"Kamu kenapa? Jangan takut. Aku nggak akan buat kamu seperti aku," ucapnya.
"Ma-maksud kamu apa?" Diyanti mulai panik.
"Ma-ti," ucapnya berbisik.
Tiba-tiba dia terjun dari meja. Swiing .... Muncul serupa sayap kecil di punggungnya, mengepak, dan mengatur posisi terbang hingga kini nangkring di lutut Diyanti. Dia kini duduk cantik seperti tadi di atas lutut kanan Diyanti.
Gadis itu berusaha mundur dengan menarik kaki, tapi sepertinya Diyanti kehilangan daya geser. Dia tidak bisa bergerak.
"Kamu apakan aku?" jerit lirih Diyanti hampir menangis.
"Apa yang kulakukan? Tidak ada."
"A-aku nggak bisa bergerak. Kamu apakan aku?" Diyanti mulai merintih lirih. Rasanya ingin sekali dia berteriak, agar tetangga mendengar, lalu menolongnya. Namun, Diyanti khawatir akan membangunkan Nenek Rosmala.
"Sudahlah. Kamu tenang saja. Aku buatin pancake Cokelat Almond, ya."
Pancake? Alis Diyanti bertaut. Nama makanan itu seperti tak asing di telinganya. Apakah seperti makanan di malam itu? Atau aroma yang kerap tercium dari kamarnya benar dari kamar ini?
"Kamu pasti suka. Ibuku dulu bilang pancake buatanku paling lezat. Kamu harus coba."