Mohon tunggu...
Rinduanita Wally
Rinduanita Wally Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Seorang ibu rumah tangga dan PNS di Prov. Papua Pegunungan yang mencintai traveling, buku dan musik. saat ini sedang menikmati indahnya lika liku sekolah magister di Fakultas Kesehatan Masyakarat Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tangis Danau Sentani : Jeritan Alam di Kaki Pegunungan Cycloop

6 September 2024   14:40 Diperbarui: 25 September 2024   08:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danau Sentani yang terletak di kaki Pegunungan Cycloop, adalah mutiara alam Papua yang telah menjadi sumber kehidupan berabad-abad bagi masyarakat asli Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Selain menjadi sumber kehidupan bagi ribuan warga yang bermukim di sekelilingnya, Danau Sentani juga memegang peran penting dalam keanekaragaman hayati. Namun, masalah pencemaran air di Danau Sentani semakin parah dari waktu ke waktu. Salah satu penyebab utama adalah kerusakan aliran sungai yang disebabkan oleh banjir. Ketika 14 aliran sungai yang mengalir dari Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, yang seharusnya membawa kehidupan, justru berpotensi membawa dampak buruk terhadap ekosistem danau dan menyebabkan pencemaran yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Yakobus, seorang nelayan tua yang sudah puluhan tahun tinggal di tepi Danau Sentani, bercerita bagaimana sungai yang mengalir ke danau dulunya bersih dan menjadi tempat bermain anak-anak. "Dulu, kali (sungai) itu air bersih. Kalau banjir datang, cuma bawa lumpur. Tapi sekarang, kalau banjir, bukan cuma lumpur yang ikut turun, sampah dan kayu busuk dari hutan yang rusak juga terbawa," ujar Yakobus. Sejak hutan di Pegunungan Cycloop banyak yang ditebang, banjir makin sering terjadi. "Kali dengan Danau yang dulu kami andalkan untuk ambil air minum, sekarang sudah tidak ada," keluhnya.

Banjir dan Kerusakan Aliran Sungai

Banjir di daerah aliran sungai sekitar Danau Sentani semakin sering terjadi, terutama saat musim hujan tiba. Hal ini bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, tetapi juga disebabkan oleh kerusakan lingkungan di sepanjang Pegunungan Cycloop. Menurut penelitian dari Universitas Cenderawasih pada tahun 2019, lebih dari 30% hutan di Pegunungan Cycloop mengalami kerusakan akibat pembalakan liar dan konversi lahan menjadi perkebunan. Akibatnya, kemampuan tanah untuk menyerap air menurun, dan ketika hujan deras turun, air meluap dan mengalir ke sungai dengan membawa material berbahaya seperti lumpur, sampah, dan limbah lainnya.

Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, banjir bandang yang terjadi di daerah sekitar Danau Sentani telah meningkat sebanyak 40 % ( termasuk banjir bandang yang terjadi pada bulan Desember tahun 2019 yang banyak memakan korban jiwa dan material). Banjir ini tidak hanya merusak aliran sungai tetapi juga memicu erosi tanah, sehingga sedimen dan partikel berbahaya terbawa hingga ke dalam danau. Kondisi ini memperparah pencemaran air Danau Sentani dan mengancam ekosistem di dalamnya.

Dampak Pencemaran terhadap Ekosistem Danau Sentani

Kerusakan aliran sungai akibat banjir membawa dampak yang sangat serius bagi ekosistem Danau Sentani. Endapan lumpur yang terbawa oleh banjir menyebabkan kekeruhan air, mengurangi penetrasi cahaya matahari ke dasar danau. Ini mempengaruhi tumbuhan air yang menjadi sumber makanan bagi ikan dan makhluk air lainnya. Salah satu spesies ikan endemik Danau Sentani, yaitu ikan Gete - Gete  (Glossamia Wichmanni) sudah jarang terlihat dan mulai mengalami penurunan populasi karena sulitnya mencari makanan dan berkembang biak di lingkungan yang tercemar.

Menurut penelitian LIPI pada tahun 2021, lebih dari 25% wilayah perairan Danau Sentani sekarang mengalami tingkat kekeruhan yang tinggi, dan ini telah menurunkan kualitas air secara signifikan. Pencemaran ini juga berdampak pada hilangnya berbagai jenis flora dan fauna yang dulu menjadi ciri khas danau ini. Selain itu, limbah organik yang terbawa banjir menyebabkan peningkatan kandungan zat kimia berbahaya di dalam air, seperti nitrat dan fosfat, yang memicu ledakan pertumbuhan alga (dalam bahasa lokal disebut “neli”). Ledakan alga ini mengurangi kadar oksigen di dalam air, sehingga banyak ikan yang mati dan ekosistem danau terganggu.

Dampak Pencemaran terhadap Kesehatan Masyarakat

Selain mengancam ekosistem, pencemaran air di Danau Sentani juga memiliki dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, kasus penyakit diare dan infeksi kulit (scabies) meningkat secara signifikan di desa-desa yang bergantung pada air danau. Banyak warga yang masih menggunakan air danau untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan bahkan memasak, meskipun kualitas airnya buruk untuk dikonsumsi.

Seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kampung Ayapo, sebuah pulau di tengah danau Sentani, bercerita bahwa anak-anaknya sering terkena penyakit gatal – gatal (dalam bahasa lokal disebut “Kaskado”) setelah mandi di danau. "Kami tahu airnya kotor, tapi mau bagaimana lagi? Air bersih dari sumur sangat sulit didapat, dan kami tidak punya pilihan lain selain pakai air danau," katanya dengan nada prihatin. Kurangnya akses terhadap air bersih menjadi masalah besar bagi masyarakat sekitar Danau Sentani, dan pencemaran air akibat banjir hanya memperparah kondisi tersebut.

Upaya Pemerintah dan Tantangan di Lapangan

Pemerintah daerah dan berbagai instansi terkait telah berusaha untuk mengatasi masalah pencemaran ini. Beberapa program penghijauan kembali hutan di Pegunungan Cycloop sudah mulai dilaksanakan, serta pembangunan tanggul dan saluran air untuk mengurangi dampak banjir. Namun, upaya ini masih menghadapi banyak tantangan, terutama karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai.

Selain itu, penegakan hukum terhadap pelaku perusakan hutan dan pembalakan liar juga masih lemah. Banyak kawasan hutan di sekitar aliran sungai yang mengalami deforestasi tidak mendapatkan perlindungan yang memadai, sehingga banjir terus terjadi dan memperparah pencemaran air di Danau Sentani.

Saran dan Solusi untuk Pemerintah dan Masyarakat

Untuk mengatasi masalah pencemaran air Danau Sentani akibat kerusakan aliran sungai oleh banjir, dibutuhkan langkah-langkah konkret dan berkelanjutan. Berikut beberapa saran yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat:

  • Penghijauan dan Rehabilitasi Hutan di Pegunungan Cycloop Pemerintah daerah harus melanjutkan program reboisasi di kawasan Pegunungan Cycloop. Dengan menanam kembali pohon di area yang rusak, kapasitas tanah untuk menyerap air dapat kembali, sehingga risiko banjir dapat dikurangi. Selain itu, masyarakat setempat juga perlu dilibatkan dalam program penghijauan ini, agar mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan.
  • Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir Pembangunan tanggul dan sistem drainase yang baik sangat diperlukan untuk mengurangi dampak banjir di daerah aliran sungai yang menuju Danau Sentani. Pemerintah daerah perlu mengalokasikan anggaran yang memadai untuk pembangunan infrastruktur ini, serta memastikan pemeliharaannya dilakukan secara rutin. 
  • Edukasi dan Kesadaran Lingkungan Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan sungai dan tidak membuang sampah sembarangan perlu digalakkan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan sekolah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan tokoh masyarakat untuk memberikan pendidikan lingkungan secara berkelanjutan.
  • Penegakan Hukum Terhadap Pengerusak Hutan Pemerintah harus memperketat penegakan hukum terhadap pembalakan liar dan perusakan hutan di Pegunungan Cycloop. Sanksi yang tegas akan menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga kerusakan hutan dapat diminimalisir.

Pencemaran air Danau Sentani akibat kerusakan aliran sungai oleh banjir merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Baik pemerintah, masyarakat, maupun lembaga terkait perlu bekerja sama untuk menjaga dan memulihkan kelestarian lingkungan di sekitar danau ini. Jika dibiarkan, dampak pencemaran ini akan semakin buruk, mengancam kehidupan ekosistem dan kesehatan masyarakat yang bergantung pada danau tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun