Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebelum dan Masa Hamil, Antara Burung dan Manusia

16 Maret 2021   12:37 Diperbarui: 16 Maret 2021   16:17 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung juga perlu berbincang dengan kicau. Sumber: Pixabay

Burung-burung pun perlu berbincang dengan kicau meriah. Setiap pagi, dipucuk pohon di sebelah jendela kamar Aditi. Entah apa saja yang menjadi topik kicau. Adakah tentang masalah sebelum hamil juga?

"Apakah burung juga hamil?" tanya Anggoro suaminya yang masih tidur-tiduran di tempat tidur.

"Oh iya, kan pertumbuhan janinnya di dalam telur yang sudah keluar di alam bebas," Aditi serasa baru diingatkan. 

"Jadi pasti mereka bukan diskusi sebelum hamil, hehehe," sambung Aditi sambil menahan geli atas kebodohannya.

Tidak berbeda dengan Aditi dan Anggoro, yang juga enggan berdiskusi terlalu panjang masalah sebelum hamil. Mereka mengharap kehamilan adalah anugerah Allah yang akan diterima dengan rasa syukur. 

Bagi Aditi, bertemu jodoh Anggoro saja sudah sangat disyukuri. Setiap malam menjelang tidurnya, sepenuh hati berdoa. Agar Allah menghadirkan jodoh yang baik. 

Sehingga Aditi bisa  memberikan jawaban kepada keluarga dan banyak orang lain atas pertanyaan, --kapan kawin-- yang membuat dirinya sibuk memilih dan merangkai kata. Agar tetap merdu, meskipun hati menangis tersedu.

Dalam usia yang tak terbilang muda, Aditi menunggu datangnya jodoh sambil mengisi waktu dengan belajar dan bekerja. Hingga tiba saatnya,  Allah menjawab doanya dengan kehadiran Anggoro. 

Bibi Sinta memperkenalkan kepada Anggoro yang merupakan teman sekantornya. Bibi meminta Aditi datang ke kantornya, pura-pura mengambil barang titipan. 

Malaikat Mikail pemberi rezeki kepada semua makhluk Allah, mendatangkan hujan sambil menghembuskan angin asmara yang membuat Aditi sempat diantar pulang oleh Angggoro. Dan selanjutnya semakin dan semakin dekat. hingga janur kuning melengkung di depan rumah Aditi.

"Burung kan makhluk ovipar yang mengerami telur di luar tubuh," kata Anggoro menjelaskan.

Aditi menyimak dengan seksama, dia heran mengapa Anggoro mempunyai pengetahuan banyak tentang burung.

"Walaupun pembuahan dilakukan di dalam tubuh dengan menempelkan kloakanya, tetapi telurnya akan dikeluarkan dan dierami selama 21 hari di sarangnya."

Aditi pernah melihat ayam mengerami telur, tetapi tidak terpikir bahwa proses pengeraman adalah kehamilan bagi makhluk sejenis burung dan ayam betina. 

Banyak bercerita, sambil menikmati merdunya kicau burung-burung di pagi hari. Aditi dan Anggoro merasakan indahnya kebersamaannya dalam pernikahannya.

Berangkat dan pulang bekerja di sebuah perguruan tinggi di kota Bandung diantar Anggoro, Aditi tak pernah ingat diskusi perencanaan sebelum hamil. 

Sedangkan Anggoro yang bekerja di lapangan gas alam cair dengan jadwal 2-2, setiap pulang hanya ingat melepas rindu kepada istrinya.

Hingga ada rasa pening menyengat di kepala Aditi, dan hasil pemeriksaan dokter menyatakan positif.

Hasil pemeriksaan positif awal pernikahan mereka, memang tidak sama dengan positif masa pandemi covid-19.

Hamil adalah anugerah indah yang merupakan buah kasih sayang dari sebuah pernikahan. Mereka sangat bersyukur atas datangnya masa hamil bagi Aditi. 

Sebagai perempuan Aditi merasa terpilih menjadi makhluk yang diberi kemuliaan, memiliki kemampuan menerima dan menyimpan telur yang telah mengalami pembuahan dalam rahimnya. 

Sedangkan yang belum mengalami pembuahan terbuang sebagai darah pada masa haid. 

Beda pada burung dan ayam, telur yang belum mengalami pembuahan keluar sebagai telur bercangkang, tetapi tidak bisa menetas.

"Dan tetap bermanfaat sebagai telur, yang dulu dijual ibuku saat mempunyai peternakan ayam kecil-kecilan," kata Anggoro. 

*****

Sungguh Allah memberi kekuatan selama masa kehamilan selama 9 bulan, hingga tiba masanya Aditi melahirkan bayi mungil secara sempurna.

Beda dengan burung, setelah mengerami telur barulah menetas menjadi piyik berbulu kuning.

Memang sih. Semua berjalan lancar karena Aditi tertib kontrol dokter kandungan dan RS Bersalin, dan Anggoro rajin mengantar.

Sepanjang masa hamil, lahir dan selanjutnya barulah Aditi merasa sibuk banyak rencana.

Keperluan menjaga kesehatan-menyediakan boks tidur dan baju-baju yang cantik-berjemur dibawah matahari pagi-mangasuh bayi, menjadi kesibukan sehari-hari hingga lupa memperhatikan kicau burung-burung lagi. 

Untungnya ... untungnya Aditi dan Anggoro merupakan sosok yang biasa patuh pada peraturan negara. 

Untuk kelahiran dan pemeliharaan putri pertama, mereka mengikuti aturan klinik kantor Anggoro dan di kombinasi dengan posyandu tempat tinggalnya.

Nah  ... untuk perencanaan putri kedua, barulah Aditi mengikuti program pemerintah yang dinamakan Keluarga Berencana (KB).

Sekarang 2 putri-putrinya semua sudah dewasa, bahkan juga sudah mengalami masa hamil dan melahirkan.

Aditi dan Anggoro sudah menjadi nini dan engki, yang sebelum hamil anak kedua taat kepada program KB. 

Dulu KB dikenal dengan slogan #2 anak cukup, kini berubah dengan slogan #2 anak lebih baik. 

Bahagia memiliki 2 anak dan 2 cucu, Aditi dan Anggoro sangat berterima kasih kepada pemerintah dan negara Indonesia. 

Bumi Matkita, 

Bandung, 16/03/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun