Mohon tunggu...
Dennis Makalew
Dennis Makalew Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

Murid SMAK IPEKA Balikpapan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Masa Depan, Akankah Manusia Bisa Mencapai Kedamaian?

20 November 2024   19:41 Diperbarui: 20 November 2024   20:20 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang Rusia-Ukraine, 2023 (Sumber: War on the Rocks)

Perang-perangan antar manusia telah ada dari awal peradaban. Perang biasanya disebabkan oleh konflik antar manusia, mau itu politik, ekonomik, atau bahkan masalah pribadi dan dendam antara kedua pihak. Konflik akan selalu ada, konflik merupakan sesuatu yang tidak akan lepas dari manusia karena setiap orang memiliki akal budi dan pendapatnya sendiri yang berbeda dari orang lain.

Perang pun banyak bentuknya, mulai dari perang dingin, perang kolonial, insurjensi, invasi, perang proksi, perang agama, perang total, dan perang dunia.

Perang sepertinya tidak pernah berakhir. Di abad ke-20 saja pun terjadi dua perang kategori ‘dunia’, Perang Dunia I dan II. Sampai sekarang pun, walau berdirinya suatu perserikatan bangsa-bangsa (PBB), masih ada konflik antar negara yang terjadi. Contohnya seperti: Invasi Rusia ke Ukraina, Perang Palestina-Israel, Perang Saudara di Sudan, Suriah, dan Yemen, dan bahkan Perang Narkoba di Meksiko. Sepertinya, tiap hari ada konflik baru yang mematahkan harapan manusia akan ‘World Peace’.

Jika begitu, apakah kita, sebagai kaum manusia, bisa mencapai kedamaian di masa depan? Apakah akan ada hari dimana kedamaian di antara kaum manusia  itu terwujud?

Untuk dapat memprediksi masa depan, kita harus pertama melihat ke masa lalu. Apakah yang menimbulkan konflik-konflik besar di abad ke-20 dan 21? Ada bermacam-macam penyebab konflik-konflik tersebut, seperti berikut:

  • Perang Dunia I & II keduanya disebabkan oleh nasionalisme yang tinggi. Nasionalisme yang terlalu tinggi sampai menyebabkan sang ideologis menganggap negaranya lebih baik dan harus menguasai negara lain (Perang Dunia II: Hitler (Jerman Nazi) dan Mussolini (Italia Fasis)) atau membuat tindakan impulsif karena berpikiran bahwa tindakan tersebut akan menyelamatkan negara mereka (Perang Dunia I: Pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand).
  • Invasi Rusia di Ukraina disebabkan oleh tidak selesainya suatu masalah politik karena tertutup oleh masalah yang lebih besar pada waktunya (runtuhnya Uni Soviet yang menutupi perselisihan batas negara antara Rusia dan Ukraina).
  • Perang Palestina dan Israel disebabkan oleh permasalahan saat proses dekolonisasi oleh negara-negara Eropa. (Dekolonisasi Inggris di Palestina dan terbentuknya negara Israel) Banyak konflik terjadi dikarenakan hal ini, kolonisasi Eropa tidak memedulikan perbatasan antar budaya, suku, atau agama. Ini menyebabkan banyak konflik terjadi, contohnya: perang India-Pakistan, Perang Saudara di Afrika. Konflik juga terjadi karena kolonisasi mementingkan sumber daya dan lokasi strategis, dan ketika dekolonisasi terjadi, banyak negara miskin tercipta dengan sumber daya yang berlimpah di negaranya atau memiliki wilayah dengan posisi strategis. Hal ini tentu menyebabkan konflik diantara negara-negara baru ini yang dalam seketika ditinggalkan begitu saja oleh negara-negara kolonial di Eropa.
  • Perang Saudara di Suriah disebabkan oleh masalah politik dari ketidakpercayaan masyarakat akan pemerintahan (presiden), dan masalah ekonomi (kesenjangan ekonomi), juga dengan terjadinya perpisahan dan ketidakpercayaan antara kelompok-kelompok masyarakat (antar masyarakat Sunni dan Alawite).
  • Perang juga terkadang disebabkan oleh faktor ekonomi. Contohnya seperti ketegangan antara Amerika dan Cina karena faktor ekonomi, pengaruh ekspor dan impor di dunia khususnya di bagian Asia Timur & Tenggara.

Banyak juga usaha kaum manusia untuk mencapai kedamaian, terutama dari sisi masyarakat jelata yang sering melakukan protes akan pelaksanaan/deklarasi perang. Perang sering terjadi dikarenakan terputusnya hubungan antara pemerintah dan masyarakat, menyebabkan banyak keputusan pemerintah/presiden tidak memikirkan masyarakat negara tersebut. 

Terkadang pun, protes ini pun dapat menyebabkan perselisihan antara pemerintah dan masyarakat menjadi lebih besar. Seringkali pemerintah melenyapkan/mendiamkan protes-protes ini dengan militer, terkadang membuat protes yang awalnya protes non-kekerasan meningkat menjadi protes yang besar-besaran. 

Contohnya seperti perang saudara di Suriah. Sepertinya, protes masyarakat tidak terlalu efektif dalam mencapai kedamaian, terkadang pun malah menyebabkan perang baru antara pemerintah dan masyarakat.

Bagaimana dengan usaha dari badan internasional? Salah satu usaha kaum manusia yang paling efektif dalam mencapai kedamaian adalah usaha dari PBB. UN Peacekeeping Operations (PKO) adalah divisi penjaga kedamaian di PBB. PKO memiliki tugas untuk menjaga kedamaian seperti: menjaga ceasefire & zona penyangga, melindungi warga dari konflik, mempromosikan HAM di negara-negara pasca-konflik dengan membantu mengorganisir pemilu, membantu dalam pelucutan senjata, mengembalikkan hukum, menyediakan tenaga medis, mengurangi ketegangan antara dua atau lebih sisi, dan mempromosikan kedamaian.

PKO, dengan visi misi baru dari Jendral Sekretaris António Guterres, mengutamakan penyelesaian dan keterlibatan dalam konflik dari awal terjadi perpecahan sampai kemungkinan terjadinya konflik itu lagi. Menurut University of Chicago, PKO efektif dalam menjaga kedamaian dalam konflik-konflik besar, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan dan Tenggara. 

Walau PKO lebih efektif dalam pencegahan konflik bersenjata, tetapi PKO memiliki efek yang terlihat dalam menyelesaikan dan mencegah timbul suatu konflik baru atau timbul baliknya suatu konflik yang telah diselesaikan. Dibandingkan dengan misi peacekeeping dari NATO dan Uni Afrika, PBB lebih efektif. Tetapi, keefektifan jangka panjang masih belum dapat terlihat secara jelas diantara ketiganya.

Perbatasan negara merupakan pemicu konflik tertinggi, sering dikarenakan ketidaksetujuan perbatasan atau, khususnya di Afrika, dekolonisasi yang meninggalkan perbatasan yang tidak jelas diantara negara-negara. PBB juga telah membantu dalam konflik perbatasan negara, yang merupakan salah satu pemicu terbesar di masa kini. Contohnya seperti konflik di pulau Siprus antara Republik Siprus dan Turki. 

PKO dari PBB telah menjaga kedamaian antar kedua sisi selama 50 tahun. Dan juga dalam perselisihan antara Sudan dan Sudan Selatan tentang permasalahan kekuasaan di wilayah Abyei.

Jadi apakah manusia akan suatu hari mencapai kedamaian? Mungkin bisa, tetapi menurut saya hal tersebut masih perlu waktu yang lama untuk dapat tercapai. PBB sudah memiliki efek yang besar dalam menjaga kedamaian di bumi kita ini, tetapi jika muncul terus konflik yang baru maka tidak akan ada arti usaha PBB tersebut. Menurut saya pun, aksi yang paling jitu untuk mencapai kedamaian adalah dengan adanya suatu negara pusat yang menyatukan semua negara di bumi ini. 

Atau bahkan semua negara bersatu menjadi satu bumi yang berfungsi bersama-sama dengan sistem demokrasi sebagai pusatnya. Karena akan pasti ada masalah perbatasan antar negara, perselisihan dan ketidakpercayaan dengan pemerintah, dan rasa nasionalis yang terlalu tinggi. Solusi yang paling akurat untuk menghapus semua hal tersebut adalah dengan konsep ‘satu bumi, satu negara.’

Menurut saya, Tuhan telah menciptakan manusia dengan akal budi dan hal tersebut menyebabkan adanya perselisihan diantara kaum manusia. Tuhan tidak memperbolehkan atau bahkan mendorong adanya perang, tetapi perang terjadi karena Tuhan memberikan kita kebebasan untuk bertindak. 

Tindakan kita itu bisa membawa kita kembali kepada-Nya atau lebih menjauhinya, dan apakah kita ingin bertindak yang baik itu hak kita sendiri yang diberikan Tuhan kepada kita semua masing-masing sebagai individu, individu penggerak sejarah.

Daftar Pustaka

Council on Foreign Relations. (2023, February 14). How Did Decolonization Reshape the World? CFR Education from the Council on Foreign Relations. https://education.cfr.org/learn/reading/how-did-decolonization-reshape-world

Hegre, H., Hultman, L., & Nygård, H. M. (2019). Evaluating the Conflict-Reducing Effect of UN Peacekeeping Operations. The Journal of Politics, 81(1), 215–232. https://doi.org/10.1086/700203

Office of the Historian. (2019a). Decolonization of Asia and Africa, 1945–1960. Office of the Historian. https://history.state.gov/milestones/1945-1952/asia-and-africa

Office of the Historian. (2019b). Milestones: 1945–1952 - Office of the Historian. State.gov; Office of the Historian. https://history.state.gov/milestones/1945-1952/creation-israel

United Nations. (2019). What we do. United Nations Peacekeeping. https://peacekeeping.un.org/en/what-we-do

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun