Mohon tunggu...
Rini DST
Rini DST Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga - Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Pernah menulis di halaman Muda, harian Kompas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi, Persamaan dan Perbedaan Antara Corona dan Polio

31 Maret 2020   18:14 Diperbarui: 6 April 2020   21:40 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay - Conmongt

Sama-sama pandemi, yang artinya berjangkit serempak dimana-mana, seluruh dunia. Sama gejalanya tubuh mengalami demam.  Sama disebabkan oleh virus, walaupun virus yang berbeda, virus corona dan virus polio. Sama juga tak ada obatnya. 

Perbedaan utama, pandemi corona, yang sekarang lebih dikenal dengan covid 19, terjadi saat ini, tahun 2020. Sedangkan  pandemi polio terjadi pada tahun 1950.  

Walaupun ada yang mengalami gejala yang berbeda-beda. Pada umumnya yang terpapar polio juga mengalami demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, nyeri otot. Hampir sama dengan mereka yang terpapar covid 19 sekarang. 

Polio banyak menyerang balita dan meninggalkan  kelumpuhan yang permanen bagi yang dinyatakan sembuh. Sedangkan Covid 19 seakan jarang menyerang anak-anak. Lebih banyak menyerang orang tua, ada yang bisa sembuh dan ada yang berakhir dengan kematian. Sebenarnya polio juga menyerang orang tua,  tetapi kebanyakan  berakhir dengan kematian. 

Penularannya juga sama. Virus masuk dari tubuh orang terpapar ke tubuh orang  sehat, menular melalui mulut, hidung dan mata. Caranya melalui percikan air liur orang yang terpapar ke orang sehat yang sedang melakukan kegiatan bersama dengan jarak yang dekat.  Atau melalui virus yang menempel pada barang-barang  bekas terpegang oleh orang terpapar. Kemudian terpegang oleh orang sehat dan terusap ke mulut, hidung atau mata. 

Bagi aku pribadi, hal yang sangat membedakan. Aku merupakan orang yang terpapar virus polio. Saat itu, kata orang tuaku,  aku menderita sakit dengan gejala awal demam sepulang dari bepergian dengan menggunakan kereta api (KA). Tentu saja bepergian bersama keluarga, karena saat itu aku masih berusia dua tahun.   

Aku tak jelas bagaimana kejadiannya secara rinci. Alhamdulillah, aku termasuk yang dinyatakan sembuh dari paparan virus polio. Bagaimana penyembuhannya, aku sendiri tak tahu. Yang aku tahu sejak kecil aku menjadi seorang yang sekarang disebut difabel, suatu sebutan yang sudah diperhalus. Kalau dulu disebut sebagai orang cacat, sehingga aku harus bersekolah di YPAC.  Singkatan dari Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat.

Sejauh aku bisa mengamati melalui media, orang yang dinyatakan sembuh dari covid 19 tidak meninggalkan cacat pada tubuhnya. Karena bagian tubuh yang diserang covid 19 paling parahnya adalah paru-paru.  Sedangkan virus polio menyerang syaraf, yang menyebabkan pengecilan dan kelumpuhan anggota tubuh.  

Aku sekarang sudah dewasa. Sangat dewasa. Bahkan boleh disebut sudah tua. Dua putri-putriku sudah menikah. Cucu-cucuku ada dua. Aku sering mendengar dan membaca berita-berita penanggulangan covid 19. Sungguh sibuk dan sungguh sangat mengerikan. Apakah dulu orang tuaku juga mengalami suasana yang mengerikan seperti sekarang?

Kedua orang tuaku kini telah tiada. Tak ada yang bisa aku tanyakan kepada mereka bagaimana suasana saat virus polio memapari diriku. Ada seorang sepupu, anak kakak ayahku yang tertua. Katanya saat itu aku diberi berbagai vitamin, tak ada obat khusus. Dan perlakuan medis untuk memperkuat otot kaki yang lumpuh. Hasil yang aku tahu. Aku menjadi anak yang Alhamdulillah masih bisa berjalan sendiri, walau dengan kaki kiri bagian bawah kecil dan lemah. 

Hidup sebagai anak cacat. Sekolah di YPAC. Cukup membuat aku bahagia sebagai anak-anak. Tetapi menjalani hidup hingga dewasa, atau bahkan hingga tua, bukan tanpa kesulitan. Tak banyak aku ungkapkan kepada orang lain. Sekarang barulah aku mengungkapkan melalui Kompasiana.

Saat ini setiap hari aku membaca dan melihat melalui media yang ada, betapa mengerikan menghadapi pandemi. Saat ini negeriku, Indonesia, dan negara lain seluruh dunia menghadapi pandemi covid 19. 

Dulu orang tuaku tak pernah bercerita tentang keadaanku saat awal aku menjadi orang terpapar virus polio. Hanya kadang jika aku bertandang ke rumah keluarga yang mengenali aku sejak kecil. Mereka sering mengatakan dulu keadaanku mengenaskan. Hanya itu. Tak pernah ada yang membahas lebih lanjut, mengenaskan yang bagaimana.

Aku baru tahu bahwa aku merupakan korban pandemi dari dokter kandungan tempat aku konsultasi kehamilan anakku yang pertama. Beliau mengatakan tentang pandemi itu saat melihat tahun kelahiran pada data medis aku. Beliau mengatakan saat itu sebenarnya sudah ada vaksinasi. Lo ... kenapa aku bisa terpapar virus polio ya?

Supaya anak-anakku tidak menjadi penderita polio seperti aku, aku harus melakukan vaksinasi kepada anak-anakku.

Sumber gambar: Pixabay - Conmongt
Sumber gambar: Pixabay - Conmongt

 Pada tahun 1954, vaksin polio pertama kali diberikan secara disuntikkan  kepada anak-anak sebuah sekolah dasar di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. ( diambil dari Kompas.com. "Hari Ini dalam Sejarah, Vaksin Polio Pertama Diberikan ke Anak-anak ", Penulis : Aswab Nanda Pratama. Editor : Bayu Galih). Itulah sebabnya aku masih terpapar virus polio. 

Aku terpapar virus polio pada tahun 1955, dan aku tinggal di Indonesia. Belum ada vaksinasi polio di Indonesia. Aku menjadi pasien positif pandemi polio yang berhasil disembuhkan. Alhamdulillah... 

Dokter Jonas Salk, peneliti medis dan virolog dari Amerika Serikat, yang pertama kali menemukan vaksin polio. Sejak adanya vaksin polio, Insyaa Allah anak-anak bisa terhindar dari paparan virus polio.  

Anak-anak bisa menikmati hari-harinya dengan lebih bahagia. Apalagi sejak vaksin polio dikembangkan lagi oleh Albert Sabin yang merupakan peneliti medis dari Amerika Serikat juga. 

Vaksin polio yang dikembangkan oleh Sabin, diberikan kepada anak-anak dalam bentuk cairan yang diteteskan ke mulut. Lebih populer, lebih murah dan lebih mudah dalam penggunaannya. Sekarang Indonesia dan dunia boleh dikatakan aman dari virus polio.

Cobaan Tuhan selalu ada. Datangnya tak pernah bisa kita ketahui. Saat ini seluruh dunia sedang dilanda pandemi covid 19. Penyebaran penularan sangat cepat. 

Dengan kemajuan teknologi informasi yang tak kalah cepat, setiap hari, setiap saat banyak sekali informasi tentang covid 19. Laporan banyaknya orang positif, yang sembuh atau yang meninggal. Ajakan-ajakan dalam melakukan pencegahan. 

Pada dasarnya suatu bentuk social distancing. Jangan bersalaman, hindari keramaian, sering cuci tangan, gunakan masker, penyemprotan disinfektan dan lain-lain. 

Semuanya dengan tujuan utama memutus mata rantai penyebaran dan penularan virus covid 19. Sayangnya ada cukup banyak juga informasi yang kurang benar. Bahkan ada yang memanfaatkan media informasi untuk menjelekkan pemerintah yang sebenarnya sudah berusaha sebaik-baiknya menanggulangi pandemi covid 19.

Aku tidak bisa membohongi diri sendiri, bahwa aku sedih dan takut dengan pandemi covid 19 saat ini. Bagaimana dulu perasaan orang tuaku? Apakah juga merasa sedih? Apakah juga merasa takut?  

Saat itu anakku mengikuti suaminya mengikuti sebuah simposium di kota Malang. Pada awal Februari 2020. Mereka membawa anaknya (cucuku) yang berusia dua tahun pergi ke Malang. Mereka pergi dengan menggunakan KA dari Cirebon ke Surabaya. Dan dari Surabaya ke Malang ada penjemputan dengan mobil. 

Aku berpesan kepada anakku untuk menggunakan masker selama perjalanan, gunakan masker untuk anaknya juga. Tapi anakku tidak menggunakan masker dengan alasan anaknya tidak mau. 

Selama di Malang aku tetap menyarankan agar selalu menggunakan masker saat bepergian dengan angkutan umum. Tetap tidak dilakukan dengan alasan anaknya tidak mau

Aku  bertanya kepada suamiku. Apakah memang perlu atau tidak perlu menggunakan masker? Suamiku menjawab, tidak perlu. Lebih baik mengkonsumsi makanan yang memperkuat daya tahan tubuh. Aku diam. Aku tidak lagi meminta anakku untuk menggunakan masker. Tetapi ... tetapi... saat pulang anakku mengirim foto melalui WhatsApp (WA). Semuanya, cucu-anak-dan-suaminya, menggunakan masker dalam perjalanan pulang dengan KA. Aduh bahagianya hatiku. 

Saking bahagianya aku mengunggah foto cucu dan anakku yang menggunakan masker, di WA grup teman-temanku. Sambil aku ceritakan unek-unek, bahwa tadinya anakku tidak mau mengikuti permitaanku. Langsung aku menjadi bahan tertawaan teman-teman di WA grup., yang intinya menyatakan tidak perlu menggunakan masker. 

Aku memang merasa takut dengan kepergian cucu yang berusia dua tahun dengan KA, walaupun pandemi covid 19 saat itu belum masuk ke Indonesia. Dan saat itu Menkes juga sempat mengatakan bahwa penggunaan masker hanya untuk orang yang sakit. Bagi orang yang sehat tidak perlu menggunakan masker. Tapi cerita ayahku seakan masih lekat. Jadi aku pikir lebih baik berhati-hati.  

Aku terpapar pandemi polio pada usia dua tahun, demam sepulang dari bepergian dengan KA. Inilah yang membuat aku khawatir terpaparnya seseorang oleh virus, salah satunya adalah saat melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum.

Tapi aku tak ingin ketakutan masa lalu menghambat perkembangan kehidupan anak cucuku masa kini. Aku hanya menyarankan salah satu bentuk  pencegahan yang menurutku sebaiknya dilakukan, yaitu gunakan masker. Alhamdulillah setiba di rumah, cucu-anak-dan-suaminya sehat-sehat selalu . 

Kini pandemi covid 19 sudah merebak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hari demi hari laporan banyaknya orang positif makin banyak. Walau yang sembuh juga ada peningkatan, tetapi yang meninggal juga masih banyak. Ada tenaga medis menjadi korban. Beberapa dokter gugur dalam melaksanakan tugas. 

Aku yang sembuh dari pandemi polio pada masa balita. Dan kini aku sudah tua. Mempunyai anak pertama menjadi dokter. dan anak kedua menjadi matematikawati. Mungkinkah diantara anak-anakku, bersama anak-anak Indonesia yang lain bisa sama seperti dokter Jonas Salk dan dokter Albert Sabin? Bisa menemukan vaksin covid 19. Agar Indonesia dan dunia  aman dari virus covid 19, Corona. 

Bumi Matkita, Bandung 03/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun