Mohon tunggu...
rini dwi andita
rini dwi andita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lulusan S1 ilmu komunikasi di Umy

Seorang ibu rumah tangga yang hobby menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Keramahtamahan Menjadi Momok dalam Generasi Milenial

14 Oktober 2019   11:51 Diperbarui: 14 Oktober 2019   13:16 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir akhir ini marak sekali pemberitaan tentang generasi milenial. Siapakah generasi milenial itu?Generasi milenial adalah generasi yang lahir kisaran tahun 1980-2000an. 

Generasi milenial ini adalah merupakan generasi yang sangat berbeda 180° derajat dari generasi yang sebelumnya. Generasi ini bisa dibilang generasi gaul dan modern. 

Segala hal yang berhubungan dengan kehidupan mereka serba praktis dan canggih. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam aktivitas hidupnya, mulai dari beraneka ragam alat transportasi yang digunakan, alat komunikasi yang semakin maju, juga gaya hidup yang semakin konsumtif.

Berbicara mengenai generasi milenial banyak hal tentunya yang  merubah pola kehidupan mereka dibandingkan generasi generasi sebelumnya. Generasi milenial ini lebih tertutup dan lebih individual, hal ini tentunya berbanding terbalik dengan ciri khas dan kebiasaan masyarakat kita yg konon katanya bersifat ramah,  perduli dan suka bergotong royong dengan orang lain. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita sehari-hari sikap yang menunjukkan bergesernya nilai2 kebiasaan masyarakat kita, antara lain:

Jarangnya orang orang yang duduk duduk di depan rumah untuk sekedar ngobrol bersama tetangga

Sudah mulai hilang budaya gotong royong membersihkan desa

Sudah mulai tidak perduli dengan tetangga

Dari beberapa contoh hal di atas, dapat kita ketahui bersama salah satu faktor penyebabnya adalah adanya teknologi yang semakin modern, sehingga memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari dan tidak membutuhkan bantuan orang. Dari salah satu faktor itulah dapat menimbulkan efek yang negatif dan semakin menggelembung dalam masyarakat kita. 

Hal tersebut dapat kita lihat nyata, karena jarangnya berinteraksi dengan orang lain akhirnya kita cenderung mulai senang menyendiri, bahkan cenderung tidak nyaman dengan kehadiran orang lain. Mulai timbul sikap curiga yang berlebihan ketika menerima keramahtamahan orang lain bahkan bersikap sinis dan pasif. Akhirnya dari efek efek negatif itulah mulai bermunculanlah perpecahan, saling berrmusuhan bahkan peperangan.

Sangat disayangkan sekali, yang pada awal mulanya masyarakat kita merupakan masyarakat yang ramah, santun dan suka bekerjasama, berubah menjadi masyarakat yang egois, sombong dan individual. 

Bergesernya nilai nilai yang ada dalam budaya masyarakat kita tersebut menjadi sesuatu yang langka sudah tidak bisa dipungkiri lagi, namun kembali kepada pribadi individual kita, apakah akan tetap menutup diri atau mulai bisa kembali membiasakan diri untuk merubahnya demi untuk kemajuan bangsa kita adalah merupakan harapan yang sangat membanggakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun