Bisakah kita menata hidup bagaikan seni menata puzzle?
Puzzle pada dasarnya adalah permainan yang bersifat teka-teki. Ada beberapa genre puzzle, diantaranya yaitu logic puzzle (sudoku), jigsaw puzzle ( kepingan-kepingan bergambar yang dibongkar pasang), combination puzzle (solitaire), mechanical puzzle (Rubik's cube)
Diantara aneka ragam puzzle, satu diantaranya jigsaw puzzle merupakan permainan yang seni menatanya terasakan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Jigsaw puzzle merupakan permainan teka-teki merangkai gambar pada selembar papan yang dijadikan kepingan-kepingan. Tantangannya adalah menata kembali kepingan-kepingan yang sudah diacak-acak, menjadi gambar yang benar, utuh dan indah.Â
Jigsaw puzzle pertama ditemukan oleh John Spilsbury pada tahun 1767. Pengukir kayu dari London, Inggris, membuat peta dalam bentuk jigsaw puzzle untuk dunia pendidikan.
Jigsaw puzzle digunakan oleh guru geografi. Agar dengan menata ulang kepingan-kepingan peta, siswa cepat hafal letak tempat-tempat penting yang ada pada peta.Â
Jigsaw puzzle yang diproduksi dari kayu digantikan dengan kardus pada tahun 1860, hingga sekarang.Â
Jigsaw puzzle merupakan permainan yang populer pada masa depresi, termasuk pada masa pandemi covid-19, tahun 2020.
Selanjutnya jigsaw puzzle ini cukup kita sebut dengan puzzle. Gambar yang digunakan untuk puzzle, bisa bunga, binatang, tokoh-tokoh cerita dan pemandangan alam yang biasanya dilengkapi dengan warna-warni yang indah. Seperti juga dengan kehidupan, kita menginginkan kehidupan penuh dengan warna-warni yang indah.Â
Kepingan-kepingan puzzle mempunyai standarisasi bentuk tertentu, yang harus dikaitkan satu sama lain agar tertata menjadi kesatuan gambar yang benar, utuh dan indah.Â
Ada tingkatan kesulitan yang biasanya disesuaikan dengan umur. Tingkat kesulitan selain tergantung kesulitan gambar, juga ditentukan oleh banyaknya kepingan-kepingan.Â
Begitu juga dalam kehidupan, ada berbagai tingkatan kesulitan sesuai umur. Pemilihan penataan hidup tak lepas dari bantuan orang tua, keluarga di rumah, guru di sekolah, atau yang lain-lain.
Sebagai tujuan baik dalam permainan puzzle atau pun kehidupan, pada akhirnya akan menjadikan adanya rangkaian yang benar, utuh dan indah. Pada puzzle sesuai desain perancangnya, dalam kehidupan sesuai kehendak Sang Maha Pencipta.Â
*****
Tapi ingat! Tadi sudah dikatakan sesuai dengan umurnya, kita harus dan berhak menata hidup menjadi yang sebaik-baiknya. Disinilah, baik dalam menata puzzle atau pun kehidupan yang dijadikan kepingan-kepingan, dituntut kemauan memulai menata, mengikuti pola dan menyelesaikan hingga memperoleh hasil yang benar, utuh dan indah.
Sendiri dengan Puzzle yang Sewarna.
Dalam penataan puzzle secara sendiri, dan dimulai dari 2 keping dangan warna yang sama. Seperti menata puzzle, sebaiknya memulai menata kehidupan dari yang mudah dan warna yang sama. Dan menyelesaikan dengan merangkai secara benar, utuh dan indah.
Apakah itu?
Menjaga diri secara baik, memiliki rencana dengan keinginan untuk menyelesaikan masalah paling dasar dalam suatu kehidupan. Mencari sesuatu yang bermanfaat dari dunia, sebelum memikirkan mengembangkan sesuatu untuk dunia.
Setelah memilih perbuatan yang baik sesuai dengan iman, jangan pernah takut dan ragu-ragu melakukan penyelesaiannya. Pokoknya selalu mengawali tujuan dengan baik, dan tidak pernah takut kegagalan. Terus menggenggam masa kini, bukan masa lalu atau pun masa depan.Â
Selalu sopan dalam terhadap siapa pun, dan pandai-pandai mengukur diri. Sehingga mengetatui kemampuan paling dasar yang bisa dilakukan, dan bisa membuat batas-batas untuk menjaga kehidupan.
Sendiri dengan Puzzle yang Berbeda Warna.
Dalam permainam puzzle, kita mulai mencoba yang warna-warni mengharap suatu hasil yang lebih indah.Â
Begitu pula dalam kehidupan, kita mulai bisa menerima perbedaan. Tetapi tetaplah ingat untuk menggenggam erat kesamaan. Selalu sopan harus tetap dijaga, dengan tetap memberi ruang gerak bagi yang berbeda.Â
Terimalah perbedaan dengan rasa senang, dan jangan merasa rugi kalau harus menerima yang berbeda. Jadilah orang yang berani meminta maaf terhadap perbedaan yang tidak menjadi keinginan bersama.
Hormati kebersamaan dengan mengetahui kapan harus mendengarkan dan kapan barus menyampaikan. Berbicaralah sebatas yang diketahui, tanyakan yang tidak diketahui.Â
Kepuasan bersama adalah tujuan utama dari membuka pintu terhadap perbedaan.Â
Bersama Menata Puzzle Keluarga.
Dengan seiring perkembangan industri puzzle, menata puzzle semakin rumit. Banyaknya kepingan-kepingan yang bertambah, menyebabkan ada baiknya puzzle diselesaikan bersama keluarga. Lebih dari seribu kepingan puzzle yang diberantakkan sampai ambyar, akan selalu bisa diselesaikan.Â
Bersama keluarga saling memikirkan kepingan-kepingan yang mana yang harus dirangkai, sehingga menjadi bentuk yang benar, utuh dan indah.Â
Begitu juga dengan kehidupan sehari-hari. Kesibukan dengan keluarga tercinta harus terjalin silih berganti kendur dan kencang. Tak jarang harus membiarkan anak-anak mengacau, asalkan tidak melanggar hukum. Tapi jangan pernah melupakan cara menata menjadi teratur lagi.Â
Berikan juga rasa hormat kepada orang tua, jaga untuk selalu berkomunikasi. Tak neko-neko meminjamkan uang kepada orang tua, kecuali siap untuk tidak dikembalikan.Â
Yakinlah tak ada anak yang nakal, dan tak ada orang tua yang jahat kepada anaknya. Semua bisa ditata dengan indah, dengan memberi tanggung jawab kepada anak-anak dan kooperatif serta bijak terhadap orang tua.Â
Memberi semangat, dukungan, baik hati, jujur, peduli, mendidik dan penuh kasih merupakan kunci yang mempererat hubungan keluarga yang benar, utuh dan indah.
Melenggang di Atas Tatanan Puzzle.
Penataan puzzle warna-warni kian menarik dan membutuhkan keterampilan yang makin tinggi. Hasil tatanan puzzle makin sulit, dan hasilnya semakin indah. Bukan hanya seni menata saja yang ternikmati, malahan menguntai impian melenggang gemulai di atas tatanan puzzle.
Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, akan terasakan perlunya adanya peningkatan keterampilan menjalin hubungan. Baik dalam hal memerlukan bantuan, atau pun memberikan bantuan.Â
Tidak perlu merasa malu untuk meminta bantuan kepada orang lain. Daripada memaksakan diri melakukan sendiri dan hasilnya kurang baik, atau bahkan tidak berhasil. Yang perlu diingat, ada berbagai bantuan. Ada yang memerlukan biaya, ada yang atas dasar gotong royong.
Tidak perlu canggung dalam memberikan bantuan kepada orang lain. Walaupun sifatnya memberi bantuan, tetap harus hati-hati. Apakah orang yang diberi bantuan merasa terganggu atau tidak. Kalau mereka tidak menyukai, sebaiknya tanpa tersinggung mengurungkan bantuan.Â
Kepekaan dalam memperbaiki hubungan harus dimiliki dan terus diasah, agar semakin dan semakin tajam. Mempelajari dan melakukan tindakan dengan moral yang tinggi menjadi kewajiban dalam mengikuti komunitas.Â
Selalu memberikan info secara benar dan takutlah mengembangkan hoax. Pandai-pandai melihat konsekuensi jangka panjang, untuk memudahkan menata pekerjaan.Â
Melalui Tokoh Menata Puzzle Keseluruhan.
Betapa pintar Laras, cucuku, dalam menata puzzle. Tentang berbagai tokoh rekaan Walt Disney dalam film Frozen. Ada Sven (rusa), Kristoff, Elsa, Anna, Olaf (boneka salju) dan tokek (roh api).Â
Dulu, aku mengawali menata puzzle dimulai dengan mencari kepingan-kepingan yang sudut-sudut. Sedangkan anakku (ibu Laras) memulai dengan mencari kepingan-kepingan yang merupakan pinggir.Â
Lain gaya dengan Laras sekarang, cucu yang usianya 3,5 tahun. Sendiri menata puzzle 60 keping, dimulai dari tokoh-tokohnya. Elsa rambutnya putih, sedangkan Anna rambutnya coklat. Dan Sven lebih abu-abu. Setelah semua tokoh-tokoh, barulah keseluruhan puzzle dirangkai menjadi satu kesatuan yang benar, utuh dan indah.Â
Lain zaman lain seni menata puzzle, begitu pula dalam menata kehidupan. Walaupun tujuan akhir masih sama, selalu rindu kebenaran, keutuhan dan keindahan.
Bumi Matkita,
Bandung, 16/11/2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H