Mohon tunggu...
FIRDA
FIRDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, disini cuma mau berbagi. Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Road to 2024: Siap Jadi Lebih Baik?

9 Desember 2023   11:18 Diperbarui: 9 Desember 2023   11:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

6. Stop OVT

Sering nggak sih kita itu ingin melakukan sesuatu yang sebenarnya positif tapi akhirnya nggak jadi hanya karena kita overthinking, terlalu musingin 'kalo gini gimana ya?' 'apa kata orang lain?'? Ya itulah yang bikin kita pada akhirnya tidak berkembang karena pikiran kita akan terus disitu saja. Terlalu memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan, tapi malah tidak memikirkan hal yang harus dipikirkan. Hanya berfokus pada fakta, tapi tidak mencari jalan keluar. Jadi, stop overthinking sekarang juga. Kalaupun ada masalah, segera cari jalan keluarnya dan jangan kabur-kaburan. Bukannya masalahnya selesai, tambah pening kepala. Hehe...

 Tau nggak, sih, kita itu punya dua area, area yang kita kuasai dan tidak kita kuasai. Apa area yang tidak kita kuasai? Omongan orang salah satunya. Kita nggak akan dihisab tentangnya. Jadi kalau dijulidin orang, biarin aja tsayyy.  Sebaliknya, di area yang kita kuasai, kita akan ditanyain habis-habisan di akhirat nanti. Misal nih, ikhtiar kita, ghibahnya mulut kita dan lain-lain. Jadi fokus aja pada area yang kita kuasai. Ooo, iya, jangan lupa terkait hukum sebab akibat untuk selalu bermuhasabah diri. Julid-an orang lain memang di luar area yang kita kuasai, tapi bisa jadi itu terjadi ya karena kita akhlakless. Jadi jangan lupa intropeksi diri. Kalau kitanya sudah berusaha baik tapi tetep aja dijulidin? Ya sudah,ambil baiknya, buang buruknya. Kita juga bisa loh tabayyun dulu. Tanya dah, kenapa dia julid kayak gitu atau langsung bilang saja ke kita kalau mau menasihati. Jadi, nggak perlu ovt. Just chillin', Bro!

Tapi yaaa... Memang susah, sih untuk menjadi baik menurut standar Allah di era sekarang ini. Temanku yang akhirnya keluar pondok saja kaget, 'loh kok kayak gini?', ceunah. Segala akses kemaksiatan terbuka. Mau malas-malasan? Tidur aja seharian kalau nggak  diomelin sama emak. Mau zina? Monggo, asalkan suka-sama suka. Mau aborsi? Gapapa, yang penting nggak ketauan. Mau mabora-mabora sama joget-joget di Club? Silakan, yang penting punya duid aja, haha. Mau Iph*ne tapi ga ada duid? Boleh pinjam di Sh*peepay later yang ada flowernya. Mau jadi Gay? Serah elu dah. Mau jadi Ani-ani? Yang penting nggak dilabrak sama istri sah. Mau liat film porno? Buka aja twitter, katanya temen sih banyak.

Dah lah kalau dijabarin satu-satu tuh nggak bakal cukup saking banyaknya. Dan ini semua tidak lain ya karena negara kita menganut sistem sekulerisme. Apa tuch? Jadi pada intinya, agama nggak boleh ikut-ikutan jadi aturan dalam bermasyarakat dan bernegara, jadi aturannya dibuat oleh manusia itu sendiri. Agama? It's your privacy. Mau baik ya silakan, tapi jadi solo player. Mau maksiat juga terserah elu, yang penting nggak merugikan orang lain. Padahal, manusia itu lemah dan terbatas. Iya punya akal, tapi jangan lupa kalau manusia punya hawa nafsu juga. Paham sama diri sendiri aja nggak, lah ini kok malah mengatur masyarakat? Ya pantas saja banyak kerusakan. Bahkan nggak hanya terkait pergaulan atau akhlak aja, tapi kerusakannya juga sampai ke ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Coba sekarang jalan-jalan yang agak jauh dari perkotaan, ke dekat rel kereta, atau ke bantaran sungai, berapa banyak rumahnya nggak layak? Atau kuliah tapi kok bayarnya mahal bingitz. Ya itu salah satu dampaknya.

Padahal tadi kita sudah membahas, kalau islam itu ternyata nggak cuma membahas rukun islam saja, tapi ada pakaian, akhlak, makanan-minuman, sistem politik, sistem ekonomi, sistem pendidikan, dan lain sebagainya. Apapun yang terjadi di dunia, pasti ada solusinya. Dan aturan itu bukan dari manusia, tapi dari Allah yang menciptakan semesta. Once again, Allah yang paling tau tentang kita. Satu ayat nggak diterapkan, dampaknya bisa merembet kemana-mana. Tapi memang semua aturan itu hanya bisa terwujud dalam Khilafah, negara yang berlandaskan pada aqidah islam. Hanya dalam Khilafahlah yang bisa menerapkan seluruh aturannya Allah tanpa pilih-pilih. Makanya, outputnya juga nggak ecek-ecek dan jadi generasi stroberi kayak sekarang ini. Ada Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Fathimah Al-Fihri, Maryam Al-Astroulabi, dan lain-lain. Siapa tuh? Cari sendiri, jangan males, hihii. Bahkan Eropa yang saat itu mengalami dark age juga belajar dan datang langsung ke Khilafah lho!  Eh, tapi yang nonis gimana? Jangan salah, di masa Rosulullah hidup sampai Khilafah terakhir berdiri juga banyak kafir dzimni. Mereka tetap dibiarkan dalam agamanya kalau diajak masuk islam tetap tidak mau, dijaga kehormatannya, dan tidak diusik.

Ya itu lah. Itu dia 6 tips sederhana yang bisa kita terapin buat menyambut tahun baru nanti. Berat? Ya banget lah, apalagi nggak ada sistem tadi. Tapi semua itu harus tetap diikhtiarkan dan dimulai sejak dini.  Kalau nggak dipaksa untuk mencoba ya sampai kapanpun nggak akan terlaksana. Kita nggak perlu nunggu tanggal 1 di bulan selanjutnya untuk mulai mengerjakan sesuatu. Kalau di tanggal 8 bulan ini  bisa, kenapa tidak? Selain itu harus ada persiapan dari diri sendiri. Maka dari itu bisa di mulai dari hal yang sederhana dulu, belajar mengatur dan membuat jadwal dan maksimal melaksanakannya. Bikin target kegiatan apa saja yang harus di lakukan dalam sehari ini. Tapi jangan cuma dibuat saja, harus di laksanakan, sekalian ditambah evaluasi kegiatan harian. Semoga nanti kalau ada waktu aku bisa desainkan ya, hihi. Tetap semangat untuk jadi lebih baik meski sistem menyulitkan diri, xixixi. Semoga bisa istiqomah hingga akhir  hidup kita nanti.

See you in a better future!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun