Setelah hasil pemilu 9 April diketahui, beberapakritikan pun terdengar dari internal partai. Beragam kritikan yang ditujukan ke salah satu orang bahkan menyudutkan karena dianggap tidak maksimal dan tidak berpengaruh keberadaannya terhadap partai.
Salah satunya kritikan terucap dari salah seorang Ketua DPP Hanura Yuddy Chrisnandi, caleg yang gagal melenggang ke Senayan. Hampir dalam beberapa hari ini di media online kritikannya terhadap Hary Tanoe marak diberitakan. Tidak tanggung-tanggung caleg gagal nomor urut 1 daerah pemilihgan Jawa Barat VIII ini meminta agar Hary Tanoe mundur dari Hanura karena dianggap gagal mendongkrak suara .
Namun yang menarik, pernyataan Yuddy Chrisnandy ditepis oleh Ketua Fraksi Hanura DPR Sarifuddin Sudding. Caleg yang menyalahkan dan mendesak mundur HaryTanoe hanyalah caleg gagal yang tidak modal.
"Saya kira kehadiran Hary Tanoe yang membuat Hanura lolos parliamentary threshold, itu peningkatan luar biasa," ucapnya.
"Seharusnya yang mundur itu caleg yang kerjanya hanya jadikan partai sebagai tempat makan. Jangan gantungkan harapan pada seseorang dan berharap dibiayai dan tidak ada kontribusinya," kata Sudding saat dihubungi, Rabu (30/4/2014).
Sudding menepis anggapan bahwa ada perpecahan di tubuh Hanura. Suara-suara yang mendesak HT untuk mundur itu datang dari caleg yang gagal ke Senayan.
“Saya kira kehadiran Hary Tanoe yang membuat Hanura lolos parliamentary threshold, itu peningkatan luar biasa,” ucapnya.
Kontribusi HT dinilai tak maksimal. Sehingga perolehan suara Hanura jauh dari target.
Saya sebagai orang awam pun setuju dengan pernyataan Ketua Fraksi Hanura DPR Sarifuddin Sudding, kalau suara Hanura tidak memuaskan bukan berarti kesalahan dilimpahkan kepada Hary Tanoe melainkan menyadari titik kelemahan baik di dalam partai atau di masing masing caleg agar menjadi pembelajaran di pemilihan umum mendatang.
Suara Hanura 3,5% pada pemilu 2009 lalu dan pemilu 9 April 2014 meningkat menjadi 5,6% . Bisa dilihat suara Hanura naik setelah masuknyahary Tanoe ke partai Hanura, dengan melakukan kunjungan ke berbagai pelosok desa membawa nama Hanura, Hary Tanoe berjuang tanpa lelah. Semua Provinsi di Indonesia dikunjungi, mulai dari Sabang sampai Merauke. Sangat berbeda dengan pernyataan Yuddy Chrisnandy Ketua DPP Hanura yang gagal lolos ke Senayan.
Melalaui upayaserangan udara iklan di media massa yang ditayangkan setiap hari sudah lebih dari cukup memperkenalkan dan membawa nama WINHT danHanura kepada masyarakat. Jadi tidak adil jika dikatakan keberadaan Hary Tanoe di Hanura tidak berpengaruh.
Ibarat berperang, serangan udara sudah maksimal, semua pesawat tempur yang canggih sudah dikerahkan namun untuk menguasai suatu daerah tidaklah cukup dengan serangan udara saja maka serangan darat pun harus maksimal.
Disinilah tugas para caleg yang harus memaksimalkan serangan darat tersebut dengan melakukan sosialisasi ke daerah pemilihan masing masing, rajin mengunjungi masyarakat sembari membuat kegiatan positif yang bisa memperdekat hubungan caleg dan masyarakat dan menyampaikan visi misinya, agar masyarakat bisa percaya kepada caleg tersebut.
Apabila hal ini sudah dilakukan masing masing caleg saya yakin tanpa politik uang pun mereka akan berhasil menarik simpati masyarakat dan punya kesempatan menang pada pemilihan legislatif 9 April kemarin tanpa menyalahkan orang lain seperti yang terjadi saat ini.
Nah disini jelas kita bisa menilai siapa yang sebenernya gagal mendongkrak suara Hanura. Hary Tanoe kah atau Yuddy Chrisnandy ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H