Tempat wisata dan tempat hajatan penuh, apakah itu bukan merupakan kesalahan dalam pengaturan strategi memajukan nilai suatu bangsa dan negara?
"Soalnya Aristoteles mengatakan manusia sebagai makhluk sosial  dengan Zoon Polotikon" kata Embun.
"Lo bukankah   zoon artinya hewan, dan politikon bermasyarakat," kata suaminya, "Jadi  secara kosakata hewan yang bermasyarakat."
"Kenapa ya Aristoteles mengatakan begitu?" tanya Embun.
"Tapi Adam Smith yang menyebut manusia sebagai makhluk sosial dengan Homo Homini Socius," kata suaminya, "Yang artinya manusia menjadi sahabat manusia lain."
"Bahkan Adam Smith menyebut manusia sebagai makhluk ekonomi dengan Homo Economicus," sambung suaminya lagi, "Yang artinya manusia cenderung tidak puas dengan apa yang diperoleh dan selalu berusaha terus menerus untuk memenuhi kebutuhannya."
"Sedangkan Thomas Hobbes menyebut manusia sebagai makhluk sosial dengan Homoni Lupus," kata Embun mengeluarkan pendapat lagi, "Yang artinya manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia yang lain."
"Bu, manusia bisa menjadi makhluk sosial melalui adanya tatap muka," kata suaminya "Dan menjadi makhluk sosial yang sempurna baik melalui pendidikan dari masa kanak-kanak hingga dewasa."
Masa pandemi covid-19 menghasilkan buah simalakama yang serba salah. Kelas di sekolah kosong melompong, keseimbangan manusia sebagai makhluk sosial sulit menjadi kenyataan dan terkabul. Mengadakan sekolah tatap muka dengan kelas terisi penuh, akan menjadi kuster penyebaran pandemi covid-19.Â
Seharusnya dengan maraknya pariwisata dan hajatan, mas menteri perlu merancang agar dunia pendidikan semarak. Bisa menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kecerdasan dan budi pekerti yang baik.