Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja Lebaran yang Sulit-Sulit Asyik, Pilih yang Ada Manfaat

7 Mei 2021   23:13 Diperbarui: 7 Mei 2021   23:36 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain oleh Rini DST, menggunakan Canva. Sumber gambar: Pixabay.

Ramadan telah sampai pada 10 hari terakhir, suatu amalan yang sangat ditunggu-tunggu. Sesuai janji Allah, bila semua terlampaui sesuai aturan, maka bebas dari api neraka. 

Sesudah itu Idul Fitri, kembali kepada fitrah yang suci. Lebaran, seluas-luasnya bersyukur. Dasar semua kegiatan dalam mengungkapkan rasa syukur adalah belanja.

Mudik

Mudik mengunjungi orang tua dan sanak saudara, adalah belanja tiket--bekal--oleh-oleh--dan masih banyak lagi. Dengan adanya pandemi covid-19, ada larangan mudik. Dan ini merupakan tahun ke-2, adanya larangan mudik lebaran. 

Tentunya sangat sulit menerapkan larangan mudik lebaran, yang sudah merupakan kegiatan yang mengakar selama bertahun-tahun. 

Dari sejak berangkat dari kampung halaman pergi ke kota, setiap orang sudah membayangkan akan mendapatkan uang yang banyak. Dan pastinya untuk mudik ke kampung halaman. 

Mudik selain membahagiakan orang tua dan sanak saudara di kampung, sepertinya juga ada menunjukkan kebanggaan atas sukses di kota. 

Tetapi ada juga yang bekerja dengan upah harian, libur lebaran tak menerima upah mengapa tidak boleh mudik?

Mudik adalah sebuah budaya yang sangat dilandasi rasa percaya diri (PD) yang tinggi, sifat optimis. Mencari uang, dibelanjakan untuk mudik dan optimis akan ada kesempatan mencari uang lagi. 

Arisan.

Arisan Lebaran yang biasanya dimulai beberapa saat setelah lebaran, dimana peserta arisan  sudah mulai lagi mengumpulkan uang kepada bandar arisan. Walaupun agak mengherankan, kegiatan ini ada dan lumayan banyak peminatnya. Alasannya daripada nanti tidak bisa menabung.

Kegiiatan arisan juga mendorong pesertanya untuk optimis selalu bisa mencari uang, untuk memenuhi iuran arisan. Beberapa hari menjelang lebaran, biasanya yang didapatkan oleh peserta arisan adalah beras--daging--minyak--bumbu dapur--dan lain-lain biasanya sesuai besaran arisan.

Sebenarnya kasihan peserta arisan ini, tentunya bandar mengambil keuntungan. Memang sangat disayangkan, sifat tidak bisa menabung. Entahlah pada musim pandemi covid-19, apakah bentuk belanja jangka panjang melalui arisan masih ada atau tidak.

Aneka Kreasi Bingkisan Lebaran.

Aneka kreasi bingkisan lebaran makin marak beraneka ragam. Ada bingkisan yang pembuatannya masih menuntut keterampilan tertentu dari yang membuat. Misalnya kue-kue nastar--kastengels--putri salju--kue kacang--dan lain-lain.

Tetapi ada juga aneka kreasi yang dibuat lebih asal-asalan. Misalnya coklat yang memang banyak di pasaran, dikemas dalam wadah yang indah lalu di pasang hiasan yang juga banyak di pasaran. Bagi pembuat tentunya mencari keuntungan, mengapa pembeli apakah tidak terpikir untuk berkreasi sendiri.

Aneka kreasi bingkisan lebaran membuat laju belanja meningkat, dari belanja bahan hingga belanja hasil kreasi tersebut. Ini yang menyebabkan belanja lebaran sulit ditiadakan. 

Memang kadang-kadang mengherankan, tetapi sudah menjadi kenyataan. Pada kelompok dengan tingkat ekonomi rendah, belanja makin melaju dengan kencang. Tak tertarik sedikitpun memiliki sifat menyimpan sebagian uang hasil bekerjanya. Untuk masalah belanja lebaran, yang hemat malahan kadang-kadang menjadi malu.

Yang Perlu, Jangan Asal yang Mau.

Aku menyikapi belanja lebaran, dengan sifat yang telah mendarah daging dalam diriku. Belanja yang perlu, jangan asal yang mau. Menurut aku asal yang mau saja sudah kurang baik, apalagi tidak tahan meghadapi godaan marketing yang semakin gegap gempita. Bisa ambyar keuangan untuk belanja lebaran.

Untuk masalah mudik, sebaiknya ikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik. Tidak usahlah ada istilah mencuri start segala. Kirimkan saja biaya mudik untuk orang tua di kampung, dengan harapan orang tua dan semua sanak saudara sehat. 

Untuk bingkisan lebaran, lebih baik melakukan usaha mengasah keterampilan sendiri. Bukankah tidak boleh mudik, jadi lebih banyak waktu senggang di rumah.

Kalau arisan, entahlah masih ada atau tidak setelah merebaknya pandemi covid-19. Menurut aku rajin menabung, membuat tidak perlu ikut arisan, karena pasti harga bahan menjadi lebih mahal.

Belanja baju lebaran, pada masa pandemi sudah tidak perlu. Bukankah di rumah saja, dan tidak ada tamu ke rumah. 

Aku sendiri sejak awal masa pandemi membereskan baju-baju, untuk diberikan kepada mereka yang mau dan membutuhkan. Aku menyimpan baju-baju brokat yang bagus, yang aku kenakan saat anak-anak wisuda dan saat mantu. Juga aku pilih yang bagus-bagus yang pernah  aku kenakan saat ada keluarga nikahan. 

Memang pernah ada yang hafal saat aku mengenakan untuk sebuah acara keluarga, dan mengatakan itu kan baju yang waktu itu dikenakan saat acara nikahan si A. Hehehe ... hafal juga keluarga yang usil itu. Ah tapi biar sajalah, yang penting baju itu milikku sendiri yang aku dapatkan dengan cara yang benar.

Bahkan melakukan vaksinasi pakai baju brokat, menunggu giliran dipanggil dan evaluasi seperti jagong mantenan. Asyik kan? Kesimpulan tidak perlu belanja baju baru saat lebaran 2021.

Dengan Rasa.

Diawali dengan rasa ingin menolong. Misalnya menolong saudara yang sedang melakukan usaha menjual kue. Ada baiknya membeli kue yang buatan saudara. 

Dimulai dari sedikit terlebih dahulu. Lalu jangan segan untuk memberikan kritik dan saran, agar usaha saudara bisa lebih maju. Sebaiknya jangan memberikan bayaran lebih, bayar sesuai harga yang telah ditetapkan oleh saudara. Ini akan melatih agar saudara juga lebih profesional, bukan atas rasa kasihan.

Jangan terlalu bawel kalau kue tersebut ada rasa kurang enak, sudah syukur bukan racun. Paling-paling kalau tetap ada rasa tidak enak, ya tidak membeli lagi. Tetapi siapa tahu, ada orang lain yang seleranya sama dengan saudara.

Makanan Sehat.

Belanja yang ini, nampaknya harus salama kehidupan masih menyertai. Malahan pada masa pandemi covid-19, ditambah dengan vitamin mutlak diperlukan. 

Pada masa lebaran, juga jangan sampai dilupakan. Harga makanan sehat memang mahal, tetapi akan lebih mahal bila menjadi tidak sehat. 

Belanja lebaran sulit ditiadakan, bahkan sesudah lebaran pun masih tetap harus belanja. 

Bumi Matkita,

Bandung, 07/05/2021. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun