Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebakaran! Pasar Kambing Ludes

11 April 2021   21:54 Diperbarui: 11 April 2021   22:35 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Kambing. Sumber gambar : Pixabay.

Perumahan loji di Pabrik Gula (PG) sudah banyak yang kosong. Entah mengapa karyawan pabrik enggan tinggal di komplek lagi. Padahal bekas perumahan Belanda itu masih kokoh. Magrong-magrongnya jadi seperti rumah hantu. 

Deretan pohon cemara berjejer. Dulu memang membuat asri bagian perumahan yang disebut Kampung Cemara. Tapi sekarang sejuknya masih, tapi penampakannya seram.

Mbah Karji masih sering melamunkan kehidupannya di PG. Sebagai orang kampung yang dipakai ndoro Sastro sebagai kuncen kantor, memang membawa berkah. Diawali dari kerja sebagai kuncen yang rajin itulah mbah Karji bisa jadi pegawai negeri. Jaman itu belum disebut PNS, apalagi ASN. 

"Ah udah tidak mengerti istilah-istilah itu," kata mbah Karji kepada anak perempuan  yang tempat dia ngenger sekarang. 

"Wis pak, jangan ingat-ingat masa lalu terus," kata mbak Darmi anaknya.

"Ya mbah kan sekarang ada aku," sambung Arda cucunya yang sangat disayang dan menyayangi mbah Karji.

Dipeluknya cucunya yang baik, sambil mengenang  istrinya. Saat mbah Karji sudah diangkat sebagai pegawai negeri, keuangannya malah kurang dibandingkan saat kerja di rumah ndoro Sastro. Untungnya, keluarga ndoro Sastro masih mau menerima istrinya sebagai orang yang membantiu ndoro putri membereskan urusan rumah tangga.  Dulu disebutnya belum ART, tapi tiang wingking. Orang yang mengerjakan segala sesuatu di bagian belakang. 

Istrinya ngepel semua rumah sambil jongkok, nyuci baju tanpa mesin cuci, masak komplit sampai tertata rapi di atas meja. Istrinya senang sekali jadi tiang wingking di rumah ndoro putri Sastro. Datang jam 5.00 pagi dan pulang jan 18.00 sore, ya bisa kurang atau lebih 10 menitan.

Setiap hari makanan kemarin boleh dibawa pulang, masih bagus dan enak semuanya. Tiap akhir bulan dapat bayaran lebih besar sedikit dari bayaran suaminya.

Sekarang istrinya sudah meninggal dunia, begitu juga ndoro dan ndoro putri Sastro juga sudah seda. Itulah yang menyebabkan dia sekarang terdampar di rumah anak perempuannya, di Tanah Abang Jakarta.

Jakarta lo. Kota metepolitan yang indah dan megah. Kota yang ingin didatangi saat sering mendengarkan putra-putri ndoro Sastro menyetel piringan hitam Lilis Suryani, lagu Gang Kelinci. 

*****

Sudah 5 tahun lebih mbah Karji tinggal di Jakarta. Mbah Karji menjual semua rumah yang bagus yang dibangun di kampung di belakang loji di PG. Rumah hasil kerja sebagai pegawai negeri dan kerja istrinya sebagai tiang wingking. Malahan setelah ndoro Sastro pensiun, mbah Karji yang saat itu masih muda tetap tinggal di kampung di sekitar PG Pesantren, Kediri.

Mengikuti gaya ndoro Sastro yang memelihara ikan mujair di kolam di halaman rumah loji, mbah Karji bersama istri juga memelihara ikan mujair. Tetapi ... kalau ndoro Sastro memelihara ikan untuk senang-senang, mbah Karji dan istri menjual iikan mujair. Dijual sebagai pelengkap makan, dan sebagai bibit.

Setelah dikenal sebagai juagan ikan, mbah Karji melebarkan usaha sebagai pedagang kambing. Dengan membeli anak kambing, lalu dibesarkan. Anak-anaknya setelah selesai sekolah, memelihara kambing di lapangan bola. Anak-anak senang dan kambing kenyang, cepat gemuk. Setelah gemuk kambing dijual ke pedagang sate, pedagang sup kambing dan apalagi kalau Idul Adha dijual sebagai kambing kurban.

"Wis pak jangan ngelamun saja," kata mbak Darmi.

"Iya mbah, ayo memelihara kambing lagi di sini," kata Arda, "Nanti Arda yang membantu memelihara."

Mbah Karji langsung sumringah. Diitungnya tabungan sisa hidup dan jual-jual semua rumah di kampung. Hasil diskusi sama anak mantu, uangnya cukup untuk beli kios kambing yang kecil di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Dekat dengan kios milik mantu, tetapi jauh lebih kecil. 

"Masih cukup untuk beli kambing yang kecil mbah,"kata cucunya dengan senang

"Ya bisa beli 2 kambing jantan dan 2 kambing betina," kata mbak Darmi, "Tapi yang kecil saja ya pak."

"Aku manut saja," kata mbah Karji, "Aku cuma bisa memelihara."

"Arda juga bisa memelihara mbah," kata Arda.

Mbah Karji mengelus kepala cucunya, membayangkan alangkah bahagia memelihara kambing bersama cucu. Apalagi sekarang musim pandemi covid-19, cucunya lebih sering di rumah dan minta uang untuk beli pulsa.

*****

Mbah Karji memilih kambing kacang, yang jantan kira-kira 45 cm dna yang betina 35 cm. Telinganya tegak dan bulunya lurus pandek. Baik jantan atau pun betina mempunyai sepasang tanduk kecil.

Memang mbah Karji seorang pedagang kambing, tahun berganti tahun kambingnya memberikan keuntungan yang lumayan. Malahan yang sepasang ada yang dikawinkan dan mempunyai anak-anak kambing kembar 2. Arda senang sekali memelihara 2 anak kambing yang berhasil dilahirkan oleh induknya.

Karena di Jakarta sulit mencari rumput, mbah Karji dan Arda rajin bikin pakan fermentasi. 

  1. Campur jerami dan gedebog pisang dicincang, taruh dalam wadah

  2. Campur jerami,ampas tahu dan bekatul, taruh dalam wadah lain.

  3. Buat larutan air, gula, garam dan parutan nenas, dalam 10 liter air. 

  4. Siramkan larutan ke dalam wadah pakan, diamkan antara 15 menit sampai 1 hari.

  5. Siap dberikan sebagai pakan.

Mbah Karji dan Arda rajin sekali memelihara kambing-kambingnya yang cepat gemuk dangan diberi pakan fermentasi. 

Hingga suatu hari ada peristiwa yang sangat menyedihkan. Api menyambar dari rumah warga dekat pasar Kambing Tanah Abang. Arda segera mengangkat anak-anak kambing yang masih kecil. Mbah Karji juga berusaha menyelamatkan semua kambing-kambingnya.

Ada sekitar 15 mobil pemadam kebakaran berdatangan berusaha memadamkan api. Tak kurang dari 85 awak pemadam kebakaran bekerja keras. Semua kambing dan pemilik kios diungsikan ke SD tempat Arda sekolah. 

Mbah Karji dan Arda selamat, tak ada korban jiwa. Semua kambing dan ternak lain juga selamat. Tetapi kios ludes. Mbah Karji dan keluarga sangat sedih. Mereka sangat mengharapkan bantuan pemerintah untuk perbaikan kios-kios yang terbakar hangus.

Bumi Matkita,

Bandung, 11/04/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun