Mohon tunggu...
Fauzia Rihadatul Aisyi
Fauzia Rihadatul Aisyi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sial

5 Juni 2024   21:42 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada 27 Oktober 1996, di siang hari yang amat sangat panas. Terik matahari yang membakar kulit. Di stasiun Kay yut ta, seorang gadis berambut pirang ikal bergulung-gulung mengikat kuncir kuda rambutnya. Walau terlihat kusut serabut, untungnya dia memiliki mata coklat indah dan kulit putih lembut yang membuat dirinya tampak cantik.

Nhau dengan gaun bunga-bunga selututnya itu menyandang tas di pundaknya, handphone yang terus ia perhatikan dari tadi di tangan kanannya, dan tiket kereta ia sisipkan di tangan kirinya. Nhau bersandar ke dinding stasiun sembari menunggu kereta tujuannya datang. Keributan terdengar telah memenuhi langit-langit stasiun Kay yut ta.

"Tuuuuuuttttt!!!". Terdengar bunyi kereta dari kejauhan. Nhau segera bangkit dan berlari terburu-buru ke arah kereta. Tiba-tiba "Bugh!" Nhau tertabrak di antara kerumunan. Sial. Dia menjatuhkan tiketnya. Nhau panik seketika. Bagaimana ia bisa pulang kampung jika tiket itu hilang!?!. Nhau segera mencari tiketnya diantara kaki para penumpang yang keluar dan masuk. Dan Yes!. Nhau mendapatkannya. Whuuushh!. "Bodoh!". Umpat Nhau.

Sial. Sekarang tiket nakal itu malah terbang. Nhau segera berlari diantara kerumunan. Dan Hap!. Bukan Nhau yang menangkapnya. tampak salah seorang pria berkulit sawo matang memegang tiket. Jo! itu sahabat

bukan hanya sahabat bagi Naya juga teman, sepupu bahkan sudah dianggapnya sebagai saudara. Dialah yang dihubungan dari tadi di handphonenya karena mereka akan ke rumah nenek bersama.

"Tuuuuuuttttt!!!!!". Kereta itu berbunyi, memberitahu akan segera berangkat. Nhau segera berlari unjuk ikut berlari mengejar kereta Jo segera menyoraki penumpang agar memerlukan pintu untuk mereka hakjul berhasil menangkap gagang pintunya dan melompat masuk. Jo menarik tangannya untuk segera masuk juga beruntung nasibnya masih baik walaupun sekarang wajah dan rambutnya menjadi sangat kusut dan daripada sebelumnya.

Nhau berterima kasih kepada penumpang asing yang telah membukakan pintu itu. Lalu melanjutkan perjalanannya Mencari kursi kosong bersama Jo. mereka mengemas barang, segera duduk dan bersantai. 

Nhau mengeluarkan sebotol jus jeruk panas dari dalam tasnya, lalu mendinginkan itu menggunakan tangannya. Nhau memang memiliki kekuatan es dari gen ibunya. Berbeda dengan Jo yang memiliki kekuatan api dari gen ayahnya. "Sssttt... jangan beritahu siapa-siapa". Hanya orang-orang penting saja yang tahu tentang ini.

Nhau menuangkan Jus itu ke gelas lalu menikmati kukis coklat yang baru saja jo hangatkan. perjalanan ke kampung halamannya jo dan Nhau memang sangat jauh. 

Jo yang si tukang tidur itu sudah tertidur pulas, pun Nhau masih bersantai menikmati pemandangan Danau Indah itu berlama-lama.

"Dasar tukang tidur" bisik Nhau. 

Sejenak kemudian. Nhau pergi ke toilet untuk sekedar berkaca dan membasuh muka. tiba-tiba "AAAAAAKKKKKHHHH" terdengar suara teriakan dari gerbong depan. Nhau yang terkejut segera keluar dan mengeceknya.

BUGH! BRAAK! Rusuh . semua orang berlarian ke gerbong belakang. "RRROOOAAARRRR !". tampak binatang besar berbulu itu mengejar Nhau dengan taring bersinar dan kuku tajamnya. Seram. 

Nhau segera berlari, ia berlari sekuat tenaga. Entah keberapa kalinya ia sial. Pintu di depannya terkunci. Binatang yang entah namanya itu, sebut saja beruang Axas, semakin mendekat. Nhau berbalik. Sekarang jarak mereka hanya tersisa satu gerbong. Nhau berharap ia tidak mati di gigi tajam beruang itu. 

BRRRHHHH.. beruang jelek itu bernafas galak seperti mengatakan "Matilah kau Nhau". 

Saat beruang Axas itu melompat hendak mencabik cabik Nhau dengan taringnya. tiba-tiba saja diam. Hening. semuanya berubah jadi Hening. Nhau membuka matanya dan tampak seorang pria berjubah hitam mengambang bak pahlawan. Kulitnya yang sangat putih, tubuh tinggi, rambut hitam, serta pipi tirus nya melengkapi ke-misteriusannya. 

Siapa pria ini? tanya Nhau dalam hati. Beruang besar tadi sudah membeku di udara, melayang. Tak hanya beruang, semuanya telah berhenti. Bahkan kukis coklat tadi tampak ikut mengembang di udara. Apa yang terjadi. Nhau bingung. Kemana Jo?

Plup. Sesuatu seperti gelembung besar pecah di udara. Nhau sudah berpindah ke sisi gerbong lainnya. Waktu kembali berjalan. Hap! Pria itu melempar sebuah sarung tangan Indah berwarna putih pada Nhau. "Pakai itu, lalu cabut tanduk beruang Axas itu, beruang itu akan lenyap! cepat!" Teriak pria misterius.

"Aku akan mengalihkan perhatiannya, gunakan kekuatanmu juga. Jangan hanya diam!" Pria itu bersorak lagi saat melihat Nhau yang masih bingung termenung diam.

Hap! Hep! Hop! Sat! Set! . Kraak! Nhau dengan cepat berhasil mematahkan tanduk beruang Axas itu. Bugh! tapi telak terlambat beruang itu telah memukul Nhau hingga terlempar ke tanah.

Entah sudah di mana Nhau sekarang. Ia menetap lemas kereta yang sudah hancur, pria berjubah hitam tersenyum simpul, beruang Axas yang perlahan berubah jadi butiran debu yang hangus terbakar. Ia masih sempat melihat sorak-sorak penumpang yang sangat senang beruang jelek itu telah pergi.

Semua perlahan gelap. Hitam. Hening.

Tuuttt! Klakson kereta bising itu mengagetkan Nhau dan membuatnya terbangun kembali. di mana ini? Kemana pria misterius berjubah hitam yang tampan itu? Apakah hanya mimpi? Sudahlah nanti saja kupikirkan. 

Nhau terburu-buru lagi keluar dari kereta. Mencari taksi bersama Jo. Sampai sekarang semua itu masih menjadi tanda tanya. Tapi Nhau masih menyimpan sarung tangan putih yang indah dari pria hitam yang mirip Jo itu di tasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun