Mohon tunggu...
susi respati setyorini
susi respati setyorini Mohon Tunggu... Guru - penulis

Pengajar yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kala #01

23 Agustus 2018   23:24 Diperbarui: 23 Agustus 2018   23:32 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ojek, Kak?" tawarnya padaku. Aku yang baru sampai dan baru pertama kali sampai di sini, terlihat kebingungan. Maka tawarannya tak kusia-siakan.

"Bisa antar saya ke alamat ini?" tanyaku sambil menyerahkan secarik kertas kumal.

Tukang ojek itu meraih kertas dan membacanya. Dia mengangguk.

"Saya tahu, Kak."

Aku pun naik ke boncengan dan dia menyalakan motornya sekejap membelah jalan meniju alamat yang kutuju.

"Kamu sudah lama ngojek?" tanyaku basa-basi.

"Sudah, Kak. Sejak lulus SMA."

"Tidak kuliah?"

"Tidak ada biaya, Kak. Tamat SMA saja sudah Alhamdulillah."

"Ooh ...."

Aku menganggukkan kepala tanda memaklumi kondisinya. Barangkali pendidikan tinggibdi desa ini masih dianggap barang mewah yang tidak semua orang mampu membelinya.

Aku menyapu pandanganku pada setiap rumah yang aku lewati. Rumah panggung, berdinding papan dan beratap rumbia. Aku sempat berpikir, apa yang terjadi saat hujan deras datang? Apa rumah mereka tidak kebocoran?

Tanyaku terhenti karena si tukang ojek berbicara lagi.

"Kalau enggak ada tukang ojek, Kakak tidak bisa ke dalam, kan?"

Aku tersenyum mendengar alasannya menjadi tukang ojek.

"Berapa sehari pendapatan kamu?" selidikku.

"Alhamdulillah lumayan, Kak. Kalau Sabtu dan Minggu, bisa sampai dapat lima ratus ribu. Hari biasa paling minim seratus ribu," jelasnya.

"Wah. Lumayan sekali. Kamu bisa sedikit menyisihkan untuk masa depanmu. Dengan menabung, Insha Allah kamu bisa melanjutkan pendidikanmu. Dengan begitu kamu bisa bekerja di tempat yang sesuai dengan keahlian kamu."

"Iya, Kak. Hanya untuk sekarang ini saya lebih mengutamakan sekolah adik-adik saya, Kak."

Mulia sekali pemuda ini. Rela menanggalkan keinginannya demi sekolah adik-adiknya.

"Semoga kamu mendapat pekerjaan yang lebih baik nantinya sehingga kamu bisa membantu keluargamu."

"Aamiin."

Motornya berhenti di pagar sebuah rumah bercat biru pudar. Rumah yang terlihat sepi dan tak terawat.

#30dwcjilid14

#squad6

#day1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun