Pada zaman sekarang yang memasuki revolusi industry 4.0 dengan ditandai pola komunikasi serba digital (Internet of Things), menuntut Pendidikan Islam (pesantren) melakukan kajian ulang serta menyeimbangkan pembelajaran sesuai perkembangan era. Dengan terus berkembangnya zaman, pesantren modern slalu berkembang dengan unik dan dinamis. Berbagai model dan sistematis Pendidikan pesantren yang diterapkan tidak membuat pesantren punah/merosot, bahkan eksistensi pesantren slalu menarik untuk disorot, mulai dari figur kyai, santri yang inovasi serta berprestasi sampai pada penerapan kurikulum pesantren.
Pesantren merupakann sub-sistem Pendidikan nasional indigenous yang dipandang oleh banyak kalangan karena mempunyai keunggulan dan karakteristik, terutama dalam Pendidikan karakter yang menanamkan nila-nilai moral. Salah satu figur ulama yang berhasil mengemas Pendidikan pesantren menjadi model pesantren yang berkualitas dan berkarakter yaitu KH. Hasyim Asy'ari. Pendidikan yang digagas oleh beliau memberikan penekanan kuat terhadap proses pembelajaran. Beliau juga menuntaskan kitab adab ta'lim wa muta'alim sebagai rujukan metode pembelajaran karakter. Menurut KH. Hasyim Asy'ari, Pendidikan karakter merupakan ruh utama dalam khazanah pemikiran Pendidikan.
Relevansi antara pemikiran KH. Hasyim Asy'ari dengan kondisi Pendidikan modern saat ini diawali dengan kajian pemikiran beliau terkait metamorfosis pesantren. Awal pijak pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy'ari dimulai dari Pesantren Nggedang milik kakeknya, KH. Utsman. Dari sinilah beragam pemikiran dan kebijakan diaplikasikan, seakan, dari pesantren inilah beliau belajar manajemen pendidikaan pesantren.
Sistem sorogan adalah pembelajaran yang dilakukan santri dengan cara membaca kitab/buku ajar di depan gurunya, apabila ada kesalahan maka langsung dikoreksi oleh gurunya dan apabila pemaknaan yang menyimpang maka dijelaskan oleh gurunya. Semantara yang dimaksud dengan system bendongan adalah seorang guru/kiai membacakan kitab di suatu tempat kemudian santri memberi makna pada kitab tersebut. Kedua sistem tersebut merupakan jiblakan dari pesantren lain yang trend diterapkan disana, selanjutnya, dua metode tersebut menjadi metode utama pada kegiatan transformasi ilmu-ilmu agama kepada santri.
Pada kurun waktu 1916-1919, kurikulum madrasah tidak hanya sekadar mempelajari ilmu keislaman saja. Dari tahun 1919 sampai tahun 1926 mulai ditambahkan pelajaran-pelajaran Bahasa Indonesia (Melayu), Matematika, Ilmu Bumi, Bahasa Belanda dan Sejarah. Dalam tahun 1934, waktu belajar di madrasan diperpanjang menjadi enam tahun karena semakin bertambahnya kurikulum yang digagas oleh pesantren.
Lompatan ini merupakan terobosan baru sekaligus menjadi evalusi kritis terhadap pendidikaan pesantren yang selama ini hanya bergelut pada unsur ilmu-ilmu keagamaan saja, padahal jika demikian terus pendidikan pesantren akan tertinggal jauh dari lembaga pendidikan lain. Maka dari itu, KH. Hasyim Asy'ari menyadari betul bahwa ilmu-ilmu umum harus segela ditanamkan kepada santrinya, disamping pengetahuan agama tidak dihilangkan, melengkapi ilmu-ilmu agama yang telah ada, karena Islam sesungguhnya tidak mengenal konsep pemisahan ilmu seperti itu.
Pada akhirnya, KH. Hasyim Asy'ari berpikir bahwa pesantren harus bisa menghadapi tantangan zaman yang sangat besar yang berasal dari dirinya sendiri dan dari luar. Mempertahankan kurikulum yang diwariskan oleh pendahulu, dengan cara tidak mengganti apapun, akan merugikan genarasi setelahnya. Dengan catatan, marwah pesantren sebagai arus utama pendidikan agama dan karakter, tetap tertanam dengan tepat. Pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy'ari menawarkan pendidikan pesantren agar lebih modern (modern dalam artian sesuai dengan kebutuhan era). Akan tetapi, sifat kemodernan ini tidak serta merta mengikuti arus perubahan tanpa ada penyaringan khsusus. KH. Hasyim Asy'ari terkenal sebagai ulama yang mampu melakukan penyaringan ketat terhadap tradisi keagamaan yang dianggapnya tidak memiliki dasar. Secara tidak langsung, pemasukan kurikulum umum juga melewati ikhtiyar yang ketat dari beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H