Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendelik atau Memelotot, Zaman dan Bila Kapan

17 Maret 2021   19:03 Diperbarui: 17 Maret 2021   19:03 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata akan sangat indah bila dirangkai dengan kaya diksi. Termasuk kata yang sudah lama tidak pernah aku dengar dan gunakan, yaitu "mendelik". Aku kira bukan bahasa Indonesia, ternyata ada di KBBI. Maknanya terbuka lebar-lebar (tentang mata), membelalak, memelotot.

Sejak pindah dari kota Malang menuju ke kota Bandung, aku selalu mengatakan membuka mata lebar-lebar dengan "melotot". Baru sekarang melalui grup WA bersama teman-teman SMA dari kota Malang, ada 2 orang teman yang saat ini menggunakan kata mendelik lagi. 

Tulis Bayani yang biasa dipanggil Bay, "Kemarin aku ribut-ribut dengan mantan pacar, lalu dipanggil dan disidang sama bungsuku sambil mendelik-mendelik."

Mantan pacar itu adalah istrinya, yang pernah diceritakan katanya orang USA. 

Waktu ngunggah foto anak perempuan yang berwajah Indo, aku kira si Bay istrinya seorang bule. 

Tetapi ternyata maksud dari USA tidak lain adalah Urang Sunda Asli. 

Bay berjodoh dengan mantan pacar di Bandung, saat baru lulus S1 dan menjadi wartawan majalah remaja "Q" yang terbit di Bandung.  

Waduh! Aku sebenarnya membayangkannya agak geli, tapi agak sedih dan ingin tahu mengapa anaknya sampai mendelik-mendelik. 

"Aku ngguyu saja, ingat dulu aku rawat eh sekarang mendelik-mendelik," jawab Bay santai.

Radka yang juga teman SMA dulu, ikut menimpali, "Iya sejak ojob tidak ada, anak-anak juga sering ngasih tahu macam-macam sambil mendelik-mendelik."

Ojob dalam bahasa Malang artinya bojo, tepatnya suami. Memang sudah menjadi ciri anak Malang suka mbolak-mbalik kata.

Suami Radka memang baru meninggal, karena kangker kelenjar getah bening. 

Dan Radka tampak sebagai istri yang tegar merawat ojob sakit, hingga menghantar menghadap sang Khalik. 

Radka juga merupakan sosok perempuan tangguh, berkarir sebagai sekretaris di Kedutaan Jepang untuk Indonesia. 

Macam-macam seperti apa yang dikatakan anak-anak sambil mendelik-mendelik?

"Wis, pokoke anak-anak sekarang berani banget," kata Radka, "Dulu bapakku mendelik saja, belum mendelik-mendelik, aku langsung manut."

***

"Apakah akang tahu kata mendelik?" tanyaku kepada suami yang merupakan USA juga. "Begini,"katanya sambil membuka mata lebar-lebar memperagakan.

"Ya benar," jawabku, "Ternyata itu bahasa Indonesia ya."

"Bahasa Jawa sepertinya," jawab kang Bidin, suamiku.

Wah, ternyata bukan aku saja yang tak cerdas bahasa Indonesia. Akang Bidin juga tidak mengetahui, bahwa "mendelik" merupakan Bahasa Indonesia.

Sebaliknya kalau aku ketik melotot di KBBI, malahan disuruh melihat "pelotot". 

Dan mendelik itu memelotot, bukan melotot saja.

"Ah, sudahlah!" Kata suami, "Mengapa harus sibuk tentang mendelik atau memelotot?"

Lalu aku ceritakan tentang anak-anaknya teman grup WA, yang katanya mendelik-mendelik kepada orang tuanya.

"Seharusnya anak-anak tidak boleh mendelik atau memelotot kepada orang tua," kata kang Bidin, "Karena mendelik atau memelotot adalah membuka mata lebar-lebar dengan marah."

"Iya, orang tua yang boleh mendelik atau memelotot kepada anak-anak," sambungku.

"Tapi sudah tidak zamannya juga orang tua mendelik atau memelotot kepada anak-anaknya," kata kang Bidin.

Aku ingat-ingat memang aku dan suami tidak pernah mendelik atau memelotot kepada anak-anak.

"Memelototi gawai saja sudah susah neng," kata kang Bidin sembari mengambil gawainya.

"Apalagi mendeliki gawai," kataku.

"Sepertinya "mendelik" kok tidak cocok untuk gawai ya," kata kang Bidin lagi.

"Tapi si Bay katanya beraninya mendelik kepada istri," kataku.

"Oh iya?" tanya si akang terkejut.

"Iya ... katanya bila istrinya sedang tidur."

"Wkwkwkwkwkwkwkwk," berdua kami tertawa. 

Sambil aku sempatkan mendelik kepada suami, mendelik sayang bukan mendelik marah.

Bumi Matkita,
Bandung, 17/03/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun