Genap satu minggu kepergian sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggalkan kita. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Minggu 19 Juli lalu, sekitar pukul 09:17 WIB di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tanggerang Selatan.
Masih menjadi duka untuk kita semua, tetapi beliau akan tetap hidup didalam syair-syair puisinya yang akan abadi melengendaris dikehidupan setiap insan. Untuk sekedar saling mengingatkan, saya akan menuliskan kembali beberapa puisi beliau.
AKU Â INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Betapa kuat magis yang diciptakan olehnya, tragis kita semua larut didalam krisis memahami arti mencinta. Puisinya mampu memberi warna untuk perjalanan seorang menemukan makna kehidupan. Bagi saya, menyampaikan rasa pada renjana adalah kejayaan peradaban cinta.
Ada juga puisi beliau yang berjudul:
YANG FANA ADALAH WAKTU
Yang Fana adalah waktu. Kita abadi;
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
Sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa