Mohon tunggu...
RINI RAHMAWATI
RINI RAHMAWATI Mohon Tunggu... Freelancer - Sociology

Haii saya Rini suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Motif Aksi Terrorisme Bom Bunuh Diri di Indonesia dalam Teori Alturism Suicide Emile Durkheim

12 Juni 2024   20:05 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 mendefinisikan terorisme sebagai kejahatan internasional yang membahayakan keamanan dan perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah serangkaikan strategi kekerasan yang dirancang untuk meningkatkan hasil yang diinginkan dengan menanamkan rasa takut pada masyarakat umum. Terorisme adalah tindakan melawan hukum dan melawan ajaran agama yang melibatkan penyebaran teror di masyarakat, melalui ancaman atau kekerasan, baik terorganisir atau tidak. Oleh karena itu, dapat dianggap sebagai kejahatan khusus terhadap kemanusiaan. Seperti diketahui, para teroris yang melakukan aksi pengeboman tersebut mengatasnamakan agama, padahal tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak didasari nilai-nilai agama. Permasalahan ini harus segera diselesaikan sebelum terlambat dan menjadi ancaman yang menakutkan bagi kita semua. Pengeboman merupakan salah satu taktik yang paling umum digunakan oleh kelompok teroris (memiliki nilai kejutan). Aksi ini mendapat respons lebih cepat karena menimbulkan lebih banyak korban jiwa. Selain itu, pengeboman merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan dan populer karena relatif murah, bahan mudah didapat, mudah dirakit, mudah digunakan, dan dampaknya dapat dirasakan secara langsung serta dapat menarik perhatian masyarakat dan media (Setiawan, 2022). 

Minimnya pengetahuan umat Islam saat ini membuat sebagian orang mudah menyebarkannya. Jadi, mau tidak mau, mereka akan berimplikasi pada kepentingan sekelompok orang yang hanya ingin mencari nafkah di mainstream. Hal ini mengingatkan kita pada semboyan yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita, yaitu "Hiduplah dengan mulia atau mati syahid". dianggap mudah menerima pahala di akhirat. Salah satunya dengan meledakkan diri di tempat yang banyak orang kafir, tempat maksiat seperti "bom Bali". Emile Durkheim, menawarkan pendekatan yang paling banyak digunakan para peneliti modern saat ini untuk menemukan keterkaitan antara agama dan bunuh diri. Emile Durkheim secara khusus menulis sebuh buku, berjudul Suicide: A Study in Sociolog, dalam rangka memberikan penjelasan komprehensif tentang bunuh diri. Secara garis besar, Emile Durkheim menegaskan dalam bukunya bahwa integrasi dan regulasi sosial adalah aspek penyebab seseorang melakukan bunuh diri. Lebih lanjut Durkheim mengklasifikan bunuh diri dalam empat jenis, yaitu anomik (Rusyad, 2023). 

Makna Jihad dan Janji Sorga

 Tindakan pelaku bom bunuh diri tidak lepas dari kekuatan doktrin yang mereka percaya. Apa yang dilakukan adalah hal yang perlu dilakukan, vonis hukuman karena kesalahan atau hukuman terpidana mati dari pemerintah sudah keyakinan, perintah Tuhan yang harus dipenuhi. Bagi kelompok agama ekstremis, melakukan kekerasan bahkan serangan pengeboman terhadap sesamanya dianggap sebagai perjuangan (jihad) yang menempati kedudukan yang sangat mulia di mata Tuhan bahkan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Doktrin Ini adalah doktrin yang mereka rumuskan dan kembangkan di antara para anggotanya. Bagi mereka, risiko kematian atau eksekusi bukanlah penghalang melainkan harapan dan janji untuk masuk surga. Inilah kekuatan "perang suci" mereka yang tidak pernah hilang. Kekuatan doktrin yang mereka percaya secara turun temurun ke generasinya tersebut membuat doktrin-doktrin tersebut masih di percayai oleh sebagian penganut kelompok-kelompok ekstrem tersebut. (Zainuddin, 2013). 

Teori Alturism Sucide Emile Durkheim 

Teori altruisme Emile Durkheim menjadi teori yang sangat berpengaruh di era modern dalam upayanya menjelaskan hubungan antara agama dan bunuh diri. Dalam hal ini, Emile Durkheim menafsirkan bahwa bunuh diri disebabkan oleh penyakit mental, imitasi, alkohol, atau faktor ras tertentu. Rasa solidaritas yang dialami seseorang dalam hal ini begitu tinggi sehingga aturan-aturan yang ditetapkan dalam kelompok akan dengan sukarela dipatuhi. Solidaritas ini tercermin dalam standar dan etika yang telah diserap oleh kesadaran manusia hingga mereka menganggap standar dan etika tersebut sebagai satu-satunya kebenaran. Emile Durkheim mendefinisikan altruisme sebagai kebalikan dari egoisme, khususnya diri yang bukan miliknya, diri individu bercampur dengan sesuatu selain miliknya, tujuan individu berada di luar dirinya, yaitu pada salah satu kelompok di mana individu itu berada (Rusyad, 2023).

 Kasus Bom Bunuh Diri Di Indonesia 

1.BOM Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar Bandung 

Bom bunuh diri di Polsek Astanayar Bandung, motif bom bunuh diri yang dilakukan Amerika Serikat (34) terkait penangkapan yang dilakukan Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), diduga pelakunya ada hubungannya dengan Jemaah. Islamiyah (JI) atau Khilafatul Muslimin, sebagaimana banyak orang dari kedua kelompok tersebut yang ditangkap baru-baru ini. Alasan penolakan rancangan KUHP (RKUHP) dinilai hanya soal diversi. Dikutip dari news.solopos.com Harist menduga kejadian tersebut merupakan tindakan kecerobohan individu. Padahal, menurutnya, aksi bunuh diri di Mapolsek Astanayar Bandung bukan hanya karena propaganda, tapi bisa juga karena masalah sosial (news.solopos.com). Pelaku serangan bunuh diri di Polsek Astana Anyar diketahui terafiliasi dengan jaringan JAD Bandung. Kelompok siber ini diketahui kerap melakukan aksi dengan meledakkan bom pot hingga melakukan serangan bunuh diri. Tujuannya adalah untuk mengambil tindakan yang mereka yakini berdasarkan doktrin organisasi yang mereka ikuti. Adanya doktrin bahwa melakukan pengeboman dianggap sebagai sesuatu yang harus dilakukan hal tersebut karena dorongan atau integritas kuat yang terjadi didalam kelompok. 

2.Bom Bunuh diri di Gereja Katolik Makassar 

Peristiwa pengeboman di sebuah gereja Katolik di Makassar, Sulawesi Selatan, yang pelakunya merupakan seorang pemuda berinisal L adalah seorang pemuda kelahiran 1995. Ia dan istrinya berusaha memasuki gereja sebelum meledakkan diri, mengakibatkan 20 orang di wilayah gereja itu luka-luka..Kedua pelaku itu disebut polisi bergabung Jamaah Ansharut Daulah atau JAD.Kelompok itu berafiliasi dengan kelompok yang menamai diri mereka Negara Islam atau ISIS. Sama seperti peristiwa pengeboman sebelumnya, doktrin dari ajaran yang salah membuat seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain bahkan dirinya sendiri, doktrin kelompok-kelompok agama estrem bahwa kepercayaan melakukan aksi bom bunuh diri di tempat-tempat yang mereka naggap sebagai orang kafir merupakan sesuatu yang harus mereka patuhi. 

3.Aksi Bom Bunuh Diri Zakiyah Aini yang Meninggalkan Surat Wasiat 

Di lansir dari Detik.com Aksi pengeboman oleh Zakiah Aini melakukan penyerangan yang terjadi sekitar pukul 16.00 WIB di Markas Besar Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021). Zakiah Aini masuk ke Mabes Polri, menodongkan senjata api, hingga akhirnya ditembak mati di lokasi. Di sana selain menulis permintaan maaf pada orang tua, larangan berhubungan dengan bank dan pemerintah yang dianggapnya tagut,juga berisi keyakinannya bahwa tindakan bunuh dirinya adalah sebuah jalan menuju mati syahid yang dapat menjadi syafaat dan sarana berkumpul di surga. (Khasanah, 2023). 

4.Peristiwa Bom Surabaya Dalam peristiwa bom Surabaya

Polisi telah mengidentifikasi enam pelaku yang meledakkan diri di tiga gereja. Mereka adalah satu keluarga yang diduga terkait dengan jaringan JAD yang dipimpin Dita Uprianto. Dalam aksi bom Surabaya, polisi mengidentifikasi enam pelaku yang meledakkan diri di tiga gereja. Ini adalah keluarga yang diduga terkait jaringan JAD pimpinan Dita Uprianto. Tito menduga Dita adalah anggota JAD di Surabaya. Seperti diberitakan sindonews.com, berdasarkan hasil wawancara dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, motif lainnya adalah tekanan ISIS dari kekuatan Barat dan Timur Tengah. Tekanan ini telah memerintahkan jaringan ISIS eksternal, termasuk mereka yang telah kembali ke Indonesia, untuk melakukan serangan di seluruh dunia. Tito menambahkan, fenomena bom bunuh diri yang melibatkan satu keluarga merupakan yang pertama kali terjadi di Indonesia. "Fenomena bom bunuh diri yang dilakukan perempuan merupakan fenomena pertama yang berhasil," ujarnya. Pada saat yang sama, penggunaan anak-anak juga merupakan fenomena yang pertama kali terjadi di Indonesia. " Kutipan dari sindonews.com

 Berdasarkan uraian kasus aksi bom bunuh diri di Indonesia pelaku mayoritas adalah anggota dari kelompok JAD yang merupakan organisasi teroris yang berafiliasi dengan ISIS. Ideologi dan pemahaman kelompok JAD adalah bahwa bom bunuh diri merupakan tindakan jihad. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian dan kasih sayang. Islam juga mengajarkan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Jangan menyalahkan diri sendiri satu sama lain. Janji surga merupakan propaganda yang sering dilontarkan oleh jaringan teroris untuk membujuk calon pelaku bom bunuh diri. Setiap orang yang menganut agama pasti percaya akan adanya surga, tempat yang digambarkan penuh dengan kegembiraan dan keindahan yang tiada habisnya, semua orang pasti menginginkannya. Pandangan durkheim tentang Alturism suicide merupakan dorongan oleh integrasi yang terlalu kuat dan solidaritas yang ada pada kelompok tersebut yang menjadikan setiap individu didalam kelompok tersebut melakukan apa yang sudah menjadi ketetapan dan di percaya oleh kelompok tersebut. Kelompok-kelompok terrorisme seperti JAD, JI, dan sebagainya mereka memiliki kepercayaan tersendiri terhadap doktrin-doktrin bahwa jihad adalah sorga dan sebagainya. Bagi kelompok agama ekstremis, melakukan kekerasan bahkan serangan pengeboman terhadap sesamanya dianggap sebagai perjuangan (jihad) yang menempati kedudukan yang sangat mulia di mata Tuhan bahkan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Doktrin Ini adalah doktrin yang mereka rumuskan dan kembangkan di antara para anggotanya

REFERENSI : 

Kasanah, N. (2021). Perempuan dalam jerat terorisme: Analisis motivasi pelaku bom bunuh diri di Indonesia. IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies, 2(2), 34-43.

Kamala, A. E. (2022). Rekonstruksi Makna Jihad: Studi Kasus Terorisme di Indonesia. SINDA: Comprehensive Journal of Islamic Social Studies, 2(1), 74-87.

Rasyad, M. (2023). Bom Bunuh Diri dalam novel Jundullah, karya Fawwaz Haddad: Studi analisis Altruism Suicide Emile Durkehim. A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 12(2), 347-357. 

Setiawan, E. (2022). Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar dalam Kajian Pierre Bourdieu. Al-Hikmah: Jurnal Dakwah dan Pengembangan Masyarakat , 20 (1), 55-64.

https://uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/antara-bom-dan-surga-kekuatan-sebuah-doktrin.html 

https://www.google.com/amp/s/news.solopos.com/pengamat-sebut-motif-pelaku-bom-bunuh-diri-mapolsek-astanaanyar-dendam-pribadi-1492834/amp

https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/indonesia-56547431.amp https://www.sekolahathirah.sch.id/mod-263-bom_jahat_bukan_jihad.html

https://www.google.com/amp/s/news.solopos.com/pengamat-sebut-motif-pelaku-bom-bunuh-diri-mapolsek-astanaanyar-dendam-pribadi-1492834/amp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun