Saat ketidakpastian selalu membawa nalar menjadi lebih baik, akankah seruluh perjalanan tentukan arah?
Sial sial seperti judul lagu Mahalini yang tengah menjadi tren belakangan ini, menjadi gretak keras isi kepala, membentak kenyataan yang sama sekali tidak ingin dilalui.
Setengah kaki nyaris tak sanggup berdiri, sumpah mati tidak lagi ingin se bercanda ini, nyata selalu berhasil membuat nafas patah hingga sesak didada.
Dia yang ingin di sayang kini hilang arah, ia yang ingin memiliki tersesat.Â
Sekarang.. mereka menertawakan negeri anak muda yang tengah sibuk menyembunyikan dusta dari kata.
Berdusta demi isi kepalanya masing masing, membohongi logika masing masing..
Sombong akan keberanian atas realitas bobrok yang sama sekali tidak pernah di isi dengan barisan huruf perhuruf, kata perkata hingga menjadi catatan tanpa titik.
Nyaris 30 hari terhitung sejak ego berhasil memusnahkan segalanya.. batas demi batas selalu diterobos.. sampai kita hanya menjadi kata.
Kini mereka hanya jadi asa dan keyaninan menjadi bualan hidup kedua kali..
Fatamorgana akalnya kini telah menjadi pemenang, namun tidak ada lagi yang tersisa.Â
Kendati demikian, benar adanya..
Jika kecewa adalah konsekuensi dan bahagia adalah bonus. Karena jika mata dibalas dengan mata maka dunia akan menjadi buta.
Sial sebenernya hanya ingin bilang rindu saja tapi gengsi ehh engga deng bercanda .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H