Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kehidupan Nenek Azkia, Aneh tetapi Nyata

28 Maret 2021   23:30 Diperbarui: 29 Maret 2021   16:16 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terus terpikir, apakah benar? Sumber gambar : Pixabay.

Menurut cerita bibi tentang nenek yang merupakan ibu kandungnya,"Dulu, ayah nenek adalah seorang penjual arang langganan kakek yang mempunyai pabrik kecap. Kecap cap potret yang zaman dulu sangat terkenal."

Bibi sambil menunjukkan foto botol kecap sebagai kenangan. Foto itu persis seperti 3 foto besar yang digantung di ruang tengah rumah. 

Sejak masa kecil Azkia sudah tahu tentang 3 foto itu. Kakek yang di tengah, nenek istri pertama kakek di sebelah kanan dan nenek yang Azkia kenal sebelah kiri. 

Azkia tidak pernah melihat kakek, sejak Azkia lahir kakek sudah tiada. Hanya diberi tahu kakek bernama engkong Tjoa dan nenek di sebelah kanan adalah mak Kira. Dan nenek yang dikenal sebagai mak Malang.

*****

Pada zaman dulu, Mudita selalu menemani bapaknya Pak Tua ke kota. Hampir setiap hari pak Tua dengan mengendali gerobaknya, mengirim arang ke kota.

Gadis cantik dari desa itu menikmati perjalanan dengan irama terayun-ayun di atas gerobak. Sesekali rambutnya yang hitam diikat asal-asalan tersibak desiran angin yang kelabu.

Babah Tjoa, raja kecap cap potret merupakan pelanggan arang. Seminggu 2x, setiap hari Selasa dan Jumat. 

Kepada setiap pelanggan, selalu Mudita yang turun mengantar arang dan pak Tua selalu menunggu di gerobak.

Nyah Kira sangat senang dan sayang kepada Mudita. Setiap bertemu Mudita yang membawa karung berisi arang di dapur, diciumnya gadis desa yang cantik, bersih dan sangat sopan.

Sering juga Nyah Kira memberinya uang untuk jajan, tetapi Mudita lugu selalu memberikan kepada bapaknya. 

Semua ini berjalan bertahun-tahun, dari Mudita masih kecil hingga remaja. 

Hingga suatu hari Nyah Kira memanggil pak Tua untuk turun masuk ke rumah. Waduh, nderedeg bukan main. Ada salah apa Mudita?

Ternyata .... ternyata Nyah Kira menyampaikan ingin melamar Mudita. Tapi pak Tua heran untuk siapa? Dan ternyata ... ternyata ... ternyata untuk Babah Tjoa. 

Pak Tua kaget, wah bagaimana ya... Apakah Mudita mau dipoligami begitu?

"Aku mau pulang ke negeri Cina," katanya, "Babah lebih senang di Indonesia." kata Nyah Kira yang seakan tahu apa yang dipikirkan.

Pak Tua tidak berani mengatakan apa-apa. Sesampainya di rumah semua itu dirundingkan dengan istrinya dan Mudita. Semuanya mereka, orang desa yang hormat kepada pelanggan. Tak terpikir mau mengatakan apa.

Hari pernikahan segera digelar di kampung. Beberapa bulan setelah diboyong ke kota yang di pinggiran Malang, Nyah Kira masih ada di rumah. 

Dengan penuh rasa sayang mengajari Mudita dalam mengurus rumah. Juga menjalankan pabrik kecap. Malahan Mudita tidur di kamar pengantin sama Babah Tjoa, dan Nyah Kira tidur di kamar belakang.

Sampai tiba suatu hari Nyah Kira berangkat pulang ke negeri Cina. Ditinggalkannya 3 anak hasil pernikahan dengan babah Tjoa. Sedangkan Mudita mempunyai 7 anak buah cinta pernikahan dengan babah Tjoa. 

Sayang seribu sayang, Babah Tjoa yang memang usianya jauh diatas Mudita sakit-sakitan. Produksi kecap jadi menurun, apalagi sejak meninggalnya Babah Tjoa. Pabrik kecap ditutup oleh pemerintah, karena tidak memenuhi syarat kebersihan.

*****

"Ayah dan bibi termasuk yang 7 anak?" Tanya Azkia.

"Ya betul," jawab bibi.

"Ayah dan ibu sudah tiada dan bibi sudah tua, karena itu bibi minta kamu di sini menemani bibi."

Hidup bersama bibi di lingkungan Pecinan yang tadinya dikhawatirkan sulit, ternyata sama sekali tidak sulit. 

Semua tetangga menerima kehadiran Azkia dan Aisar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun