Mohon tunggu...
RINDU AZGHA19
RINDU AZGHA19 Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pendidik yang konsen terhadap perkembangan pendidikan. ditengah kesibukannya ia memanfaatkan waktu untuk menulis. dunia menulis ia kenal semenjak bergabung dengan komunitas KPPJB. bersama KPPJB ia telah melahirkan 7 Buku Antologi. dari sinilah ketertarikan ia dalam menulis, muncul.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam yang Inspiratif dan Adaptif

3 Desember 2023   21:31 Diperbarui: 4 Desember 2023   05:21 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi Guru Inspiratif (Sumber Gambar : Dokumen Pribadi)

Pada era digitalisasi sekarang ini, kemajuan teknologi dan arus informasi demikian deras menghampiri kita. Dampaknya menjalar pada semua aspek kehidupan. Salah satunya pada sektor pendidikan, khususnya peran pendidiknya. Peran pendidik yang notabene dijadikan sebagai sumber informasi baik didalam maupun diluar kelas baik terutama bagi peserta didik maupun masyarakat pada umumnya, tidak boleh “cuek bebek” dan enggan beradaptasi, karena jika demikian tentunya akan jauh ketinggalan.Pendidikan sejatinya merupakan gerbang yang dapat mengantarkan umat manusia menuju peradaban yang lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan antar manusia, lingkungan dan sang penciptanya. Namun dalam konteks kekinian, ada indikasi yang menunjukkan bahwa pendidikan secara substansial kehilangan ruhnya. 

Ketidakseimbangan dalam proporsi pengajaran yang cenderung menekankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek spiritualitas dan emosional peserta didik menjadi salah satu penyebab hilangnya ruh ini. Hal seperti ini menjadi sesuatu yang sangat riskan jika terus dibiarkan, mengingat tidak sedikit bukti yang menunjukkan kepada kita bahwa dominasi kognitif dalam perolehan pendidikan membuat seseorang buta hati maupun buta sosial. Disinilah peran sosok pendidik terutama Pendidik Agama Islam untuk menjadi pelopor dalam mengantisipasi tendensi kausal tersebut. 

Guru Pendidikan Agama Islam perlu merenung kembali konsep dari pendidikan islam itu sendiri, meminjam pemikiran al-Ghazali tentang konsep pendidikan Islam bahwa  tujuan  utama  menuntut  ilmu  adalah  untuk  meraih  kebahagiaan hidup  dunia  akhirat, maka  yang  dijadikan  landasan  utama  ialah  Alquran dan  Hadits. Oleh  karena  itu,  dalam  hal  ini  guru pendidikan agama Islam seharusnya meluruskan niat bahwa  mendidik  untuk  mendekatkan  diri  kepada  Allah  Swt., menjadi pribadi yang dapat diambil suri teladannya, memiliki kompetensi mengajar  serta  memberikan  perhatian  kepada  peserta  didik  seperti anaknya  sendiri.  Begitu pula,  peserta  didik  yang  diharuskan  mempunyai niat  dalam  mendekatkan  diri  kepada  Allah  Swt.,  menjauhi  maksiat, menghormati  guru  dan  rajin  belajar.  Kemudian,  adanya  kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan tumbuh kembang peserta didik  serta mengikuti  perkembangan  zaman.  

Berikutnya  adalah  faktor  lingkungan, peserta  didik  haruslah  dijauhkan  dari  pergaulan  yang  tidak  baik,  karena lingkungan  jelek akan  mempengaruhi  perkembangannya,  terutama  di lingkungan  keluarga,  sekolah  atau  masyarakat.  Berangkat  dari  semua  hal diatas  perlu  diciptakan  suatu  kondisi  lingkungan  yang  terbaik  yang dihasilkan atas kerjasama antara semua pihak. Karena pendidikan agama Islam secara esensial dapat  dicermati

Guru PAI Mengajar (Sumber Gambar : https://unissula.ac.id)
Guru PAI Mengajar (Sumber Gambar : https://unissula.ac.id)
melalui  pergaulan  yang  mengandung  unsur  rasa  kemanusiaan  terhadap seorang  individu  dan  mengarahkan  kepada  kebaikan disertai  dengan perasaan  cinta  kasih  dengan  menyediakan  suasana  yang  baik  dimana  ada tempat  bagi  bakat  dan  kemampuan individu  tersebut  agar  dapat bertumbuh  secara  lurus. Jadi,  pendidikan  dalam  pandangan  Islam  dapat dimaknai  sebagai pendidikan  manusia  seutuhnya,  termasuk  akal  dan hatinya, rohani dan jasmaninya, serta akhlak dan keterampilannya. Menjadi guru pendidikan agama Islam yang inspiratif dan adaptif berarti mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Oleh karena itu sebagai guru pendidikan agama Islam tentunya kita harus selalu up to date, mengasah dan meningkatkan kapasitas dan kompetensi kita sebagai pendidik. Karena jika tidak demikian, fungsi kita sebagai pendidik dimasa yang akan datang, tentunya akan semakin terpojokkan. Mau tidak mau, suka ataupun tidak suka, sudah seharusnya diera digitalisasi ini setiap pendidik bisa merubah mindset-nya beradaptasi dengan perubahan, sebelum perubahan itu mengunci dirinya diketerasingan.

Seperti halnya dalam proses pembelajaran, diera digitalisasi ini pendidik agama Islam seharusnya  mampu  menggunakan  berbagai strategi, pendekatan, metode,  alat, teknik, media dan gaya yang kreatif dalam mengajar. Karena kehadiran era digitalisasi ini tidak dapat lepas dari beberapa aspek pendidikan Islam, satu diantaranya seperti penggunaan konsep pendidikan jarak jauh (tele-education)  yang  berbasis  pada  penggunaan  teknologi informasi (Information  Technology). Pendidik  dituntut  untuk  menguasai penggunaan  IT,  agar  pembelajaran tidak  tertinggal  jauh  dari  perkembangan  ilmu  pengetahuan.  

Guru PAI Adaptif Teknologi (Sumber Gambar :https://static.republika.co.id)
Guru PAI Adaptif Teknologi (Sumber Gambar :https://static.republika.co.id)
Selain  itu juga, alat dan media  belajar  yang  semula  bersifat  konvensional  berganti  dengan  yang bersifat  teknologi.  Pembelajaran bukan  hanya sekedar  berpusat  di  kelas  namun dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, menggunakan  lingkungan  yang  lebih luas,  serta tidak terikat oleh waktu. Karena pada dasarnya pendidikan adalah seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal maupun informal.Guru pendidikan agama islam perlu menganalisis dan mengkaji kembali perjalanan sejarah dimasa kejayaan islam, begitu menjamurnya para cendekiawan muslim yang menjadi rujukan serta inspirator keilmuan sampai saat ini. Mereka ahli dalam hal agama sekaligus mumpuni dalam berbagai bidang keilmuan, baik dibidang kedokteran, matematika, fisika, biologi, astronomi dan lain sebagainya.

Guru pendidikan agama Islam diharapkan mampu membentuk peserta didik agar siap menghadapi zamannya. Adapun persiapan tersebut paling tidak ada empat hal: a) menyiapkan peserta didik yang memiliki fondasi iman, ilmu dan akhlak yang kuat; b) menyiapkan keterampilan peserta didik untuk bisa bekerja dan kreatif dimasa yang akan datang; c) menyiapkan peserta didik untuk bisa menyelesaikan masalah dengan baik, dan d) menyiapkan peserta didik untuk bisa menggunakan teknologi dengan bijak dan mumpuni.

Kemauan, optimis dan ketekunan adalah kekuatan yang harus dimiliki oleh seorang Guru Pendidikan Agama Islam. Sosok ini  perlu terus secara intens menekankan kepada dirinya sendiri maupun kepada peserta didiknya   untuk adaftif,  membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Karena sejatinya membaca,  menelaah,  meneliti  hanya  bisa  dilakukan  oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Melalui kelebihan akal dan hati, tentunya manusia akan mampu  memahami pengetahuan serta fenomena-fenomena  yang  ada  di sekitarnya. 

Sejatinya  Pendidikan  Agama Islam  bukanlah  sekedar  proses  penamaan nilai-nilai  moral  untuk  membentengi  diri  dari  akses negatif globalisasi ataupun modernisasi. Namun hal yang paling utama adalah bagaimana afektifitas atau nilai- nilai  moral  yang telah  ditanamkan  pendidikan Islam  tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari  himpitan kebodohan, kemiskinan,  dan  keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi. Diera digitalisasi ini, menjadi guru pendidikan agama Islam yang adaptif dalam setiap perubahan dan inspiratif untuk menguasai perubahan tersebut serta mampu menginspirasi orang lain adalah kunci awal dari puncak keberhasilan baik untuk pribadi, masyarakat, bangsa bahkan dunia.

Sumber Referensi
Fauzi, Imron. (2019). Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Makmun, AS. (2015). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun