ini terkalahkan oleh sumber daya energi yang sekarang menjadi primadona, baik untuk dikelola sendiri atau pun dicarikan investor yang bukan bangsa Indonesia.

Melalui Sound of Borobudur, pengembalian rasa sayang bangsa Indonesia kepada dunia pertanian mungkin bisa disampaikan dengan lantang melalui lirik dan irama lagu yang diciptakan sebagai pelengkap dalam sebuah orkestra.

Lirik tentang indahnya tarian rumpun padi menguning, indahnya warna-warni burung-burung beterbangan takut kepada orang-orangan sawah dan indahnya suara sungai-sungai mengalir membasahi sawah dengan cukup dan tidak banjir.

Semua teknologi menanam padi, membuat orang-orangan sawah dan mengatur aliran sungai bukanlah merupakan sesuatu yang sulit untuk dipelajari oleh anak bangsa. 

Asalkan mereka diberi kesempatan bekerja dengan apresiasi bagus, baik dalam segi keuangan atau pun harga diri.

Kesabaran. 

Membajak sawah. Sumber gambar: Kemendikbud.
Membajak sawah. Sumber gambar: Kemendikbud.

Zaman dahulu pada abad 8 saat alat bajak menggunakan kerbau, dunia pertanian merupakan primadona sampai-sampai terukir pada relief Borobudur.

Sekarang telah ada alat bajak dengan tenaga motor, dunia pertanian malahan tersingkir.

Hanya baru-baru saja sejak ada pandemi covid-19, barulah mulai digalakkan lagi dengan dengan pengadaan lumbung pangan secara besar-besaran.

Padahal kekuatan tenaga motor bajak 500 x tenaga kerbau, membajak sawah dengan tenaga kerbau lebih memerlukan kesabaran. Kalau dari dulu bercermin kepada relief Borobudur, penuh kesabaran. Pastilah perekonomian Indonesia tidak seterpuruk sekarang, sekali pun pada masa pandemi covid-19. 

Dalam Sound of Borobudur, selain peragaan alat musik dan lagu ada baiknya disisipkan tarian. 

Kreasi tari yang menggambarkan bertani dan membajak yang lemah gemulai dalam tempo lama, tetapi menghasilkan kegemilangan.

Berkesinambungan.

Flora dan fauna. Sumber gambar : Menara62.
Flora dan fauna. Sumber gambar : Menara62.

Dalam pengembangan Sound of Borobudur, tentunya terasa menggali yang sudah lama terlupakan akan membutuhkan energi cukup besar. Karena itu semangat kesinambungan yang jangan pernah berhenti, sangat diperlukan. 

Seperti dikatakan menko bidang perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia punya potensi ekspor florikultura atau tanaman hias. Terutama ekspor negara-negara ASEAN, seperti Malaysia dan Thailand. 

Perubahan ke florikultura, tidak berarti menjadikan pertanian padi anak tiri. Harus berkesinambungan, karena keduanya padi dan florikultura ada pada relief Borobudur juga.

Sound of Borobudur setelah ada musik, diberi syair lagu dan tarian, sebaiknya dibuat serial yang berkesinambungan. 

Terus dan terus selalu semangat, jangan bosan dan jangan tergoda oleh sesuatu lain yang nampak lebih menguntungkan.

Sudah jelas  pada relief Borobudur alat musik--padi--alat bajak--flora fauna, menggambarkan perumpamaan dalam bentuk  kesabaran dan berkesinambungan yang harus dijunjung tinggi. Jangan berbuat kesalahan 2x dengan meninggalkan dan tergoda sesuatu lain yang tidak bisa bertahan oleh pandemi. 

Borobudur merupakan destinasi wisata Indonesia yang menakjubkan. Pada lebaran 2021 yang berada dalam masa pandemi covid-19, kemenparekraf menginginkan Borobudur dibuka karena juga merupakan arena wisata terbuka. Tetapi satgas covid-19 meminta ditutup, karena jumlah pengunjung pasti sangat banyak. Memang menimbulkan konflik kepentingan wisata dan penanggulangan pandemi covid-19. 

Wonderful Indonesia.

Sumber gambar : Wonderful Indonesia
Sumber gambar : Wonderful Indonesia

Akhirnya Wonderful Indonesia besutan kemenparekraf yang mengajak turis dari seluruh dunia ke Indonesia, apakah masih efektif pada masa pandemi covid-19? Jawabannya tentu saja masih, Borobudur masih bikin takjub. Tetapi protokol kesehatan pandemi covid-19 yang membuat resah seluruh dunia.

Dengan Sound of Borobudur, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Bahkan bukan hanya 3, melainkan 5  yang dawali dengan musik--kreativitas--pertanian--wisata--ekonomi.

Alangkah baiknya jika kemenparekraf memberikan dukungan penuh kepada Sound of Borobudur sebagai titik balik menjelajah dunia. Dengan pengemasan bagaikan drama Korea, sebuah tantangan buat kemenparekraf dan Indonesia.

Bumi Matkita,

Bandung, 11/04/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun