Jaga Kesehatan Mental !!
Rini Indriati, S. Psi, Psikolog
Serius ….. di swab ???
Mendengar mau diswab, terbayang di dalam pikirannya, Isolasi !
Ketika isolasi berarti harus tinggal diruangan sendiri, meninggalkan anak balita di rumah, suami, teman kantor, … dan … di ruang isolasi tidak ada yang bisa diajak bicara karena benar-benar sendiri ..
Sepi …. Takut …. Cemas … semua pikiran dan rasa bercampur jadi satu
Inilah sekelumit ungkapan perasaan yang dialami oleh seorang ibu yang harus di isolasi karena terdampak COVID-19, dan hampir semua klien COVID-19 merasakan kondisi tersebut, mereka cemas dengan kondisi keluarga lainnya baik anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit ataupun yang berada dirumah, kecemasan mereka membuat system immune lemah. Dampaknya membuat mereka tidak sembuh-sembuh dan tidak ada interaksi antar klien, tidak ada percakapan karena mereka tidak saling kenal dan saling waspada. Hal ini membuat mereka merasa bosan, merasa sendiri, dan lain-lain.
Sedangkan sampai saat ini penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) terus cenderung meningkat, bertambahnya penderita dan menimbulkan korban jiwa, mengakibatkan keresahan dan kecemasan secara meluas dimasyarakat serta memicu terjadinya gangguan psikologis. Gangguan psikologis ini bisa berupa stress. Stress menurut WHO (2019), stress yang muncul saat isolasi dapat berupa, ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan dirinya, maupun kesehatan oranglain yang disayangi, perubahan pola tidur dan atau pola makan, sulit tidur dan konsentrasi, memperparah kondisi fisik seseorang yang memang memiliki riwayat penyakit kronis dan/atau gangguan psikologis, menggunakan obat-obatan (drugs).
Lalu apa yang harus kita lakukan jika harus menjalani isolasi ?
Jaga kesehatan mental dengan beberapa cara :
- Mindfullnes :
Menyadari kondisi dimana pikiran, perasaan, dan tubuh kita berada pada saat ini, tidak mengembara kemasa lalu maupun masa depan serta tidak menilai.
- Relaksi
Pejamkan mata, lalu bayangkan sesuatu yang menyenangkan dengan berbagai sarana seperti visual, auditori, dan kinestetik untuk membantu meningkatkan imajinasi meskipun kenyamanan ini bersifat jangka pendek, namun relaksasi bisa menjadi pertolongan pertama psikologis dalam menanggulangi kecemasan berlebih.
- Dialog internal dengan diri sendiri
Bicaralah dengan diri sendiri dengan kalimat positif. Perlu diketahui bahwa emosi cenderung dipengaruhi oleh pikiran kita, yang mana pikiran kita sangat tergantung dari bagaimana kita menafsirkan suatu peristiwa. Penting untuk kita memperbaiki kembali apa yang menjadi isi pikiran, karena pikiran yang positif akan meningkatkan kualitas emosi dan perasaan.
- Menulis perasaan dan pikiran
Refleksikan pikiran dan perasaan yang anda alami selama masa isolasi ke dalam bentuk tulisan.
- Mendekatkan diri pada dzat Yang Maha Kuasa
Pahami bahwa ada hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan ada hal-hal juga yang tidak dapat kita kendalikan. Meningkatkan spiritualisme bisa diterapkan dengan menulis jurnal kebersyukuran.
Misal : nikmat sehat, nikmat bekerja, nikmat kebersamaan.
Penting bagi kita untuk tetap bersyukur, meningkatkan kesabaran yang tinggi, berlapang dada seraya tetap melakukan ikhtiar.
Tidak mampu kita pungkiri bahwa isolasi bukan suatu keputusan yang mudah, namun kenyataan harus dihadapi jika terdampak COVID-19. Isolasi dilakukan untuk menjaga kesehatan diri, keluarga dan masyarakat, walaupun terasa berap untuk menjalaninya.
Upaya kesehatan mental juga untuk menjamin setiap mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan yang baru mengganggu kesehatan jiwa.
Â
REFERENSI
Â
Departemen Psikologi klinis dan kesehatan mental Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga. 2020. Tetap Sehat Mental Selama Masa Pndemi COVID-19.
Ikatan Psikolog Klinis Indonesia. 2020. Panduan Layanan Psikologi linis dalamÂ
Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H