Langit jingga menampilkan pesonanya. Setelah menenggelamkan sang surya dengan sempurna untuk meninggalkan cakrawala.
Tapi tidak dengan pria tua renta yang jalannya saja dibantu tongkat itu. Dia tetap berkelit dengan tuduhan Galuh.
"Ada banyak sweter semacam ini di pasaran."
"Tidak!" sanggah Galuh keras.
Pria itu terhenyak dengan jawaban Galuh. Mata mereka kembali beradu. Saling menatap dalam diam. Dalam manik hitam kelam miliknya, tergambar kemarahan.
"Sepertinya kamu yakin sekali." Pria yang sebagian rambutnya memutih itu tersenyum sinis.
"Pencuri!"
"Jaga ucapanmu!" Pria itu mengacungkan tongkatnya ke muka Galuh.
"Kenapa?"
Pelan-pelan tongkatnya turun. Selangkah mendekati Galuh. Pandangannya tak lepas dari mata Galuh yang juga memandang dengan tajam.
"Ka-kalian ...."
"Lepaskan kami. Ambil saja yang kamu mau!"
"Tidak semudah itu!"
"Kalian seperti dikirim petir dan menguasai langitku!"
Galuh mengernyitkan dahinya. Siapa yang dimaksudnya dengan 'kalian'.
"Seharusnya aku sudah jadi penguasa! Tapi kalian mengacaukan semuanya!
"Apa sebenarnya yang kamu incar? Rumah ini?"
Pria itu tertawa keras. Sambil berjalan meninggalkan Gauh dan Rasya. Galuh berteriak memanggil Rasya dan meraih tangannya. Tapi Rasya tetap bergeming.
"Pengecut! Lepaskan kami."
Galuh terus berteriak dan meronta. Kepanikan Galuh semakin menjadi karena Rasya tak kunjung sadar.
"Ra ...! Bangun, Ra!"
"Diam ...!" teriaknya.
"Kalau terjadi apa-apa dengan Rasya, itu salahmu!"
#30dwcjilid14
#squad6
#day30