Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Selain Jodoh, Apakah Persiapan Menikah Kirana Menuju Pelaminan Abadi?

6 Februari 2021   19:42 Diperbarui: 6 Februari 2021   19:51 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut KBBI, jodoh adalah

1. Orang yang cocok untuk menjadi suami atau istri, pasangan hidup. 

2. Sesuatu yang cocok untuk menjadi sepasang, pasangan

3. cocok, tetap

Itulah makna jodoh yang hanya untuk mencari sesuatu yang cocok, seperti sekedar saat membeli sepatu. Cocok sesaat, dan akan ditanggalkan bila terjadi kebosanan. Begitu juga kecocokan menjadi suami atau istri, akan mudah menanggalkan dengan bercerai.

Tetapi jodoh menuju pelaminan abadi.  Definisinya tidak sesederhana itu bagi Kirania, seorang perempuan yang terbiasa berpegang teguh pada prinsip.  

Jodoh adalah adanya orang yang cocok sebagai pasangannya melakukan persiapan menikah, yang hanya bisa terwujud atas kehendak Allah. Bila Allah menghendaki, kemana pun Kira lari menghindar tak akan bisa melepaskan diri dari jodoh. Sebaliknya bila Allah tidak menghendaki, kemanapun Kira mengejar tak akan menemukan seorang yang akan menjadi jodoh.  

Jodoh-maut-rezeki sudah Allah yang mengatur, manusia hanya bisa merencanakan.

Begitulah jawaban Ayu Ting Ting kepada para wartawan, atas pertanyaan bertubi-tubi tentang pembatalan acara pernikahannya. Tak berbeda dengan keyakinan Kira, tetapi bisa dibayangkan betapa besar kerugian material yang telah dikorbankan. Karena katanya persiapan pernikahan sudah berjalan 90%.

Lain Kirania lain Ayu Ting Ting. Masalah acara pernikahan, Kira yakin pasti menjadi tanggung jawab bunda. Tetapi tentunya Kira tak ingin mengecewakan bunda yang selalu berdoa untuk jodoh, yang sering didengarnya.

  

Supaya Allah memberikan jodoh yang seiman, dari keluarga baik-baik dan mempunyai pendidikan yang seimbang. 

Tampak seperti perempuan mandiri yang tak memerlukan pasangan hidup, tapi dalam hati Kira sangat menginginkan jodoh yang atas kehendak Allah, sesuai dengan doa bunda dan kata hatinya. Selagi belum tiba ada jodoh, Kira menuntut ilmu setinggi langit, bekerja giat mengisi waktu. Mumpung masih bebas.

Bebas? Apakah setelah ada jodoh dan  menjalani pernikahan Kira akan merasa kehilangan kebebasan?

Sesuai ucapan yang sering diberikan pada hari pernikahan. "Selamat menempuh hidup baru". Hidup baru berarti ada perubahan dari kehidupan sebelumnya. Ada metamofisis, dari perempuan lajang menjadi istri seseorang. Metamorfosis yang dibayangkan dari wanita karier, menjadi ibu rumah tangga. 

Lebih baik istri di rumah menjadi ibu rumah tangga, dari pada harus keluar dan suami yang di rumah menjadi bapak rumah tangga. 

Memang sih, kalau masih bisa menjadi ibu rumah tangga yang memiliki karier akan sangat menyenangkan. Itulah perempuan yang memiliki kekuatan perempuan, dwifungsi sebagai ibu rumah tangga dan sekaligus wanita karier. 

Tetapi kalau memang harus menjadi ibu rumah tangga murni, Kira yakin dia akan dengan sangat mudah melakukan adaptasi. Mangkanya mumpung masih lajang, Kira menikmati belajar setinggi-tingginya dan mengejar karier yang gemilang.

Kira menyadari menjaga anak-anak di rumah pada masa pandemi covid-19 sangatlah penting. Pandemi tiada, kekerasan seksual kepada anak-anak juga sangat menakutkan. 

Ada lagi persiapan pernikahan panjang yang dilakukan Kirania, sambil menunggu jodoh yang dikirim Allah, dengan doa bunda dan sesuai kata hati. Persiapan sebagai perempuan tentunya.

Tidak mau kehilangan keperawanan.

Pendidikan setinggi-tingginya tidak membuat Kira menganggap keperawanan hanyalah mitos. Tidak mau kehilangan keperawanan menurut Kira adalah tidak mau melakukan hubungan seksual sebelum hari pernikahan. 

Dan tentunya bukan seperti Siti Maryam, ibunda nabi Isa, yang merupakan perawan suci. 

Kira ingat sahabatnya yang bersedih hati, saat ditinggalkan oleh calon suami yang berjanji akan menikahi. Sahabatnya ditinggalkan dalam keadaan hamil, dan kini harus merawat anaknya seorang diri. 

Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh, perempuan yang sudah tidak perawan saat menikah lebih mudah bercerai. Tetapi dari pengetahuan juga, perempuan yang sudah tidak perawan tingkat keandiriannya lebih tinggi.

Di antara 2 pengetahuan yang membingungkan, keadaan lebih mendorong Kira menjadi perempuan yang tidak mau kehilangan keperawanan sebelum pernikahan. Apakah karena begitu giat belajar? Apakah karena sangat berambisi mengejar karir gemilang? Atau memang belum ada jodoh saja.

Didengarnya dengkur seseorang yang kini menjadi suaminya. Kadang terasa jengkel mendengar dengkur sepanjang malam. Namun kenangan pelaminan pernikahannya masih tegak abadi, tak ada tanda-tanda tergoncang keinginan bercerai.

Kalau Kira menceritakan persoalan dengkur kepada bunda. Jawaban yang didapat dari bunda adalah, "Bukankah dengkur tidak termasuk salah satu persiapan menikah yang kamu rancang dalam masa yang sangat panjang."

Kira tesenyum. Bunda mengelus rambut Kira, putrinya yang telah mempunyai sepasang putra dan putri, dengan rasa sayang. 

Bumi Matkita,

Bandung, 06/02/2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun