Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kencan dengan Suami, Apakah Masih Perlu?

21 Oktober 2020   22:26 Diperbarui: 23 Oktober 2020   17:09 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Pixabay. Kencan, janji ketemuan dengan lambang "luv"

Kencan adalah janjian untuk ketemuan. Tapi biasanya bukan ketemuan biasa, sayang-sayangan. Zaman dulu belum ada kencan online.

Maklum gawainya juga belum ada, apalagi gawai pintar (smartphone). Paling-paling melalui surat yang dititipkan kepada teman dekat, atau diselipkan di dalam buku yang baru dipinjam. Bisa juga melalui ucapan, pada acara pilihan pendengar di radio. Atau menunggu di depan perpustakaan. 

Saat sudah jaman kencan online, apakah masih perlu ya kencan dengan suami?

Coba ah buka play store, dan ketik kencan. Ada 3 macam

  • Kencan ... gitu aja

  • Kencan dan obrolan terdekat.

  • Kencan untuk hubungan serius.

Ah ... sudah, tidak perlu diteruskan. Mau kencan ... gitu aja, "dia" yang mau diajak kencan juga disitu-situ saja, jarang pergi jauh. Nanti kencan dan obrolan terdekat, biasanya juga berakhir dengan keributan. Mau kencan untuk hubungan serius, sepanjang hidup ini sudah berkencan untuk hubungan  1000 rius , bahkan 1000000 rius dengan "dia".

Sumber gambar : Pixabay. Keasyikan semu kalau hanya kencan online.
Sumber gambar : Pixabay. Keasyikan semu kalau hanya kencan online.

Kalau hanya kencan online dalam tempo lama, tentu bukan menjadi tujuan utama bagi dua orang yang berkencan. Pastilah keduanya ingin ada tindakan lanjutan dari kencan online tersebut. Pada dasarnya bertemu muka, yang sering disebut dengan kopi darat (kopdar). Lanjutan bisa baik tapi bisa juga buruk, seperti berbagai temuan baru ada sisi baik dan ada sisi buruk.

Ini masih sisi baiknya. Ternyata tidak cocok dengan wajah nyatanya. Bisa juga tidak cocok denga variasi obrolannya. Ada yang tidak sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan lain-lain.

Belum lagi ... lo kok jorok, kok kampungan atau kok bau badan. Penilaian-penilaian ini harus diterima masih sebagai sisi baik. 

Kalau pun tampak awal menarik, tak ada keburukan. Pastilah masih perlu waktu untuk penyesuaian bila memang mau melanjutkan ke jenjang lebih lanjut.  Masih memerlukan waktu yang belum tentu singkat untuk tatap muka, dan masih ada resiko tidak cocok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun